Mohon tunggu...
Firna Nahwa Alpirdausi
Firna Nahwa Alpirdausi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjelajahi Kuliner dengan Wisata Khas Tionghoa di Jakarta Timur

8 Januari 2024   08:50 Diperbarui: 8 Januari 2024   08:50 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Firna Nahwa Alpirdausi

Namun demikian, salah satu pedagang kuliner di Old Shanghai, Risa Nabilatul Qur'ani, memperhatikan bahwa keseimbangan antara pilihan kuliner muslim dan non muslim sepertinya belum sepenuhnya terwujud. Perhatian khusus diberikan pada sebagian besar hidangan non muslim yang cenderung non halal. Hal ini menjadikan pengalaman kuliner di sini kurang seimbang, dan seharusnya terdapat kesetaraan dalam pilihan kuliner di destinasi ini.

"Kalau ke sini yang cuma benar-benar kita mau cari kulineran kurang kak karena kan di sini kulinernya kebanyakannya yang kalo untuk yang agamis banget juga enggak, paling di sini banyak karena makanan makanan nonis yang non halal gitu. Jadi ya kurang lah, harusnya kan balance," ujar Risa Nabilatul Qur'ani, pedagang zozo dessert di Old Shanghai, pada Selasa (19/12/2023).

Ragam kuliner di Old Shanghai, memiliki beberapa rekomendasi yang menonjol dari deretan kuliner. Untuk para pecinta kuliner halal antara lain, yaitu zozo dessert, es cendol soekajadi, kwetiau sapi aboy, meski harganya mahal, namun sebanding dengan kelezatannya. Di sisi lain, bagi pecinta makanan non halal, beberapa pilihan terkenal melibatkan babi panggang, sinar harapan, serta dua restoran besar, yaitu mutiara dan shu go yin xiang.

"Kalau di deretan sini ada di di tempat aku zozo dessert, es cendol. Untuk makanannya kwetiau Sapi halal, namanya kwetiau aboy, harganya lumayan tapi memang enak banget, kalau untuk yang non halal itu yang terkenalnya ada di babi panggang atau nggak sinar harapan, sama dua lagi mutiara sama shu go yin xiang itu restoran besarnya," jelas Risa.

Para pedagang kuliner di Old Shanghai mencari cara kreatif untuk menjaga daya tarik dan meningkatkan minat pengunjung. Beberapa strategi yang diterapkan, yaitu dengan cara promosi, seperti penawaran khusus untuk membeli 3 minuman seharga Rp50 ribu.

Selain itu, para pedagang kuliner juga saling berkolaborasi. Melalui kolaborasi ini, mereka bertujuan untuk menciptakan suasana yang mengundang dan beragam, menawarkan pengalaman unik kepada pengunjung. Salah satu praktik yang diterapkan adalah memberikan sapaan atau greeting yang ramah kepada pengunjung, dengan aturan yang jelas bahwa tugas ini dilakukan secara bergantian. Dengan demikian, pedagang kuliner bekerja sama untuk menjaga daya tarik dan keberagaman di Old Shanghai.

"Kalau kita sih ngadain promo si kak, kaya beli 3 minuman itu Rp50 ribu, terus juga paling greeting ya, greeting itu tapi di sini ada aturannya, yaitu secara bergantian untuk menawarkan seperti itu," ucap Risa.

Selain wisata dan kuliner, Old Shanghai juga mempersembahkan musik vokal yang menghibur untuk para pengunjung, hiburan tersebut biasanya dilaksanakan mulai sore sampai malam hari.

Old Shanghai buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB 22.00 WIB pada hari biasa, sedangkan untuk Sabtu, Minggu dan libur nasional buka mulai pukul 07.00 WIB 23.00 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun