Mohon tunggu...
Firstya Evi Dianastiti
Firstya Evi Dianastiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Guru Bahasa Indonesia. Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang (Unnes)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ingatkah dengan Nikmat Sempat?

24 Agustus 2012   03:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:23 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun Syawal sudah menjelang dan libur cuti bersama sudah usai, sampai sekarang masih inget sama isi khotbah Pak Masrukhi waktu tarawih Ramadan kemarin. Mungkin karena saking “deg”nya waktu itu, jadi masih nempel diingatan sampai sekarang. Waktu itu, kurang lebih beliau bilang gini, “Alhamdulillah, Allah masih memberikan nikmat sehat dan nikmat sempat. Menyempatkan kita melaksanakan tarawih di masjid ini,”.

Mengapa bikin “deg” banget? Karena pada umumnya, di setiap doa sebelumnya (sebelum dapet inspirasi dari beliau) saya belum pernah secara langsung menyebutkan “nikmat sempat” hingga sedetail itu, bahkan nikmat sempat untuk pergi ke masjid pun belum pernah saya utarakan. Masih sibuk berdoa, “Ya Allah, semoga Engkau mempermudah jalan rizki hamba agar hamba selalu sempat berbagi, semoga Engkau mengizinkan saya dan orang tua untuk sempat singgah di Mekah, mengizinkan orang tua saya untuk sempat menikahkan saya…”.

Kalau dipikir-pikir, memang benar ya? Jika Allah tidak “menyempatkan” kita untuk berbuat baik, susah pula jalan kita. Perkara yang paling simpel ya kaya’ beribadah di masjid itu. Meskipun masjidnya di depan rumahpun, kalau Allah tidak memberikan “nikmat sempat” meraih pahala 27 derajat, males aja bawaannya buat melangkah. Meskipun ada juga yang bilang, “yang penting kan niat, kalau sudah niat ya pasti sempat,”, tetapi menurut saya, kok keduanya harus sejalan ya? Walaupun kita sudah niat seniat-niatnya, kalau Allah belum menganugerahkan “nikmat sempat”, apa mau dikata?

Jadi sadar, perlu belajar semakin peka untuk mensyukuri “nikmat sempat” dari Allah. Alhamdulillah, masih diberikan kesempatan pula untuk menulis ini.  :)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun