Pulau Buku Limau adalah sebuah pulau yang terletak di Belitung Timur. Perjalanan saya ke Pulau Buku Limau sebenarnya bukan konteks untuk liburan tetapi mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diadakan salah satu instansi pendidikan. Kegiatan ini berlangsung saat libur semester, jadi selain melaksanakan KKN saya bisa sekalian liburan ke Belitung dengan gratis!
Selain itu bisa ketemu teman baru. Pastinya saat itu yang terfikir oleh saya seru! Kapan lagi yakan? Tapi saya sedikit merasa takut, karna saya tipikal orang yang pendiam dan saat itu diharuskan berkenalan dengan orang baru dengan waktu yang cepat. Hal ini adalah tantangan baru buat saya. Selain itu disana saya hanya sendiri dari kampus, bisa kalian bayangin kan gimana khawatir saya waktu itu?
Karena peserta KKN berjumlah besar dan juga merupakan sebuah tugas bukan liburan, kami tidak menggunakan pesawat komersial. Kalian tau kita naik apa? Penerbangan menggunakan pesawat Hercules.
Pesawat ini adalah pesawat tentara dan teman-teman saya banyak yang parno sendiri karna berita pesawat tentara yang jatuh. Tapi alhamdullilah kami dapat tiba dan kembali dengan selamat. Awal masuk pasti panas banget karna emang penuh manusia dan barang yang banyak banget tapi kalau udah jalan bakal dingin karna diketinggian. Penerbangan berlangsung 1 jam saja.
Kursi pesawat juga dibuat berhadapan tidak seperti pesawat komersial. Serius sih seru banget menurut saya pengalaman naik pesawat Hercules. Kalo ga karna kegiatan ini kapan lagi yakan naik pesawat TNI dan pemberangkatan di hangar milliter juga.
Tentunya karena penerbangan tidak menggunakan pesawat komersial melainkan dengan pesawat TNI jadi pendaratanpun di hangar TNI Belitung Timur. Setibanya disana kami langsung berangkat menuju Kota Manggar untuk sambutan Walikota Belitung Timur dan perangkat pemerintahan desa yang akan kami singgahi selama 2 (dua) minggu kedepan.
Perjalanan berlangsung 1 (satu) jam. Jalanan disana sangat bagus, tidak berlubang tapi jarak antar lokasi masih berjauhan, belum banyak bangunan-bangunan seperti di Jakarta. Pastinya selama 2 (dua) minggu kedepan saya ga akan menyaksikan macetnya ibu kota! Cukuplah mengistirahatkan paru-paru dari polusi kendaraan hehehe.
Malam ini setiap desa sudah dapat bermalam dirumah induk semang (orang tua asuh selama di lokasi) masing-masing, kecuali desa saya. Karena saya berlokasi di Pulau Buku Limau dan harus menyebrang terlebih dahulu.
Saat itu cuaca tidak memungkinkan, jadi saya dan teman-teman bermalam di kantor kecamatan Manggar. Sebelum berada di pulau malami ni saya dan beberapa teman pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa keperluan. Waktu itu kami sedikit khawatir akan sulit warung disana entah untuk jajan atau beli sabun cuci (pastinya harus nyuci ya, 14 hari masa iya ga nyuci kan).
Pulau Buku Limau sendiri dihuni oleh sekitar 1.000 jiwa penduduk dengan 200 kepala keluarga (KK). Menariknya di pulau ini semua penduduknya adalah suku bugis dan beragama Islam. Lanjut kecerita saya, setelah tiba di Pulau Buku Limau kami turun di dermaga yang berbentuk seperti huruf T dan tidak terlalu besar.
Lalu semua peserta berkupul di lapangan (siang hari saat matahari berada tepat diatas kepala, panaass) SDN untuk pembagian rumah. Oh ya, FYI (for your information) rumah disana adalah rumah panggung. Tembok dan lantainya menggunakan papan kayu dan atapnya lenggunakan seng asbes agar tidak panas.
Saya menempati lokasi sebelah utara yaitu rumah Ibu Matahari dan Bapak Hamsah dengan dua teman saya bernama Anin dan Ester, mereka berasal dari kampus yang sama dan disana bertugas pada bagian kesehatan. Keluarga bapak Hamsah memiliki dua orang anak yang masih kecil.
Setelah berkemas, kami makan bersama dan saling berkenalan. Selesai makan siang, beberapa pemuda duduk bersama kami dan kemudian saling berkenalan. Jadi lokasi rumah saya sering dijadikan area tempat nongkrong pemuda disana. Kata mereka sih, Ibu Matahari orangnya lucu, baik dan masakanya enak.
Kami menyebutnya ka Mel (Melisa), dia baik sekali dan perhatian sama kami, udah kayak kakak sendiri rasanya. Oh iya ada kata-kata khas ka Mel nih “adakeh orang macam kau” “muke kaupun macam aspal” (logat nya mirip logat melayu, lucu deh kalo kalian denger langsung).
Okey, beralih ke perkenalan dengan pemuda desa tadi ya. Kalian mau tau gimana saya saat itu? Kebanyakan diam aja dan mendengar percakapan mereka. Saya canggung banget waktu itu kenalan sama orang baru dan ya cowo semua yang datang saat itu.
Setelah waktu para peserta berkenalan dengan orang tua asuh, sore hari diadakan briefing untuk pembagian tim kerja dan penjelasan tugas masing-masing. Kami disini terbagi atas 2 tim yaitu kesehatan dan pendidikan. Waktu sore hari kami tim pendidikan diberi tugas pertama yaitu home visit mengenai latar belakang permasalahan pendidikan masyarakat.
Hasil yang dapat diambil dari home visit yaitu rendahnya tingkat pendidikan di Pulau Buku Limau (mayoritas hanya tamantan SD) karena beberapa tahun lalu SMP yang terdapat disana dipindakan ke Kecamatan Manggar. Para orang tua khawarir anaknya yang baru beranjak remaja harus tinggal di luar pulau sendiri (selain itu biaya hidup pastinya bertambah juga).
Jenjang pendidikan SMA dan Kuliah juga berlokasi di Manggar. Jadi anak-anak disana lebih memilih untuk melaut dan kalian tau? Kalo lagi banyak sehari bisa dapet untung 5 juta! Tapi biasanya musim melaut hanya 3 bulan , waktu teran bulan ikan hanya sedikit. Nah waktu ga melaut mereka biasanya pergi ke Manggar buat nikmatin hasil kerja (kalo orang kantoran, lagi ambil cuti kali ya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H