Cerpen "Laki-Laki Pemanggul Goni" ditulis oleh Budi Darma. Cerpen ini menceritakan tentang seorang tokoh utama bernama Karmain yang sering ditarik oleh kekuatan misterius untuk menengok ke jendela kamarnya dari lantai sembilan setiap kali ia akan berdoa. Kekuatan itu berasal dari seorang laki-laki misterius pemanggul goni yang selalu menatap tajam ke arahnya dari trotoar, namun selalu menghilang tanpa jejak setiap kali Karmain turun dari lantai sembilan apartemennya untuk mendapatinya. Rasa penasaran Karmain semakin bertambah ketika ia membuka album dan menemukan foto ibunya yang kemudian membuatnya teringat akan cerita ibunya mengenai Laki-laki Pemanggul Goni yang selalu muncul untuk mencabut nyawa seseorang.
Ingatannya akan cerita ibunya mengenai Laki-laki Pemanggul Goni ini pun kemudian membawa ia bernostalgia dengan kenangan masa kecilnya di Kampung Burikan, mengenang kematian ayahnya yang tertembak mati ketika berburu babi hutan pada hari raya idul adha, juga pada cerita dari para saksi mata yang melihat Laki-laki Pemanggul Goni yang melemparkan bola-bola api ke rumah Karmain yang kemudian membumi hanguskan kampungnya.Â
Hingga suatu ketika Karmain bangun dari tidurnya hendak sembahyang, namun tiba-tiba gorden kembali tersingkap akibat angin yang begitu besar dari luar. Ketika ia menengok ke bawah, laki-laki pemanggul goni kembali muncul dengan tatapan penuh amarah ke arahnya. Kemudian dengan bergegas Karmain turun dari apartemennya dan seperti biasanya ia kehilangan laki-laki pemanggul goni itu lagi. Namun ketika Karmain kembali ke apartemennya, terkejutlah ia karena laki-laki pemanggul goni sedang duduk di atas sajadah dan sedang melantunkan ayat-ayat suci. Kemudian dengan lembut laki-laki itu berkata bahwa Karmain telah berubah dan melupakan tanah airnya bahkan makam kedua orangtuanya yang tidak terurus
Cerpen "Pemanggul Goni" karya Budi Darma menggambarkan konflik moral dan kepercayaan mistis dalam sebuah masyarakat pedesaan. Namun, cerita ini juga menciptakan ketegangan sosial dan konflik yang kompleks. Dialog antara Karmain dan laki-laki pemanggul goni menunjukkan konflik antara pandangan Karmain tentang keadilan dan hak asasi manusia dengan keyakinan laki-laki pemanggul goni tentang hukuman atas dosa.
Selain itu, cerita ini juga menciptakan ruang sosial yang kaya dengan menggambarkan kehidupan sehari-hari di kampung Burikan. Karmain merenungkan masa remajanya dan identitasnya sebagai penabuh beduk di masjid kampung Burikan, menunjukkan nostalgia dan identitas yang kuat terhadap ruang sosialnya .
Namun, cerita ini juga menciptakan misteri yang kompleks dengan penggambaran laki-laki pemanggul goni sebagai entitas supernatural yang bertugas untuk mengunjungi orang berdosa dan mencabut nyawa mereka. Hal ini menciptakan ketegangan sosial dan konflik antara pandangan Karmain tentang keadilan dan hak asasi manusia dengan keyakinan laki-laki pemanggul goni tentang hukuman atas dosa.
Dalam cerita ini, Budi Darma juga menggunakan simbolisme yang kompleks, seperti penggunaan Nabi Kidir sebagai contoh untuk menjustifikasi tindakan laki-laki pemanggul goni. Simbolisme ini menciptakan lapisan kedalaman dalam cerita, namun juga dapat membingungkan pembaca yang tidak akrab dengan referensi keagamaan tertentu .
Dengan demikian, cerpen "Pemanggul Goni" menciptakan ruang sosial yang kaya dan kompleks, namun juga menunjukkan konflik moral dan kepercayaan mistis yang kompleks, serta penggunaan simbolisme yang membingungkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H