Mohon tunggu...
firnanda fitriasari
firnanda fitriasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - UMM STUDENT

maba umm 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerasan Verbal Menyebabkan Insecure

30 September 2021   18:38 Diperbarui: 30 September 2021   18:40 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa orang tidak asing lagi dengan kata "insecure", kata ini belakangan sedang trend dikalangan remaja hingga dewasa. Tetapi, tidak semua paham arti dari kata insecure dan cara mengatasinya. Belakangan ini sering terjadi kasus kekerasan pada remaja yang disebabkan karena insecure. Perasaan insecure dapat membuat trauma dimana penyebabnya timbul dari segala aspek, bukan hanya penampilan fisik melainkan pada bidang finansial, pendidikan, perilaku dan lainnya.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Andayu et al (2019), kekerasan dalam pacaran menjadi perhatian public akhir-akhir ini. Pacaran pada remaja idealnya adalah proses membangun suatu hubungan individu yang melibatkan perasaan kasih sayang dengan lawan jenis. Tetapi, perbedaan latar belakang yang berbeda pada setiap individu dapat menimbulkan konflik. Kasus kekerasan dalam pacaran sering terjadi pada remaja tahap akhir, resiko ini sering terjadi pada usia 16-19 tahun.

Kekerasan tidak selalu tentang penganiayan fisik. Ada kekerasan yang berbahaya karena dapat merusak mental korban sehingga korban kurang percaya diri, mempertanyakan intelejensi dan merasa tidak memiliki harga diri, kekerasan yang dimaksud berupa kekerasan verbal. Kekerasan ini memiliki dampak yang cukup mendalam bagi korban. 

Dalam hal ini, laki-laki dan perempuan sama-sama rentan menjadi korban. Saat korban menerima kekerasan verbal, korban akan merasakan insecure. Ketika seseorang merasakan kekerasan verbal, hal ini harus segera dihindari sebelum efeknya semakin parah.

Dalam kehidupan sehari-hari, caci maki serta kata-kata hinaan yang mengecilkan hati merupakan kekerasan verbal. Tetapi, kekerasan verbal tidak selalu tentang dua hal tersebut. 

Pelaku kekerasan verbal melakukannya dengan berbagai cara sehingga korban sulit untuk langsung memahami. Gaslighting sering digunakan oleh pelaku kekerasan verbal. Gaslighting merupakan tindakan manipulasi yang dapat membuat korban mempertanyakan kewarasan dirinya. Pelaku melakukan hal tersebut untuk mengontrol sang korban.

Kekerasan verbal juga dapat timbul di sosial media, yaitu cyber bullying. cyber bullying lebih mudah dilakukan karena pelaku tidak perlu bertemu dengan korban. Cyber bullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram. Cyber bullyingmerupakan bentuk bully yang lebih parah yang mengakibatkan dampak psikologis terutama pada anak-anak dibandingkan yang terjadi di dunia nyata karena dapat menjangkau siapapun orang-orang yang menjadi korban cyber bully, dapat diakses kapan pun.

Banyak orang berkomentar di postingan seseorang menggunakan kekerasan verbal tanpa memikirkan perasaan orang yang dikomentari tersebut. Komentar tersebut dapat mencipatakan pandangan negatif terhadap diri sendiri sehingga membuat mereka merasa tidak layak untuk dihargai. Hasil dari adanya pandangan negatif terhadap diri sendiri membuat individu tidak memiliki rasa percaya diri yang baik. Disamping itu, korban juga merasa tidak nyaman untuk berada dekat dengan orang lain.

Bagaimana cara menghindarinya?

Kekerasan verbal paling banyak dialami korban melalui dunia maya atau sosial media. Misalnya korban berkomentar disitus yang lagi viral dan korban berpendapat akan tetapi pendapat korban tidak dapat diterima oleh orang lain sehingga korban mendapat caci maki dari beberapa orang. 

Dalam mengahadapi kekerasan verbal tersebut, ada satu cara yang harus dilakukan yaitu meninggalkan sumber dari kekerasan tersebut. Istirahat sejenak dari sosial media karena daya tahan seseorang dalam menghadapi hal tersebut bermacam-macam. Ada beberapa orang yang menganggap hal tersebut biasa saja, ada pula yang merana hinggq merasa depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun