Mohon tunggu...
firman syamsul rizal
firman syamsul rizal Mohon Tunggu... Guru - guru

https://www.kompasiana.com/firmansyamsulrizal/5d7715320d82300235134972/mengenal-syaeful-pemain-trombone-pertama-soneta?page=all

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sesa Susanti, Female Woodworker Indonesia

4 September 2019   23:14 Diperbarui: 6 September 2019   11:07 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki pekerjaan tetap dan mendapatkan penghasilan yang besar sepertinya sudah menjadi keinginan hampir semua orang. Umumnya laki-laki maupun perempuan berharap bisa bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki dengan penghasilan yang menjanjikan. 

Tetapi berbeda dengan Sesa Susanti, seorang perempuan asal Tigaraksa kota Tangerang yang memilih profesi sebagai seorang tukang kayu atau lebih dikenal dengan istilah woodworker. Profesi ini di Indonesia sendiri banyak didominasi oleh laki-laki.

Keseriusannya menekuni profesi tukang kayu, selain karena sudah lama suka dengan kayu, berawal ketika dirinya cukup lama tidak memiliki pekerjaan.

Santi pernah beberapa kali bekerja kantoran, tapi bertahan seminggu bahkan hanya beberapa hari dan akhirnya mengundurkan diri. Baginya bekerja tidak terpatok kepada penghasilan yang didapatkan saja, akan tetapi yang terpenting rasa nyaman.

Kalau sudah nyaman dalam bekerja, maka tenaga, energi dan  semangat yang dikeluarkan akan lebih besar. Sesorang akan terus mencari hal yang baru dan menyimpan rasa penasaran untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tahun 2015 Santi memantapkan diri untuk membuka usaha sendiri setelah mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Sebelum menjadi tukang kayu secara solo seperti sekarang, Santi pernah terjun dalam usaha kayu, namun tidak turun langsung. Untuk mendapatkan pinjaman modal usaha, Santi berusaha menghubungi temannya. 

Pinjaman modal usaha didapatkan dengan perjanjian, apabila temannya menyukai karya Santi, maka karya tersebut akan dibelinya, tetapi kalau temannya tidak suka, maka pinjaman usaha itu dijadikan sebagai hutang.

Modal usaha tersebut digunakan untuk membeli kayu, alat gergaji, palu, paku dan kertas hamplas. Sedangkan alat pertukangan lainnya, Santi menggunakan peralatan milik ayahnya.

Karya pertama yang dibuat Santi yaitu percobaan membuat sebuah side table atau nakas. Karena merasa senang dan bangga dengan karyanya, Santi lantas mengunggahnya di akun Facebook.

Kemudahan zaman sekarang yang serba sosial media, segala apapun, jangankan urusan pribadi, pekerjaan, curhat pribadi di Indonesia segalanya di upload di Facebook.

Kondisi ini membuat Santi terus mengunggah foto-foto progres karyanya. Unggahan di akun Facebook pribadinya mendapatkan komentar beragam. Salah satu temannya tertarik untuk memesan dan tanpa pikir panjang Santi pun menerimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun