Mohon tunggu...
Firna Erningtyas
Firna Erningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN Maualan Malik Ibrahim Malang

hobi membaca, traveling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keteladanan Gus Dur: Kepemimpinan yang merangkul Keberagaman di Indonesia

10 September 2024   16:55 Diperbarui: 10 September 2024   16:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940. Ia

adalah putra Mentri Agama pertama Indonesia yaitu KH Wahid Hasyim dan cucu dari dari

pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu KH Hasyim

Asy'ari.

Gus Dur dibesarkan dalam lingkungan pesantren yang dipenuhi dengan prinsip-prinsip Islam.

Ia belajar di banyak pesantren, seperti Pesantren Tegalrejo di Magelang dan Pesantren Krapyak

di Yogyakarta. Selain itu, ia juga bersekolah di Universitas Bagdad dan Universitas Al-Azhar

di Kairo.

Gus Dur, seorang intelektual Muslim, aktif terlibat dalam berbagai diskusi dan menulis

sejumlah besar artikel dan buku tentang Islam dan politik. Ia mendirikan Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) setelah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU dari tahun 1984 hingga 1999.

Gus Dur terpilih sebagai presiden keempat Indonesia pada tahun 1999 dan menjabat hingga

tahun 2001.

Kebijakan dan Tindakan Gus Dur yang menunjukkan Kepemimpinannya dalam

merangkul keberagaman:

-Gus Dur sering membela hak-hak kelompok minoritas, termasuk kaum difabel, komunitas

Tionghoa, dan kelompok agama minoritas. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki hak untuk

diperlakukan secara adil dan setara.

-Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan, yang selama Orde Baru memegang kendali

atas kebebasan pers. Dengan membubarkan departemen ini, dia membantu memperkuat

demokrasi di Indonesia.

-Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967, yang melarang perayaan Imlek, dan

menerbitkan Keppres Nomor 19 Tahun 2001, yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional (1). Langkah ini menunjukkan keinginannya untuk mengakui dan menghargai budaya

Tionghoa di Indonesia.

-Untuk menyelesaikan konflik dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Gus Dur memilih

pendekatan dialog. Melalui Keppres No. 88 Tahun 1999, ia membentuk Komisi Independen

Pengusutan Tindak Kekerasan di Aceh, yang memungkinkan penyelesaian konflik di Aceh

secara damai.

- Gus Dur mengakui Konghucu sebagai salah satu agama yang diakui oleh pemerintah

Indonesia. Ini adalah langkah penting dalam merangkul keragaman agama dan memberikan

hak yang sama kepada penganut Konghucu.

Nilai-Nilai yang dipegang teguh oleh Gus Dur

Nilai Inklusivitas: Inklusivitas berarti menerima setiap orang tanpa memandang agama, suku,

atau ras mereka. Disini Gus Dur selalu berusaha untuk membuat lingkungan inklusif. Sebagai

presiden, ia mencabut larangan perayaan Imlek dan mengakui Konghucu sebagai agama resmi

di Indonesia, menunjukkan komitmennya untuk menghargai dan merangkul berbagai agama

dan budaya di Indonesia.

Nilai Toleransi: Toleransi adalah sikap yang menghargai dan menghormati perbedaan dalam

hal agama, budaya, atau perspektif politik. Gus Dur dikenal sebagai orang yang sangat

menghormati toleransi. Ia sering memperjuangkan hak-hak minoritas dan kelompok yang

terpinggirkan, seperti komunitas Tionghoa, kelompok agama minoritas, dan kaum difabel.

Dengan kepemimpinannya, orang-orang dari berbagai agama lebih mampu bertoleransi satu

sama lain, yang menghasilkan masyarakat yang lebih harmonis dan saling menghormati satu

sama lain.

Nilai Kemanusiaan: Menghargai dan memuliakan setiap orang sebagai makhluk Tuhan yang

paling mulia adalah makna kemanusiaan. Gus Dur selalu mengutamakan kemanusiaan

daripada keuntungan ekonomi dan politik. Ia memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan

melawan diskriminasi . Pada masa kepresidenannya, Gus Dur mengambil tindakan berani

untuk mendukung hak-hak asasi manusia, termasuk menciptakan Departemen Sosial dan

Departemen Penerangan yang dianggap tidak efektif, serta mengurangi kebebasan pers.

Dampak Kepemimpinan Gus Dur terhadap Masyarakat Indonesia

Masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemerintahan Abdurrahman Wahid, atau Gus

Dur. Ada beberapa konsekuensi utama dari pemerintahan Gus Dur, Peningkatan Kepercayaan

Masyarakat terhadap Pemerintah, Gus Dur berusaha mengubah struktur sosial masyarakat dari

yang tradisionalisme-feodalistik menuju masyarakat yang lebih progresif dan demokratis.

Disisi lain Gus Dur berusaha membangun kepercayaan masyarakat melalui berbagai kebijakan

yang berpihak pada kepentingan umum. Gaya kepemimpinan partisipatifnya banyak dihargai

dan membawa perubahan dalam pemerintahan, seperti pemberantasan korupsi dan reformasi

institusi.

Warisan yang Ditinggalkan Gus Dur

Masyarakat Indonesia menerima banyak warisan penting dari Gus Dur. Beberapa di antaranya

ada Pribumisasi Islam, Konsep ini diusulkan oleh Gus Dur, yang menekankan betapa

pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dengan budaya lokal Indonesia. Tujuannya

adalah untuk menghindari arabisasi, yang dapat mengancam kelestarian budaya Indonesia. Gus

Dur juga dianggap sebagai pendiri pluralisme di Indonesia. Ia meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya toleransi antarbudaya dan agama . Selain itu, Gus Dur mendukung

hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Gus Dur mempromosikan Islam yang masuk akal

dan moderat. Ia menolak ide-ide konservatif dan radikal yang dapat memecah belah

masyarakat. Dan Reformasi sosial ekonomi di Indonesia dibantu oleh Gus Dur. Ia bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mereka yang berada di bawah garis

kemiskinan.

Kepemimpinan Gus Dur memberikan banyak pelajaran penting bagi pemimpin saat ini. Selama

kepemimpinannya, Gus Dur selalu menekankan pentingnya toleransi dan inklusi. Ia

memberikan kesempatan untuk berbicara dengan berbagai kelompok, termasuk minoritas, dan

mendukung hak-hak mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan dan

menghargai setiap suara yang ada dalam masyarakat . Gus Dur memimpin dengan cara yang

demokratis dan melibatkan banyak pihak dalam proses pengambilan keputusan. Ini terlihat dari

kebijakannya yang sering didasarkan pada diskusi dan kesepakatan. Pemimpin saat ini dapat

belajar untuk menjadi lebih terbuka terhadap ide-ide dan partisipasi dari berbagai sumber. Gus

Dur juga dikenal karena berani mengambil keputusan yang dianggap benar dan penting untuk kebaikan meskipun mungkin tidak popular.

Nama: Firna Erningtyas

NIM: 230106110088

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun