Mohon tunggu...
Frmn_
Frmn_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sebagai manusia abstrak

Mahasiswa sastra Indonesia di universitas pamulang Enjoy the silince

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Novel Mahabharata Karya Nyoman S Pendit pada Bab 51 "Kematian Duryodhana"

18 Desember 2023   08:25 Diperbarui: 18 Desember 2023   08:34 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini mengisahkan kesedihan Duryodhana atas kematian Karna dan penolakannya untuk menghentikan perang, yang berujung pada pertempuran sengit antara Kauravas dan Pandavas. Duryodhana akhirnya dikalahkan oleh Bhimasena dan meninggal, meskipun Krishna berusaha menghentikan pertempuran. Balarama marah pada tindakan Bhimasena dan menghadapi Krishna, tetapi Krishna membela Pandavas. Aswatthama bersumpah untuk membalas kematian ayahnya dan Duryodhana, lalu merencanakan serangan terhadap Pandavas saat mereka tidur, yang mengakibatkan banyak prajurit Pandava tewas. Meskipun Aswatthama membenarkan tindakannya dengan mengutip kesalahan-kesalahan Pandavas, ia akhirnya dikutuk atas tindakan tidak terhormat dan kejamnya. Cerita berakhir dengan akibat dari serangan tersebut dan penyelesaian konflik.

Novel ini memberikan gambaran yang mendalam tentang konflik moral, pertimbangan etis, dan penderitaan emosional yang dialami oleh para karakter pasca perang. Novel ini berhasil menggabungkan tema-tema balas dendam, keadilan, dan kompleksitas sifat manusia, menjadikannya bacaan yang memprovokasi pikiran dan menarik. Namun, beberapa kritik dapat diarahkan pada penggambaran kekerasan yang sangat rinci dan terperinci, terutama dalam adegan pembunuhan yang dilakukan oleh Aswatthama terhadap Dristadyumna dan anak-anak Draupadi. 

Penggambaran kekerasan yang ekstensif ini mungkin dapat mengganggu beberapa pembaca dan menimbulkan pertanyaan tentang kebutuhan akan detail yang sedemikian rupa. Selain itu, novel ini juga dapat dikritik karena kurangnya eksplorasi lebih dalam tentang konsekuensi moral dari tindakan Aswatthama, Kripa, dan Kritawarma, serta kurangnya refleksi yang mendalam tentang dampak psikologis dari peristiwa-peristiwa tragis yang digambarkan dalam novel ini. Lebih banyak eksplorasi pada aspek-aspek ini mungkin akan memberikan kedalaman emosional yang lebih besar pada cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun