Nah yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana bila ternyata calon mahasiswa dan orang tua tidak mendapatkan UKT 1 dan UKT 2, padahal orang tua hanya mampu membiaya sebesar UKT 1 dan UKT 2 tersebut?
Disinilah peran pemerintah dalam mengatasi persoalan UKT ini, karena pada dasarnya pendidikan merupakan hak anak Indonesia tanpa melihat status ekonomi dan sosial, meskipun kenyataannya memang terdapat perbedaan dalam cara pandnag.
Solusi Bila Tidak Melanjutkan S1 Karena Biaya UKT Tinggi, Apa yang Harus Dipersiapkan untuk Anak
Bagi orang tua yang sangat awam dengan peraturan terbaru, khususnya Permendikbudristek No. 2 Tahun 2024 tentu informasi kenaikan biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang naik tinggi, ditambah biaya IPI (Iuran Pengembangan Institusi) menjadi momok tersendiri.
Selain menjadi momok tersendiri bagi para orang tua, ada pertanyaan sederhana untuk Pemerintah, khususnya tentang penyediaan tenaga kerja bila anak-anak tidak bila melanjutkan kuliah.
Karena faktanya:
Meskipun kuliah hanya sebagai kebutuhan tersier, namun syarat kerja, khususnya BUMN mewajibkan minimal S1.
Tentu hal tersebut menjadi PR (Pekerjaan Rumah) besar bagi Kemendikbudristek dan Pemerintah, atas persyaratan kerja dan penataan pendidikan tinggi tersebut termasuk biaya-biaya pendidikan.
Bila memang fakta berkata demikian, maka dapat dipastikan pemerintah beserta kementerian di bawahnya belum bisa menjamin hak hidup rakyat banyak khususnya dalam pendidikan, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tentu sebaga rakyat, masyarakat memahami bahwa tidak bisa mempengaruhi bahkan merubah peraturan yang ditetapkan pemerintah. Dengan melihat kondisi tersebut, sebagai orang tua hanya bisa memberikan solusi dan mengarahkan pada hal yang mendukung mereka (anak-anak) agar nantinya bisa melsnjutkan pendidikan tinggi sesuai jangkauan mereka.
Dapat diakui, penyataan bahwa Pendidikan tinggi merupakan pendidikan tersier seperti menjadi simalakama bagi pihak terkait khususnya pemangku kebijakan. Bagaimana semua golongan rakyat ini bisa pandai bila semua menjadi mahal, hal ini berbading terbaik dengan pernyataan pemimpin negara ini yang heran mengapa lulusan pendidikan tinggi ini sedikit, berbeda dengan negara lain.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan dan disarankan untuk anak, apabila anak dengan terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikan tinggi, antara lain: