Mohon tunggu...
Lia Agustina
Lia Agustina Mohon Tunggu... pegawai negeri -

bukan manusia sempurna....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada Cinta di Hati Rinjani... (Bagian 3)

17 Juni 2010   13:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Makasih, aku bisa melakukannya sendiri, Mas... Maaf, kamu gak seharusnya terlibat dalam masalah ini... Mulai sekarang, belajarlah untuk gak terus-menerus menguatirkan aku....," ucap wanita itu tanpa memandang suaminya lagi. Dengan kasar ia menarik lengannya, lalu beranjak pergi meninggalkan seorang laki-laki yang masih termangu sendiri. Tanpa menoleh lagi, tanpa sepatah kata pun lagi...

*

Hati Daffa benar-benar tak tenang. Beberapa mobil di depannya berhasil disalip. Bahkan, ia sudah tak peduli dengan nyawanya sendiri. Walaupun tadi ia terpaksa keluar lewat gerbang belakang untuk menghindari para pemburu berita, ia harus segera menemukan sang istri. Firasatnya buruk!

Sesaat kemudian, matanya tertuju pada sebuah kerumunan orang-orang di pinggir jalan kecil. Dengan rasa penasaran ia menepikan mobilnya, lalu ikut mendekati kerumunan orang-orang yang riuh rendah di sekitar tempat itu.

"Ada apa, Pak? Kok rame banget?" tanyanya pada seorang laki-laki setengah baya.

"Barusan ada cewek ditikam, Mas.... Kejadiannya cepet banget!" Dengan penuh semangat laki-laki itu bercerita. Belum lagi usai penjelasan si bapak, Daffa langsung menerobos kerumunan di depannya. Pikirannya semakin tak menentu. Apalagi ketika matanya menangkap sosok seorang perempuan yang tergeletak tak berdaya, bersimbah darah di atas trotoar. Sosok yang sangat ia kenali.... Rinjani, istrinya!

"Ya Tuhan!!! Rinjaniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!...!" pekiknya. Refleks Daffa segera mendekap tubuh perempuan itu dengan panik. Tangan Daffa mengusap-usap wajah istrinya yang memucat. Rinjani tampak sudah hampir tak sadarkan diri. Matanya semakin sayu dan nafasnya satu-satu.

"Rin.... kenapa bisa begini?"

Bibir Rinjani yang terkatup sedikit bergerak. Seperti ada yang ingin diucapkannya. Daffa mendekatkan telinganya ke bibir istrinya.

"Mas.....," bisik perempuan itu hampir serupa desisan. "Ma...afin aku...."

"Rin... kamu harus kuat... kita ke rumah sakit sekarang!" seru Daffa semakin panik melihat mata Rinjani yang hampir mengatup. Ia sudah tak peduli pakaian dan tangannya ikut berlumuran darah sang istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun