Mohon tunggu...
Naufal Firman Yursak
Naufal Firman Yursak Mohon Tunggu... Analis Media -

a Political Junkie | a Former Journalist | Justice for All | naufal@firmanyursak.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tantangan (Calon) Gubernur DKI Jakarta 2012-2017

31 Maret 2012   09:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Khusus DKI tahun 2012-2017, hal paling mendasar untuk meraih smart growth ialah riset dan pemetaan-ulang seluruh zona sehingga ada peta baru bagi pemerintah dan masyarakat dalam rangka melaksanakan program-program pembangunan di DKI. Pemetaan ulang itu mencakup : (1) zona-zona ekonomi, (2) pemerintahan dan pelayanan publik, (3) landmark dan wisata, (4) air, laut, sungai, (5) parkir, (6) transportasi, (7) pendidikan, (8) industri, (9) ruang hijau, dan (10) ruang publik, yang mencakup seluruh sektor kehidupan masyarakat dan lingkungannya di DKI.

Pemetaan ulang seluruh zona DKI akan memudahkan pelaksanaan berbagai program pembangunan mencapai titik-titik itu tepat sasaran. Ini penting, sebab inti dari negara ialah rakyat dan lahannya. Di DKI, ada banyak zona periferal yang tidak terdeteksi sehingga sulit disentuh program pembangunan dan zona-zona baru hasil alih-fungsi lahan. Pemetaan ulang titik-titik zona DKI memudahkan kontrol semua program Pemda dan efisiensi mata-rantai arus uang, barang, jasa, pelayanan, manusia, dan zat di DKI. Pemetaan ulang titik-titik zona DKI itu juga memudahkan pelayanan publik, mengatasi kemacetran, melestarikan lingkungan, dan kontrol keamanan ibukota Negara RI Jakarta. DKI akan menjadi kota sehat dan layak huni.

Tantangan Cagub DKI

Luas 662 km2 daratan dan 6.977 km2 perairan dari wilayah DKI Jakarta bukan lingkungan mudah ditata dan dikelola. Sekitar 40% lahan DKI berada di level bawah permukaan laut dan sisanya sekitar 7 meter di atas permukaan laut. Jakarta kini merupakan kota ke-12 terpadat di dunia dan sejak tahun 2008 termasuk satu global-city. (GaWC, 2009)

Dari sudut pandang smart growth, konsep dan program pembangunan DKI yang ditawarkan oleh para cagub DKI melalui laporan media, (VivaNews, 2012)  tampaknya bakal menemui peluang dan tantangan untuk membangun DKI Jakarta. Misalnya, konsep dan pembangunan ransportasi dan pelayanan publik dari pasangan cagub Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli tidak mudah memecahkan masalah DKI 2012-2017. Pasangan ini perlu memodifikasi konsep baru khususnya mengatasi isu penduduk dan kemacetan. Pelayanan publik memang telah berjalan dan meningkat. Untuk meraih dukungan publik, pasangan cagub ini perlu merilis konsep baru pembangunan smart growth DKI Jakarta 2012-2017.

Tawaran konsep dan program pembangunan DKI yang bernafas kerakyatan dari pasangan cagub Joko Widodo dan Basuki T Purnama berpeluang meraih hasil bagi masyarakat nenengah ke bawah di DKI. Namun, visi kerakyatan ini tidak mudah direspons masyarakat menengah ke atas. Program-program seperti ini cocok untuk kota-kota yang sedang atau baru berkembang dan belum cocok untuk kota maju seperti Jakarta. Konsep dan program berbasis kerakyatan untuk DKI berbebeda dengan kota-kota lain.

Usulan program pasangan cagub Alex Noerdin dan Nono Sampurno bisa berpeluang menyelesaikan isu vital DKI seperti tata-kota, lalu-lintas, ekonomi, dan lingkungan. Konsep dasarnya dapat mengatasi kemacetan, karena kekurangan ruas jalan dan kelebihan pengguna jalan. Fungsi zona-zona dan lahan ditata-ulang. Program-program ini dapat melahirkan tata dan masyarakat kota Jakarta yang lebih teratur, sadar fungsi lahan meningkat, dan pembinaan karakter. Namun, program-program ini membutuhkan biaya besar dan SDM profesional.

Visi keadilan dalam program pelayanan publik dan perbaikan ekonomi rakyat DKI dari pasangan cagub Faisal Basri dan Biem Benyamin sekilas dapat meraih simpati publik. Namun, jika simpati dan dukungan ini tidak dikelola, maka partisipasi dan dukungan terhadap program semacam ini dalam kampanye dan jangka panjang mudah rapuh.

Tawaran program pembangunan DKI dari pasangan cagub Hidayat Nurwahid dan Prof.Didiek J. Rachbini memiliki pesona, seperti impian Jakarta bebas macet, bebas kumuh, dan bebas dari kemiskinan. Namun,  konsep ini ibarat bingkai besar, terlalu tinggi, dan waktunya lama. Maka dibutuhkan riset kuat untuk merealisasikannya. Respons kelompok elit barangkali positif, tetapi apakah ada dukungan arus bawah? Kecuali zona-zona dan akses-akses sosial-ekonomi rakyat benar-benar dibuka dan diperluas, jangka panjang program-program ini bagus.

Fokus program pasangan cagub Hendardhi Supandji dan Riza Patria pada bidang kependudukan dan kemacetan di DKI Jakarta, mudah disosialisakan. Tantangannya, mulai dari mana melaksanakan kedua program ini untuk melahirkan smart growth di DKI Jakarta periode 2012-2017? Untuk itu, pasangan cagub ini perlu melakukan riset ulang tentang DKI Jakarta sehingga ada hal baru dan signifikan untuk pembangunan rakyat DKI dan lingkungannya. ***

*Mahasiswa Pascasarjana FISIP/Komunikasi Universitas Indonessia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun