Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Belajar Watak Entrepreneur dari Pebisnis Warkop

30 Mei 2023   09:34 Diperbarui: 31 Mei 2023   06:58 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warkop (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)

Anda sering ngopi? Sering menikmati santai di sebuah warkop sendirian? Coba Anda amati mereka yang berjualan atau berbisnis di warkop tersebut, ada sesuatu yang bisa Anda lakukan, salah satunya, adalah tentang belajar watak entrepreneur dari pebisnis warkop.

Tidak dapat dipungkiri di semua daerah pasti memiliki warkop-warkop tradisional yang unik, dan yang menarik warkop-warkop ini tidak pernah sepi pembeli, dan tetap bertahan di tengah badai pandemi, inflasi, krisis ekonomi hingga ancaman resesi seperti saat ini.

Tulisan ini pun tidak mengarahkan Anda untuk berbisnis warkop atau menjual kopi dengan segala pernak-penik aksesoris kopi dan berbagai bentuk kopi, baik tradisional dan kekinian, namun lebih mengarahkan untuk melihat bagaimana tangguhnya mental dan watak para pebisnis warkop atau warung kopi ini.

Bisnis Sederhana, Namun Bisa Menghidupi

Pada dasarnya, alasan apa sih yang membuat Anda berbisnis? 

Tentu banyak alasan, di tengah semakin berkembangnya ekonomi dan bisnis ditambah pergaulan, hubungan dan komunikasi yang Anda lakukan, tentu Anda tertarik dan memilih bisnis karena ada cuan di balik bisnis yang Anda lakukan. Baru kemudian gengsi atau ingin mencitrakan diri bahwa Anda bisa untuk berbisnis.

Terlepas dari berbagai alasan membangun sebuah bisnis dengn tampilan fisik yang besar dan megah, ternyata hal ini berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, di mana kondisi ekonomi yang mengalami ancaman resesi, daya beli turun dan berbagai hal lainnya.

Namun, diantara berbagai bisnis yang masih tetap berjalan, bisnis warung kopi tradisional dan sederhana ini ternyata masih berjalan. Kebanyakan bila Anda mencoba berbicara mengajak ngobrol si penjual kopi, alasan yang banyak disampikan adalah karena terpaksa. 

Terpaksa tidak ada lagi yang bisa dilakukan, bekerja juga umur sudah menginjak tua, berbisnis dengan berbagai komoditi yang menarik, modal juga tidak cukup.

Ilustrasi warkop tradisional (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi warkop tradisional (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Akhirnya pilihannya adalah berusaha menikmati kondisi sambil berbisnis yang bisa dan mudah dilakukan, pada akhirnya konsep memanfaatkan hobi nongkrong berbuah manis dengan membuat sebuah warung kopi sederhana tanpa model yang luar biasa, dan uniknya yang datang pun banyak.

Bisnis Warkop yang Tetap Bertahan di Tengah Ancaman Resesi

Beberapa waktu lalu di berbagai diskusi dengan para pemilik bisnis di sebuah warkop sederhana dan tradisional, banyak yang mengeluh kondisi bisnis tidak senikmat dan segurih sebelum tahun 2023, bahkan banyak diantaranya yang harus menutup usahanya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ancaman resesi ekonomi, kini mengancam semua pihak, termasuk para karyawan. Resesi ekonomi sendiri merupakan suatu penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan meluas dan juga berkepanjangan.

Mengambil informasi dari sikapiuangmu.ojk.go.id, maka resesi ekonomi merupakan suatu kondisi ekonomi suatu negara yang memburuk, dengan dilihat dari PDB (Produk Domestik Bruto) yang negatif, pengangguran yang mengalami peningkatan, juga pertumbuhan ekonomi riil yang negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Ilustrasi warkop (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi warkop (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)

Melihat kondisi tersebut, tentu saja hal ini berimbas pada kenaikan harga-harga yang memperlemah daya beli masyarakat, yang menyebabkan biaya operasional bisnis pun naik seiring dengan naiknya harga BBM.

Sebenarnya banyak sekali bisnis yang tahan resesi dan selau dibutuhkn,terlepas dari adanya badai pandemi hingga resesi, yaitu warung kopi tradisional. Setiap orang yang menyukai kopi akan rela mengeluarkan uang 2 ribu sampai 5 ribu untuk secangkir kopi ditambah 1 biji gorengan. 

Harganya yang murah dan terjangkau memang membuat masyarakat lebih banyak mengalihkan pembelian kopinya di warung-warung sederhana bila dibandingkan dengan caf-caf atau gerai kopi kekinian yang harganya cukup mahal.

Belajar Watak Entrepreneur dari Pebisnis Warkop Tradisional

Mungkin masih banyak dari kita yang meremehkan usaha ini, padahal diantara banyaknya bisnis yang bertumbangan, ternyata bisnis ini (warkop) mampu bertahan di tengah berbagai kondisi yang menghantam kehidupan ekonomi dan bisnis.

Atau anggapan mereka yang tidak mau berbisnis di warkop ini karena untung yang didapat hanya sedikit, memang memberi sisi keuntungan yang membuat para pebisnis warkop tradisional menjadi tidak terpengaruh dengan berbagai hal tersebut.

Sebenarnya dari bisnis yang dianggap sepele dengan hanya mengandalkan berbagai kopi sachet atau ada pula warung kopi yang menggiling sendiri kopinya ternyata memiliki makna entrepreneur yang tidak bisa dianggap remeh.

Warkop tradisional dengan penikmat kopi setianya (Sumber gambar: Kompas/Priyombodo)
Warkop tradisional dengan penikmat kopi setianya (Sumber gambar: Kompas/Priyombodo)

Para pebisnis warkop tradisional ini adalah sebenar-benarnya sosok entrepreneur, meskipun banyak yang tidak menganggapnya, coba lihat! Mereka para pedagang atau pebisnis warkop ini ternyata memiliki sikap atau sudah memiliki kemmapuan untuk menciptakan atau mengubah suatu hal sehingga bisa bernilai ekonomi yang menjadi makna dari entrepereneur.

Yang menarik, kebanyakan bisnis warkop yang sudah ada sudah berdiri sejak lama bahkan puluhan tahun, dengan kesabaran, tekad dan menerima kondisi, menjadikan para pebisnis ini lebih menikmati apa pun suasana dan kondisinya, terlepas dari adanya pandemi, krisis atau pun resesi.

Mengambil apa yang disampaikan Goofrey G. Meredith, dalam buku "Kewirausahaan Teori dan Praktek" karya Tanto Gatot Sumarsono dan H. Supardi, terdapat tujuh ciri dan watak kewirausahaan, antara lain:

  • Percaya diri.
  • Beorientasi pada tugas dan hasil.
  • Mengambil risiko.
  • Kepemimpinan.
  • Orisinal.
  • Beorientasi masa depan.
  • Jujur dan tekun.

Nah dari apa yang disampaikan Goofrey tersebut, sebenarnya kalau dilihat semua yang disampaikan itu sudah ada pada tukang kopi atau pebisnis warung kopi (warkop) tradisional lho. Tidak percaya, coba kita urai satu per satu.

  • Percaya diri.

Menurut Goofey seorang entrepreneur harus percaya diri, yakin, mandiri, dan optimis melihat masa depan. Tentu saja dengan percaya diri seorang entrepreneur akan mampu menghadapai segala tantangan yang terjadi di masa depan dan juga tidak menyerah pada kegagalan.

Coba lihat seorang pebisnis warkop yang percaya diri dengan semua pesaing, dibalik banyaknya pengusaha warkop dia dengan tenang menjual kopinya dengan santai. Bahkan saat banyak usaha khususnya caf yang harus tutup dan gulung tikar, tukang kopi ini tetap percaya diri mengaduk kopi dengan santai dan menyediakn kopi yang Anda pesan. Benar bukan?

  • Memiliki orientasi pada tugas dan hasil

Apa maksudnya? Di sini seorang wirausaha harus berorientasi pada tugas yang harus dijalankan dan hasil yang diharapkannnya. Dan tentu saja kondisi tersebut baru bisa diraih dengan menumbuhkan watak tekun dan tabah.

Tekun dan tabah menjadi kata kunci di sini, terlepas dari apa pun namanya, apakah dianggap hanya pasrah menerima kondisi, para pebisnis warkop yang kebanyakan sudah tua ini cenderung tekun, tabah, dan menikmati dalam berbisnis.

  • Mengambil risiko

Seorang wirausaha adalah seseorang yang kebanyakan risk taker atau berani mengambil risiko, memang mereka kebanyakan sudah tua, sudah pernah merasakan asam garam kegagalan di dunia bisnis. 

Faktor kekurangan modal atau modal terbatas, tidak memupus harapan untuk kembali berbisnis dengan modal kecil, salah satunya dengan mencoba berbisnis warung kopi.

  • Memiliki jiwa pemimpin

Memang seorang entrepreneur sudah seharusnya berani mengambil keputusan dan memiliki inisiatif. Secara tersirat hal ini sudah ada pada sosok pebisnis warkop, dengan inisiatifnya membuka warkop. Bertanggung jawab, mudah bergaul dan kooperatif.

  • Orisinal

Menurut Goofrey G. Meredith yang menjadi watak seorang entrepreneur adalah sifat orisinal atau bisa disebut dengan sifat asli, yang artinya berani menekuni atau menjalankan suatu bidang dan mampu mengembangknnya sebaik mungkin.

Saat ini sudah banyak lho para pebisnis warkop atau warung kopi yang sudah berani mengembangkan cabang baru, dan tentunya itu semua hasil atau buah dari ketekunan yang telah dijalaninya selama ini.

  • Memiliki orientasi masa depan.

Maksudnya adalah seorang wirausaha sudah seharusnya memiliki sesuatu yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Di masa saat ini sudah banyak pebisnis warkop yang sudah mulai memikirkan hal ini dan tidak hanya menjual kopi sachetan saja, namun sudah mengembangkan ke berbagai produk sejenis, misalnya kopi-kopi yang digoreng dan digiling sendiri dengan menggunakan merk warkopnya.

  • Jujur dan tekun.

Goofrey G. Meredith menyampaikan watak terakhir seorang entrepreneur adalah jujur dan tekun dalam menjalankan usahanya. Dan ciri ini sepertinya sudah ada dan melekat pada pebisnis warkop tradisional ini.

Itu dia sedikit catatan dan motivasi "belajar watak entrepreneur dari pebisnis warkop". Semoga catatan dan informasi ini bermanfaat dan menjadi referensi serta optimis dalam membangun bisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun