Mohon tunggu...
Firma Sutan
Firma Sutan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu, pendidik dan penulis. Baru menghasilkan sekitar 40 buku, kebanyakan bertema matematika dan genre bacaan anak. Dia pun berbagi di firmasutan.blogspot.com dan pintarmatematika.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung Padang, Pendakian Gunung Ideal untuk Keluarga

13 Januari 2014   12:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dicari seseorang saat memutuskan mendaki gunung? Beberapa jawaban yang mungkin terucapkan antara lain ingin menikmati sensasi udara pegunungan yang segar, menikmati pemandangan indah dari ketinggian, melihat matahari terbit, tantangan untuk menaklukkan alam, penasaran karena mendengar cerita teman, dan lain-lain jawaban yang tentu saja berbeda antara satu orang dengan orang lain.

Karena semua sensasi itu, banyak orang yang merasa bangga kalau sudah berhasil mendaki suatu gunung. Selain sensasi keindahan, biasanya seorang pendaki juga diliputi kepuasan bisa menaklukkan alam. Tidak salah. Padahal kalau dipikir-pikir tidak hanya menaklukkan alam tapi juga menaklukkan diri sendiri. Kebayang, betapa capeknya harus mendaki gunung. Kadang ada godaaan untuk berhenti dan turun sebelum mencapai puncak.

Gambaran tentang suatu pendakian tak jauh dari bayangan tinggi (ya iyalah, gunung gitu lho), terjal, harus melalui hutan, kalau bisa jalannya bareng teman, ada resiko tersesat, biasanya sekalian kemping (atau melakukan perjalanan malam hari kalau ada rencana menyaksikan matahari terbit) dan pastinya harus bawa perbekalan banyak (baik makanan maupun tenda dan keperluan lainnya). Poin yang terakhir pastinya mengharuskan membawa ransel lumayan gede.

Karena semua tantangan berat tersebut, bisa dibilang kegiatan mendaki gunung umumnya dilakoni kalangan anak muda. Jalan bebas tanpa memikirkan hal-hal lain kecuali memang niat untuk menghibur diri sembari mengagumi alam. Bagi para orangtua, apalagi yang memiliki anak, tentunya harus memiliki banyak pertimbangan untuk mengajak buah hati mendaki gunung. Terlebih kalau anak masih kecil.

Bagi para orangtua, seperti saya, kriteria untuk mendaki gunung biasanya justru lebih ‘mudah’. Artinya nggak perlu harus tinggi dan terjal, nggak perlu nginap, nggak perlu ribet. Pokoknya tinggal jalan. Tapi syukur-syukur anak yang diajak jalan mendapatkan pengalaman atau sensasi mendaki gunung.

Nah kriteria itu terpenuhi saat kami membawa anak-anak mendaki Gunung Padang di Cianjur. Sensasi mendaki gunungnya dapat, tidak perlu terlalu capek mendaki dan ternyata ada bonusnya. Anak-anak, bahkan orangtua pun, mendapatkan pengalaman dan pemahaman baru tentang kebesaran nenek moyang kita. Bagi kami, Gunung Padang adalah tempat pendakian gunung ideal untuk keluarga.

Pencapaian Lokasi

Gunung Padang terletak antara Cianjur dan Sukabumi tepatnya di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Wisatawan dapat mengunjungi lokasi melalui Sukabumi maupun Cianjur. Jalan raya menuju lokasi lebar dan mulus. Hanya sayang sekitar 20 km sebelum lokasi masih banyak jalan berbatu dan berlubang. Di saat musim hujan, jalan tersebut membentuk kubangan-kubangan air besar yang cukup membahayakan bagi pengunjung.

Selain menggunakan kendaraan pribadi, jalan menuju lokasi juga bisa ditempuh dengan kendaraan umum berupa angkutan pedesaan yang bisa disambung dengan ojek. Alternatif lain, kabarnya kereta api jalur Sukabumi – Cianjur akan diaktifkan kembali mulai Februari 2014 (mundur dari jadwal semula 15 Januari 2014). Jika jalur kereta api ini diaktifkan, maka pengunjung bisa naik kereta dan turun di Stasiun Lampegan dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki maupun ojek ke lokasi.

Situs Megalitikum Gunung Padang

Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan karena kondisi jalan yang rusak, saya beserta suami dan anak-anak sampai di gerbang bertuliskan Situs Megalitikum Gunung Padang. Mobil diarahkan untuk parkir di sini. Tempat parkir cukup luas dan tertata. Dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan toilet yang bisa dimanfaatkan. Tak jauh dari situ juga tersedia mesjid desa dan beberapa warung. Untuk pengunjung yang mengendarai sepeda motor, tersedia juga tempat parkir yang banyak disediakan warga sekitar.

Berjalan sekitar 2 km dari tempat parkir, sampailah kami di pintu masuk situs. Di sini, setiap pengunjung harus membeli tiket masuk yang cukup murah, hanya Rp. 2000. Di pintu masuk juga tersedia sebuah bangunan yang bisa digunakan sebagai sarana informasi. Sayang waktu kami berkunjung sudah cukup sore, jadi tidak menyempatkan diri untuk mampir ke sini.

Untuk keperluan pendakian Gunung Padang sudah disediakan dua jalur. Keduanya dilengkapi dengan tangga. Tangga sebelah kiri adalah tangga yang diperkirakan tangga ‘asli’ situs tersebut. Tersusun dari undakan batuan andesit, jalur ini cukup terjal dan menanjak. Sedangkan jalur sebelah kanan adalah jalur ‘baru’ yang dibangun pemerintah daerah Jawa Barat. Dilengkapi dengan pegangan, tangga ini cukup aman untuk anak-anak maupun orang tua.

[caption id="attachment_305722" align="aligncenter" width="612" caption="Tangga "][/caption]

Kami memilih jalur tangga kedua, karena rasanya lebih nyaman untuk keluarga. Lebar tangga cukup untuk dua arah. Diperkirakan sekitar 468 anak tangga  yang harus dilalui di jalur ini. Tidak perlu buru-buru naik ke atas, pengunjung yang kelelahan dapat berhenti sejenak menikmati pemandangan lembah dan perbukitan.

Saya pun sempat terengah mendaki Gunung Padang. Maklum umur tidak muda lagi, harus tahu diri. Anak-anak pun, karena tidak terbiasa, kelihatan lelah. Tapi untungnya mereka tidak menyerah. Pengunjung yang turun pun biasanya memberi semangat baik dengan senyuman maupun ucapan tulus menyemangati.

Sampai! Setelah perjalanan selama kurang lebih setengah jam dari pintu gerbang membeli tiket, kami pun sampai ke teras atau undakan pertama. Luar biasa. Kami terperangah menyaksikan batu-batu yang bertebaran di permukaan datar menyerupai lapangan. Beberapa tali-tali pembatas dibentangkan untuk menghalangi niat pengunjung untuk mendaki setumpuk batuan yang berserakan di bagian sisi miring. Selain membahayakan pengunjung, mendaki batuan ini juga dapat mengubah posisi batu-batu yang ada.

[caption id="attachment_305724" align="aligncenter" width="733" caption="Tumpukan batuan di teras pertama puncak Gunung Padang."]

1389589863785868710
1389589863785868710
[/caption]

Warisan Nenek Moyang

Saat kami berkunjung ke Gunung Padang, cuaca kurang mendukung. Mendung dan gerimis sempat menghadirkan kabut yang menghalangi pemandangan ke arah lembah. Tapi itu tak mengurangi rasa kagum pada pemandangan yang tersaji. Baik pemandangan alam di sekitar lokasi maupun pemandangan situs megalitikum ini.

[caption id="attachment_305725" align="aligncenter" width="538" caption="Pemandangan alam yang indah terlihat dari puncak Gunung Padang."]

13895901631392295953
13895901631392295953
[/caption]

Kebetulan kami pun sempat berbincang dengan beberapa petugas yang kebetulan selesai menemani tamu pengunjung lain. Dari beliau kami banyak mendapatkan cerita tentang situs ini.

Padang diperkirakan berasal dari bahasa Sunda caang yang berarti terang benderang. Ada pula yang mengartikan sebagai tempat agung para leluhur. Memang tempat ini diperkirakan merupakan tempat pemujaan nenek moyang. Di sebelah kiri ditemukan susunan batu-batu yang diperkirakan merupakan dolmen atau meja persembahan. Selain itu ditemukan beberapa batu yang dipasang tegak berpasangan yang kemungkinan adalah menhir. Uniknya beberapa batu, konon disusun sedemikian  rupa hingga apabila diketuk mengeluarkan nada pentatonik seperti nada dasar musik kesenian Sunda.

[caption id="attachment_305726" align="aligncenter" width="653" caption="Susunan batuan yang diperkirakan merupakan tempat pemujaan. Dua batuan tegak di sebelah kiri diperkirakan adalah menhir."]

13895902671710203875
13895902671710203875
[/caption]

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengungkapkan rahasia dibalik keberadaan situs Gunung Padang. Sayangnya tidak ditemukan adanya prasasti yang bisa digunakan untuk memperkirakan umur situs ini. Tapi banyak penelitian yang memperkirakan bahwa situs ini dibangun jauh sebelum pembangunan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Bahkan sebagian peneliti percaya, pembangunan maha karya ini hampir bersamaan waktunya dengan piramida di Mesir.

Wow, otak saya langsung bereaksi. Jika memang bangunan ini disejajarkan dengan piramida di Mesir, berarti kemampuan nenek moyang kita pun tak kalah dengan kebudayaan lain yang sudah lebih dahulu diakui dunia. Tentunya kita juga bisa berbangga dong dengan pencapaian luar biasa para pendahulu kita. Tentu saja sejarah kelam penjajahan berabad lamanya yang kita alami dan stigma sebagai bangsa tertinggal dapat pula terhapus.

Kritik dan Saran

Walaupun secara umum lokasi Gunung Padang sudah layak sebagai destinasi wisata, ada beberapa hal yang sebaiknya harus dibenahi. Antara lain:

1. Kondisi jalan menuju lokasi. Pemerintah sebaiknya segera memperbaiki jalan menuju Situs Megalitikum Gunung Padang sehingga lebih banyak wisatawan yang datang berkunjung. Papan penunjuk jalan menuju lokasi cukup banyak terlihat. Hanya perlu perbaikan karena sebagian besar sudah ada yang lapuk.

2. Dibanding lokasi wisata lainnya, Gunung Padang bersih dari sampah yang berceceran. Salut untuk petugas yang selalu sigap membersihkan sampah pengunjung. Tapi sebaiknya pengunjung pun harus dididik untuk menjaga kebersihan. Selain itu lokasi masih bersih dari aksi vandalisme yang biasanya memenuhi tempat wisata. Walau demikian ada baiknya agar di lokasi juga dituliskan pengumuman untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mencoret batuan.

3. Saat di atas, kami menjumpai satu dua pedagang keliling. Tak mengapa asal mereka bisa menjaga kebersihan. Para pedagang terlihat mempersiapkan semacam kantong untuk menerima sampah dari pembelinya. Yang sedikit mengkhawatirkan adalah mulai adanya pembangunan warung setengah permanen di atas. Selain menganggu pemandangan, juga dikhawatirkan rawan longsor. Tentu kita tidak menginginkan ada kejadian longsor di saat para pengunjung berada di warung tersebut.

[caption id="attachment_305728" align="aligncenter" width="653" caption="Pembangunan warung di lereng Gunung Padang berpotensi mendatangkan bencana."]

13895904901230900866
13895904901230900866
[/caption]

4. Pemerintah sebaiknya mendorong pihak swasta untuk mengembangkan pariwisata di Gunung Padang dan sekitarnya. Para pengusaha mungkin bisa mengadakan paket wisata mencakup kunjungan ke Gunung Padang, menikmati tea walk di Perkebunan Teh Gunung Manik yang tak jauh dari lokasi serta Terowongan Lampegan yang legendaris (terowongan pertama yang dibangun Belanda untuk menghubungkan jalur Bandung Sukabumi).

Indonesia travel sebagai salah satu situs online dunia pariwisata Indonesia, sudah mencantumkan Gunung Padang sebagai salah satu destinasi andalan di Indonesia. Tidak salah kiranya, karena tempat ini selain bisa berwisata alam, pengunjung pun mendapatkan wawasan baru tentang kebesaran nenek moyang kita.

Jadi bila Anda ingin mengajak keluarga mendaki gunung, tapi tak ingin repot dan capek. Mungkin pendakian ke Gunung Padang bisa menjadi bahan pertimbangan.

sumber foto : pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun