Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan di dalamnya. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang akan datang.Â
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, Indonesia mempunyai program wajib belajar selama sembilan tahun yang bersifat formal, namun banyak juga pendidikan yang bersifat non-formal.Â
Dalam hal tersebut diharapkan seluruh masyarakat mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dimana kecerdasan dan kemampuannya dapat dikembangkan secara optimal melalui proses belajar.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu ditunjang adanya peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dengan pembaharuan pendekatan atau peningkatan relevansi model pembelajaran.Â
Model pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika para peserta didik mampu menyerap pelajaran tersebut dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya dengan hasil belajar para peserta didik.Â
Dalam penentuan model pembelajaran tidak bisa asal pilih, karena harus menyesuaikan dengan beberapa aspek-aspek yang mendukung proses pembelajaran tersebut. Masing-masing model pembelajaran juga mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
Banyak tipe pembelajaran yang telah lama digunakan oleh para pendidik antara lain yaitu tipe ceramah, tipe tanya jawab, dan tipe resitasi. Serententan metode tersebut dikelompokkan ke dalam model pembelajaran konvensional.Â
Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan sebagaian besar pendidik tidak sesuai dengan perkembangan zaman, karena pembelajaran tersebut kurang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk dapat aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Oleh karena itu salah satu model pembelajaran yang kemungkinan mampu mengatasi hal tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif.
Apa sih model pembelajaran kooperatif itu? Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai sekumpulan kecil peserta didik yang bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab atas kelompoknya.Â
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe jigsaw. Tipe jigsaw sendiri peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.Â
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik juga memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.Â
Dalam pembelajaran tipe jigsaw ini peserta didik dibagi secara heterogen ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, dalam tipe jigsaw ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.Â
Kelompok asal adalah kelompok awal peserta didik terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.Â
Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang ditugaskan untuk mendalami sub topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Â
Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok, lalu pada sesi terakhir pendidik dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan (Rusman dalam Sukarmini et al., 2016).
Tipe jigsaw ini memiliki kelebihan yang dapat memicu para peserta didik untuk berpikir lebih kritis dan para peserta didik juga dipaksa untuk berdiskusi dengan kata lain peserta didik akan membangun interaksi dengan teman sekelompoknya. Lalu peserta didik juga akan terbiasa membuat kata-kata yang tepat agar materi akan tersampaikan dengan baik.Â
Namun selain kelebihan diatas, tipe jigsaw ini juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu membutuhkan waktu yang banyak, karena diskusi yang dilakukan tidak mungkin dilakukan dengan waktu yang singkat.Â
Walaupun tipe ini mendorong para peserta didik untuk berdiskusi, tetapi nantinya peserta didik yang aktif akan lebih mendominasi diskusi tersebut dibandingkan dengan peserta didik yang pasif.
Dilihat dari pemaparan diatas, model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman sekarang yaitu model pembelajaran kooperatif dan salah satunya tipe jigsaw dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.Â
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2017) hasilnya bahwa peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terlibat aktif secara langsung untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan bersama anggota kelompoknya dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional tipe diskusi mahasiswa dengan teman yang berada disebelahnya. Hal tersebut sangat sesuai dengan dinamika zaman sekarang dimana diperlukannya soft skill untuk menunjang pencapaian cita-cita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H