Mohon tunggu...
Firmanzah Siregar
Firmanzah Siregar Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Banget

Menulis adalah sarana menangkap Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat dan Covid-19, hingga saat ini

10 September 2020   22:27 Diperbarui: 22 Januari 2021   13:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eforia Pilkada 2020

Sebuah Observasi di salah satu Provinsi bagian timur Indonesia

Juli 2020

"Apa itu Corona? mana? sini! gak takut saya sama Corona" sontak kalimat tersebut membuat saya tertegun dan memandang seorang wali santri yang mengucap. Saat itu, seluruh santri yang telah lama diliburkan masuk kembali untuk mengenyam kembali pendidikan pesantren atas dasar kekhawatiran para pimpinan Ponpes (pondok Pesantren) bahwa para santri yang di rumah aja tidaklah aman karena akan banyak interaksi dan menambah potensi penyebaran Covid-19.

Para pimpinan Ponpes tersebut pun telah berkoordinasi dengan pihak terkait agar prosedur pengembalian santri ke ladang ilmu tersebut dapat berlangsung dengan aman dan tetap dalam mencegah penyebaran pandemi yang sedang melanda dunia. Ratusan surat pemberitahuan untuk menggunakan masker dan menjaga jarak saat mengantar santri terasa percuma.

Mereka hanya masyarakat, mereka hanya tau cerita tentang pandemi dan tidak menganggap serius. Saya tetap tertegun dan memandang, apa yang salah? apa yang kurang? atau mungkin karena hanya rakyat? atau karena tidak ada wibawa? entahlah, setahu saya, tidak ada kluster baru akibat pulangnya santri tersebut, dan saya bersyukur.

Agustus 2020,

Di sebuah kedai kopi, saya termenung sambil menikmati kopi pesanan saya, kopi yang memiliki cita rasa absurd, gurih yang tersamar oleh manisnya gula dan hitam yang pudar oleh putihnya krimer kental. Sekelompok pemuda berkumpul, bercengkrama dan bercanda seolah pandemi hanya drama sinetron biasa. Terlarut dalam cerita mereka seolah apa yang terjadi di seluruh penjuru dunia saat ini hanya permainan angka semata. Mereka ingin bergaul, mereka ingin berkumpul, mereka adalah jiwa muda yang meronta dan menganggur karena corona.

Wilayah kota di daerah yang saya tinggali mulai ramai sejak dilonggarkannya "pembatasan sosial" versi pemerintah daerah, jam malam pun diberlakukan. Bulan-bulan sebelumnya sangat terasa mencekamnya malam, mobil patroli berkeliaran dan penerangan jalan raya dimatikan. Sekarang hiruk pikuk Kota mulai terasa dan semua bersemangat bangkit dari keterpurukan.

Namun, masih banyak yang tidak sadar, apakah salah saya berharap masyarakat patuh? atau masyarakat sadar? mana yang perlu? patuh atau sadar? dan angka penambahan kasus baru Covid-19 pun selalu ada setiap hari.

September 2020,

Musim Politik pun datang di tengah pandemi, para bapaslon di setiap daerah pasti menginginkan eforia yang pantas sebagai tokoh yang diusung oleh rakyat. Parameter utama adalah massa, semakin banyak massa yang membanjiri di setiap kegiatan politik, baik itu sosialisasi, kosolidasi, maupun kegiatan lainnya, semakin tinggi percaya diri tokoh yang akan diusung oleh rakyat tersebut. Ini di daerah, masyarakat tidak terbendung, sebagian ada yang ingin mengganti rezim kepala daerah, sebagian lagi ingin merebut tahta kekuasaan di daerah.

Tidak peduli balon Kada tersebut itu adalah petahana maupun calon baru, mereka ingin eforia yang sama, mereka ingin keramaian dan kerumunan masyarakat. Inikah kepemimpinan? pahamkah mereka apa situasi yang sedang dihadapi secara nasional saat ini? apakah patut? Masyarakat tidak tahu, mereka hanya perlu hiburan dan semangat di tengah kondisi yang tidak menentu saat ini. Sosialisasi yang sudah diterbitkan? kampanye penggunaan masker? terasa tidak ada berarti.

Gaya lama tetap dibutuhkan, normal baru tidaklah mudah, yang ada hanyalah berusaha normal di situasi yang sedang gawat. Bencana ini bukanlah gempa bumi atau erupsi gunung api, bencana ini adalah ujian untuk mencerdaskan publik.

Jadi, manakah yang perlu? Percaya? Patuh? atau menyamakan persepsi?

Menurut saya, Pandemi Covid-19 telah membuktikan adanya krisis mengutamakan kepentingan publik. Kepentingan Publik saat ini adalah untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang saat ini telah menjadi Pandemi Global. Namun, beberapa kelompok orang masih menilai beberapa kepentingan harus diutamakan di atas kepentingan publik tersebut dengan beragam alasan. Semoga daerah tetap aman, semoga Pandemi ini cepat berlalu, semoga semua dapat kembali normal, namun semoga hanyalah sekedar harapan tanpa adanya tindakan yang kongkrit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun