Mohon tunggu...
Firman Wahono
Firman Wahono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru di SMP Negeri 4 Ambarawa, saya memiliki hobi membaca. Bacaan yang seringa saya baca tentang berita bola. Jadi olahraga kesukaan saya adalah bermain bola.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kaidah Pantun

8 Februari 2023   16:58 Diperbarui: 8 Februari 2023   17:01 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pelatihanbelajarmenulis

Moderator                    : Dail Ma'ruf, M.Pd

Pemateri                       : Miftahul Huda, S.Pd

Tema                              : Kaidah Pantun

Ambil buah dengan memanjat

Berdiri tegak dipinggir kali

Mari kawan saya ajak melihat

Profil lengkap dari pemateri

            Sepotong kayu untuk dipahat

            Sambil bawa sebuah gergaji

            Mari kawan sejenak melihat

            Nama beliau Miftahul Hadi

Pergi ke Demak sambil bersholawat

Dengan naik metro mini

Mari kawan sejenak melihat

Instansi beliau SD Negeri 1 Raji

            Turun tangga dengan melompat

            Sambil pegang kayu kursi

            Sajak perkenalan untuk dilihat

            Agar kawan pandai berkreasi

Pembukaan

Sajak pantun diatas, sebagai gambaran bahwasanya materi pertemuan ke-13 KBMN Angkatan 28  mengajak para peserta untuk memahami tentang kaidah pantun. Narasumber materi ini adalah Bapak Miftahul Hadi dengan moderator adalah Bapak Dail Ma'ruf. Adapun materi lengkap yang disampaikan beliau adalah sebagai berikut :

Materi

Sejarah pantun

  • Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beraneka ragam, salah satunya adalah pantun. Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur  "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah local dengan iringan gendering. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukkan genre campuran yang kompleks seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni music, seni tarian, seni drama dan seni beladiri. Dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
  • Pantun diakui oleh UNISCO sebagai warisan budaya tak benda pada sesi kelima belas Interngovernmental Committee For The Safaguardiang Of The Intangible Cultural Heritage di kantor pusat UNISCO di Paris Perancis (17/2/12/2020).

Pengertian Pantun

  • Menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) Pantun dari kata "Pan" yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata "Tun" yang merujuk pada sifat santun. Kata "Tun" dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Husein, 2019). Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar, 2020).

Ciri-Ciri Pantun

  • Satu bait terdiri atas empat baris
  • Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
  • Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
  • Bersajak AB -- AB
  • Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang
  • Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

Kegunaan Pantun

  • Komunikasi sehari-hari
  • Sambutan dalam pidato
  • Menyatakan perasaan
  • Lirik lagu
  • Perkenalan
  • Berceramah atau dakwah

Fungsi Pantun

  • Sebagai alat pemelihara Bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur pikiran.
  • Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.
  • Secara sosial pantun memiliki fungi pergaulan yang kuat.
  • Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.
  • Namun demikian, secara umum peran social pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Perbedaan Pantun dengan Jenis Karya Sastra Lain

  • Aspek Perbedaan
  • Pantun
  • Syair
  • Gurindam
  • Baris
  • Terdiri dari empat baris;
  • Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang
  • Baris ketiga dan keempat disebut isi
  • Terdiri dari empat baris
  • Terdiri dari dua baris
  • Sajak
  • AB-AB
  • AA
  • AA
  • Hubungan Persajakan
  • Antara sampiran dan isi tidak memiliki hubungan sebab akibat
  • Keempat barisnya saling berhubungan
  • Baris pertama dan kedua merupakan sebab akibat yang memiliki keterkaitan

Cara Menulis Pantun

  • Memahami kaidah/ciri pantun
  • Menguasai perbendaharaan kata
  • Menulis isi pantun
  • Menulis lampiran pantun

Pelaksanaan

Materi yang disampaikan beliau begitu lengkap. Awal perkenalan sudah disuguhi dengan sajak pantun baik dari moderator maupun narasumber. Contoh penyampaian pantun yang disampaikan oleh narasumber:

"Bunga sekuntum tumbuh di taman

Daun salam elok mahkota

Assalamualaikum saya ucapkan

Sebagai salam pembuka kata".

Sajak perkenalan yang begitu menarik dan sangat indah untuk dibaca serta dinikmati. Tak sampai segitu, beliau kembali berpantun :

"Kalau tuan ke pulau Mempar

Batu terbelah di gunung Daik

Kalau tuan bertanya kabar

Alhamdulilah kabar baik".

Begitulah narasumber memberikan jejak kata dengan untaian sajak pantun. Memang luar biasa beliau dalam berpantun, tak salah beliau menjadi narasumber yang luar biasa di KBMN Angkatan -- 28. Saya pun sangat tertarik untuk menyimak secara seksama dalam materi kali ini. Bagi saya, orang yang suka berpantun sering kita anggap adalah seorang pujangga, yang pandai berolah kata, bermain kata, tentu kalau dikaitkan dengan asmara, bisa jadi beliau ahli penakluk kaum hama hehe.

Tak lama perkenalan disampaikan, beliaupun menyampaikan materi yang sudah saya tulis diatas tadi, apabila menginginkan materi lengkapnya dapat melihat dilink https://anyflip.com/wiirj/cfbd/. Dalam penyampain materi beliau mengajak peserta selain untuk memahami kaidah dalam berpantun atau mempelajari karya sastra lain (gurindam atau sair) beliau juga menantang para peserta untuk dapat menuliskan sajak pantun. Peserta diminta untuk melanjutkan baris pertama dan kedua dalam sajak yang beliau tuliskan. Setelah para peserta melengkapi sajak pantun beliau, lalu para pesertapun ditantang untuk membuat pantun minimal satu bait dengan tema MERDEKA BELAJAR. Itu kata penutup dalam penyampaian materi yang selanjutnya dibuka sesi tanya jawab. Dalam penutup pesan beliau, beliau menyampaikan kalau menulis pantun, usahakan hindari penggunaan nama orang, dan nama merk dagangan.

Penutup

"Bunga melati mekar ditaman

Begitu harum aroma bunganya

Mari kita berjabat tangan

Bentuk penghargaan atas materinya".

Sajak pantun, saya sampaikan atas penghargaan saya terhadap materi yang sudah disampaikan. Semoga narasumber dan moderator senantiasa diberikan kesehatan dan kesuksesan selalu. Terima kasih.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun