"Kalau helm, iya, beli sendiri," jawabnya.
"Harus kuning?"
"Begitu kesepakatannya," sahut ia lagi.
"Pelat nomor motornya juga tidak hitam ya?"
"Tidak, Bu. Karena mereka kan dianggap angkutan umum, jadinya pelat khusus juga," kata Ari.
"Fascinating!" gumam saya.
Hari berikutnya, di Manokwari itu saya berkesempatan memberi coaching (pelatihan) kilat--karena hanya 2 JPL saja--terkait jurnalistik kepada beberapa Senior Fasilitator dan Asisten Kota (Askot), baik Askot Infrastruktur maupun Askot Community Development (CD). Di akhir pelatihan, saya ungkapkan lagi soal: Jangan menganggap sesuatu dengan begitu ringan. Karena yang menurut kita biasa, bisa jadi luar biasa bagi orang lain.
"Salah satu contohnya yang saya lihat sendiri adalah di Manokwari ini. Saya melihat pemotor berhelm kuning dan berpelat. Kawan-kawan pasti tahu?"
"Iya, Bu, mereka itu ojek," sahut 2-3 orang Fasilitator, saling bersahutan.
"Nah, menurut kawan-kawan, luar biasa tidak itu?"
"Ah, biasa saja, Bu. Semua ojek di sini begitu. Apa istimewanya?" kata mereka lagi, berganti-gantian.