Mohon tunggu...
Firmus Isalno Naur
Firmus Isalno Naur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Mahasiswa STFT Widya Sasana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sila Pertama dan Adab

6 Desember 2024   09:14 Diperbarui: 6 Desember 2024   09:23 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, globalisasi dan modernisasi membawa tantangan baru berupa dampak sekularisme, atheisme, materialisme dan individualisme. Di era digital, nilai-nilai spiritual seringkali terpinggirkan oleh budaya konsumtif yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas segalanya. Hal ini menyebabkan merosotnya akhlak dan budi pekerti dalam kehidupan sosial manusia.

Upaya Melestarikan Ketuhanan Yang Beradab 

Menjaga agar nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa tetap relevan dan hidup dalam kehidupan sehari-hari memerlukan upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Salah satu metode yang paling penting adalah pendidikan inklusif. Kurikulum harus mengajarkan nilai-nilai moral dan agama, tidak hanya berfokus pada aspek ritual, tetapi juga penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan harus mengajarkan pentingnya toleransi, tanggung jawab, dan kerjasama antar umat beragama. Contohnya di SDK Kanisius Kenalan, anak-anak mengikuti kegiatan Tengok Orang Sakit atau Jompo (TOSPO) sebagai upaya membangun kepedulian dan perhatian kepada yang membutuhkan.

Keluarga juga berperan penting dalam penanaman nilai-nilai ketuhanan dan perilaku manusia. Orang tua teladan harus menghargai perbedaan dan menjaga hubungan harmonis dengan orang lain. Pendidikan moral yang dimulai dari rumah memberikan landasan yang kuat bagi anak untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip awal kehidupan.

Selain itu, dialog antaragama perlu lebih diperkuat untuk membangun saling pengertian dan mengurangi prasangka. Dialog yang sehat memungkinkan individu untuk bertukar ide dan mencari titik temu meskipun ada perbedaan. Upaya tersebut akan memperkuat persaudaraan dalam keberagaman dan mencegah konflik yang dapat merusak keharmonisan sosial.

Akhirnya, Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana yang tercantum dalam sila pertama Pancasila, adalah landasan yang mengajarkan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Nilai Ketuhanan yang sejati tidak hanya diwujudkan dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam sikap hormat, tanggung jawab sosial, dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi manusia yang beradab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun