Bisnis pakaian thrifting telah menjadi tren populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z (tahun kelahiran 1995 -- 2012), karena alasan lingkungan dan keberlanjutan. Praktik membeli dan menjual pakaian bekas yang masih layak pakai dengan harga yang lebih terjangkau telah memperpanjang masa pakai pakaian, sehingga mengurangi kebutuhan untuk memproduksi pakaian baru.
Dari hasil survey yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil bahwa Secara umum, ada beberapa alasan yang mengarah pada pendapat bahwa thrifting seharusnya tidak dilarang.
- Pertama, thrifting dapat membantu meningkatkan pasar brand lokal dengan menarik. Hal ini dapat memberikan manfaat bagi ekonomi konsumen di Indonesia yang rata-rata dari kalangan menengah ke bawah. Dengan pakaian yang harganya terjangkau dan kualitas masih layak pakai serta desain yang bagus, banyak orang dapat membeli dan menikmati bagaimana rasanya mengenakan pakaian yang serupa dengan harga yang terjangkau. Hal ini juga termasuk dalam pengembangan UMKM masyarakat sendiri,
- Kedua, thrifting dapat mengurangi limbah pakaian dan membantu dalam menjaga lingkungan. Namun, beberapa produk lokal menjual barang mereka dengan harga yang terbilang mahal dan banyak brand lokal juga menargetkan konsumen yang melakukan fast fashion, sehingga memilih alternatif dengan melakukan thrifting yang cukup terjangkau dan dibilang masih layak dipakai.
- Ketiga, thrifting juga dapat menjadi bisnis yang bagus bagi anak muda dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas.
- Terakhir, Generasi Gen Z umur 20 Tahun, menyatakan pernah beli barang thrifting di pasar atau di pinggir jalan. selain mereke tidak pernah mengunjungi toko @cantolankastok, dan sebanyak 63,3 persen orang dari yang kita survey melalui gform menyatakan menolak untuk pemerintah melarang untuk membeli dan menjual pakaian thrifting. "Kenapa harus dilarang kita juga beli dengan uang sendiri bukannya meminta pemerintah
Namun, di sisi lain, ada juga pandangan bahwa thrifting dapat mengganggu industri fashion lokal dan mendorong konsumen untuk memilih produk bekas. Hal ini dapat mengurangi produksi industri dan merugikan pengusaha lokal.
Namun, secara keseluruhan, setiap pandangan memiliki argumennya masing-masing dan perlu dipertimbangkan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H