Mohon tunggu...
firman syamsul rizal
firman syamsul rizal Mohon Tunggu... Guru - guru

https://www.kompasiana.com/firmansyamsulrizal/5d7715320d82300235134972/mengenal-syaeful-pemain-trombone-pertama-soneta?page=all

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Mengenal Syaeful, Pemain Trombone Pertama SONETA Group

10 September 2019   17:18 Diperbarui: 12 September 2019   17:47 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut pria kelahiran Bandung, 12 Juli 1986 ini, Rhoma Irama adalah figur yang sangat kharismatik. Sangat jenius di bidang musik, penulis lirik terbaik, penata musik terbaik, penyanyi, aktor, sutradara, sekaligus sebagai guru. Baginya Rhoma Irama bisa menjadi orang tua, yang sangat peduli kepada anak-anaknya yaitu semua personil SONETA.

SONETA memiliki tradisi jadwal latihan yang luar biasa keren. Waktu latihan persiapan show di suatu kota, dilakukan sore ba'da Ashar. Ketika azan Maghrib berkumandang, latihan break terlebih dahulu untuk sholat Maghrib berjamaah. Dilanjutkan tausyiah sampai menjelang sholat Isya, kemudian sholat Isya berjamah. Latihan dilanjutkan sampai jam 21.00. Syaeful  baru menemukan 1 group musik yang selalu sholat berjamah dan rutin mengadakan pengajian.

Kekaguman Syaeful bukan hanya kepada SONETA, tetapi merasa salut juga kepada teman-teman Fans of Rhoma Irama and SONETA (FORSA). Fans yang sangat militan, dengan jumlah sangat banyak tersebar di seluruh Indonesia. Terdiri dari struktural maupun non struktural, mereka memiliki visi dan misi yang paling utama yaitu mengamalkan lirik-lirik lagu Rhoma Irama. Termasuk ikut memelihara dan melestarikan karya-karya Rhoma Irama. Sebagian besar teman-teman FORSA mengoleksi album SONETA dan memiliki pengetahuan tentang lagu-lagu SONETA yang luar biasa.

Aktifitas Syaeful  di luar SONETA yaitu sebagai seorang pengajar. Tahun 2010 sempat mengajar di Al Azhar Syifa Budi Parahyangan, namun Syaeful  hijrah ke Jakarta. Jakarta tidak selamanya menawarkan pekerjaan kepada Syaeful, ada kalanya break pekerjaan. Akhirnya Syaeful  memutuskan untuk bulak balik Jakarta-Bandung. Syaeful pernah mengajar angklung di Saung Angklung Udjo. Mengajar baginya sangat menyenangkan, Syaeful  tidak bisa meninggalkannya. Meskipun sudah tidak mengajar di sekolah dari pagi sampai sore, tapi Syaeful  masih mengajar angklung di kampus, kantor, instansi pemerintah, paduan suara, vocal group dan band sekolah.

Kini setiap hari selasa, rabu dan kamis Syaeful  melakukan pekerjaan reguler di salah satu stasiun TV di Jakarta. Sedangkan hari jumat, sabtu, minggu dan senin Syaeful  menetap di Bandung. Menurutnya profesi pemusik banyak kerja di weekend, seperti main di wedding. Syaeful  juga bermain musik bersama Don Lego salah satu band di Bandung yang beraliran Ska. Jika tidak ada kegiatan main dengan SONETA dan Don Lego maka itu adalah waktu Syaeful  bersama keluarga dan antar jemput anaknya sekolah.

Keluarga sejak awal mendukung Syaeful  untuk memutuskan untuk kuliah di seni musik dan mengambil spesialisasi trombone. Kondisi yang terbilang unik, Syaeful  kuliah di seni musik tapi tidak punya alat musik. Ketika mengambil kuliah trombone Syaeful harus punya alat musik. Sebelumnya Syaeful  hanya memakai alat milik kampus, yang terbatas jumlah dan waktu. Agar bisa latihan lebih serius, maka Syaeful harus memiliki trombone sendiri.  

Sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI Bandung, semua alat musik dicoba. Alat musik piano, gamelan dan vocal wajib dikuasai, pada akhirnya Syaeful cenderung suka memainkan trompet. Karena pemain terompet lebih banyak dibandingkan pemain trombone, maka setelah 1 tahun belajar trumpet Syaeful  disarankan oleh dosennya untuk memilih trombone. Peralihan ini tidak memerlukan adaptasi yang lama, karena trumpet dan trombone masih satu keluarga yaitu instrumen musik tiup logam/brass.

Ketika Syaeful belum mempunyai penghasilan, dengan kondisi orang tua harus menyekolahkan kedua adiknya. Syaeful  memberanikan diri meminjam uang kepada ibunya, untuk membeli trombone temannya. Syaeful  sangat memerlukan trombone untuk kuliah. Setiap orang tua tentu sangat ingin melihat anaknya berhasil, maka orang tua Syaeful  memberikan sejumlah uang untuk membeli trombone. Pada saat itu Syaeful  tidak mengetahui jerih payah orang tua untuk mendapatkan uang tersebut.

Syaeful  mulai manggung dan mengambil job dengan trombonenya. Uang yang didapat sedikit demi sedikit mulai ditabung untuk mengembalikan uang orang tuanya. Ketika uang pinjaman mau dikembalikan, ternyata orang tua tidak mau menerimanya. Ibu hanya mendoakan Syaeful  agar trombone tersebut bisa bermanfaat, awet dan mendatangkan penghasilan.

Hingga kini Syaeful selalu tidak kuasa untuk menahan tangis ketika manggung bersama SONETA harus membawakan lagu berjudul Keramat. Penggalan lirik "Hei manusia, hormati ibumu yang melahirkan dan membesarkanmu", selalu membuat air mata menetes. Syaeful merasakan feel yang berbeda, karena teringat pengorbanan jasa baik ibunya dan dosa yang telah diperbuat kepada kedua orang tuanya.      

Dok Syaeful Husni Sadikin
Dok Syaeful Husni Sadikin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun