Mohon tunggu...
Firmauli Sihaloho
Firmauli Sihaloho Mohon Tunggu... Jurnalis - Bataknese who Grown in West Sumatera & Working in Riau Province

Menghidupi Hidup Sepenuhnya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menelisik Aksi Rekayasa Sosial: Menyerang Psikologis, Tabungan Dikuras Habis

11 September 2022   12:19 Diperbarui: 11 September 2022   12:30 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Rekayasa Sosial atau Soceng (img: pexels)

Pertumbuhan ini tentu memperluas cakupan wilayah pelaku Soceng untuk beraksi. Jika menggunakan logika berpikir pelaku, dari 100 ribu data yang didapatkan kemudian dihubungi, maka peluang  untuk memperdaya satu korban saja sangat memungkinkan.

Penting diketahui, salah satu ciri khas aksi rekayasa sosial ini adalah pelaku menyerang psikologis korbannya. Pelaku menyasar emosi targetnya dalam menjalankan aksi. Perasaan sedih dan bahagia menjadi kunci bagi para pelaku mempengaruhi si korban.

Secara keilmuan, metode ini disebut hipnoterapi. Ahli hipnoterapi, Drs.R. Budi Sarwono, M.A menjelaskan secara sains bagaimana pelaku mempengaruhi korbannya dikutip kompas.com (22/4/2022)

"Caranya dengan memaparkan kabar yang memungkinkan calon korban mencapai peak emotion. Untuk memancing emosi bahagia, biasanya mereka menyampaikan kabar dapat hadiah, atau peluang besar mendapatkan undian dan lain-lain.

Untuk memancing perasaan sedih biasanya mereka mengabarkan bahwa anggota keluarga berada di RS, jatuh, kecelakaan atau yang lain.

Seseorang dalam kondisi puncak emosi sedih atau bahagia, memicu kelenjar hormon yang berpotensi seseorang tidak bisa berpikir jernih

Akibatnya, pelaku dengan mudah menggiring korban untuk bertindak sesuai keinginannya. 

Jika emosinya memuncak, maka otak akan menekan kelenjar kelenjar tertentu dan memicu tubuh memproduksi hormon tertentu yang mengakibatkan otak reptil aktif, dan neo cortex pasif. Neo cortex adalah tumpuan logika. Maka, kalau bagian ini off, maka individu tidak bisa berfikir jernih,"

Berangkat dari penjelasan di atas, rekayasa sosial yang dilakukan, meski lewat panggilan telepon maupun pesan singkat sekalipun bisa saja terjadi. Sebab, hal ini berkaitan dengan prinsip dasar dasar manusia untuk bersikap, yakni emosi atas perasaan sedih dan bahagia.

Oleh sebab itu, para nasabah dituntut cermat dan teliti dalam menerima informasi perbankan. Prinsip yang perlu untuk diterapkan untuk menjadi Nasabah Bijak adalah jangan mudah tergiur atas tawaran apapun.

Nah, berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengajak pembaca agar lebih menikmati dan mensyukuri apa yang sudah didapatkan lewat usaha dan kerja keras, daripada berharap sesuatu yang lebih akan tetapi belum jelas asal usulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun