Hormon adalah zat kimia kecil yang memiliki peran besar dalam tubuh manusia. Mereka bertanggung jawab atas berbagai fungsi penting, mulai dari pertumbuhan, metabolisme, hingga emosi.Â
Namun, saat hormon ini mengalami fluktuasi---terutama selama masa pubertas, kehamilan, atau menopause---dampaknya bisa terasa luar biasa, bahkan sampai memengaruhi kesehatan mental kita. Â
Mengenal Hormon dan Perannya dalam Mood
Hormon seperti serotonin, dopamin, estrogen, dan progesteron memiliki hubungan erat dengan suasana hati.Â
Estrogen, misalnya, tidak hanya mengatur siklus reproduksi tetapi juga memengaruhi produksi serotonin, hormon kebahagiaan.
Saat kadar estrogen menurun, seperti selama menopause, risiko depresi dapat meningkat. Â
Serotonin sendiri dikenal sebagai "hormon bahagia," yang bertugas menjaga mood tetap stabil.Â
Jika produksinya terganggu, seseorang bisa merasa cemas, mudah marah, atau bahkan depresi. Â
Pubertas: Awal dari Perubahan Emosional
Masa pubertas adalah salah satu periode fluktuasi hormon paling signifikan. Lonjakan hormon seperti testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan sering kali menyebabkan perubahan mood yang drastis.Â
Perasaan senang yang tiba-tiba berubah menjadi sedih, atau kemarahan tanpa alasan jelas, adalah hal yang umum terjadi. Â
Bagi sebagian remaja, perubahan ini dapat memicu gangguan mental seperti depresi atau kecemasan.Â
Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami bahwa perubahan ini adalah bagian normal dari pertumbuhan, meskipun tetap perlu diawasi agar tidak berkembang menjadi masalah serius. Â
Kehamilan: Perjuangan Antara Kebahagiaan dan Kecemasan
Kehamilan sering dianggap sebagai momen yang membahagiakan, tetapi di balik layar, tubuh perempuan menghadapi badai hormonal.Â
Lonjakan hormon progesteron dan estrogen dapat memengaruhi neurotransmiter di otak, yang berujung pada perubahan mood yang ekstrem. Â
"Baby blues" adalah contoh ringan dari dampak ini, tetapi jika tidak ditangani dengan baik, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi depresi postpartum. Dukungan dari pasangan, keluarga, dan tenaga medis sangat penting selama periode ini. Â
Menopause: Akhir Reproduksi, Awal Tantangan Baru
Menopause adalah tahap lain di mana fluktuasi hormon dapat memengaruhi kesehatan mental.Â
Penurunan kadar estrogen tidak hanya menyebabkan gejala fisik seperti hot flashes, tetapi juga memicu kecemasan, insomnia, dan depresi. Â
Studi menunjukkan bahwa perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood dibandingkan tahap kehidupan lainnya.Â
Olahraga, pola makan sehat, dan dukungan psikologis dapat membantu mengatasi tantangan ini. Â
Mengatasi Gangguan Mental yang Dipicu oleh Hormon
Meskipun fluktuasi hormon adalah hal alami, dampaknya tidak boleh diabaikan. Berikut beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental: Â
1. Pola Makan Seimbang
Konsumsi makanan yang kaya akan omega-3, vitamin D, dan magnesium untuk mendukung keseimbangan hormon. Â
2. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik membantu tubuh melepaskan endorfin, yang dapat meningkatkan mood. Â
3. Dukungan Psikologis
Jangan ragu untuk berbicara dengan konselor atau psikolog jika merasa kesulitan. Â
4. Mindfulness dan Meditasi
Teknik ini efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesadaran diri. Â
Hormon memiliki peran besar dalam hidup kita, baik secara fisik maupun emosional.Â
Memahami bagaimana fluktuasi hormon memengaruhi mood dan kesehatan mental adalah langkah awal untuk menghadapinya dengan bijak.Â
Dengan dukungan yang tepat, tantangan seperti pubertas, kehamilan, dan menopause dapat dihadapi dengan lebih tenang dan positif. Â
Jika Anda atau orang terdekat Anda sedang berjuang menghadapi masalah mental akibat fluktuasi hormon, jangan ragu untuk mencari bantuan. Ingatlah, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H