Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investasi pada Saham IPO, Hati-hati Awas Jangan FOMO

22 Mei 2023   06:55 Diperbarui: 23 Mei 2023   19:35 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IPO adalah upaya perusahaan mendapatkan tambahan modal dari bursa, di mana dengan melakukan IPO saham adalah perusahaan tak perlu mencari utang ke bank guna melakukan ekspansi. Simak penjelasan apa itu IPO dalam artikel berikut.(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Membicarakan investasi, apalagi yang berhubungan dengan mendapatkan keuntungan tentu selalu menarik. Begitu pula dengan pembahasan kali ini "Investasi pada saham IPO? Hati-hati awas jangan FOMO" sangat menarik untuk dibahas.

Selama ini pada kebanyakan orang, termasuk saya lebih banyak berinvestasi pada saham Blue Chip atau pada LQ 45, namun tidak ada salahnya mengetahui tentang apa saja yang harus diperhatikan bila tertarik pada saham IPO ini.

Investasi di pasar saham, meskipun mengandung risiko yang tinggi, namun keuntungan yang didapatkan juga bisa berlipat, bila Anda pintar menganalisis dan juga tepat dalam menentukannya. Untuk itulah dibutuhkan pemahaman tentang analisa fundamental dan juga analisa teknikal.

Teliti Sebelum Berinvestasi

Banyak yang bilang, berinvestasilah dengan uang dingin, dan tentu saja itu benar. Jangan berinvestasi dengan uang kebutuhan dan juga dana yang digunakan untuk membayar kewajiban.

Atau sebelum berinvestasi saham, seharusnya Anda sudah memiliki investasi lainnya, seperti rumah, deposito dan lain-lainya. Jangan sampai di balik, ingin investasi saham malah dilakukan dengan menjual rumah atau malah mencairkan deposito yang dimiliki.

IPO?Apa sih IPO itu? IPO adalah singkatan dari Initial Public Offering, yaitu sebuah penawaran umum yang merupakan suatu proses dimana suatu perusahaan atau emiten yang menawarkan dan menjual efek-feknya yang diterbitkan dalam bentuk saham pada masyarakat luas.

Dengan IPO ini, maka menunjukkan suatu perusahaan sudah beralih dari yang sebelumnya hanya dimiliki pribadi atau perusahaan dengan PT Tertutup menjadi perusahaan publik atau Tbk. Dengan IPO ini, maka masyarakat atau investor publik bisa membeli saham pada perusahaan yang sudah melakukan IPO.

Begitu pula saat memilih saham, termasuk saham IPO, jangan sampai memilih saham yang tidak jelas, maka pilihlah saham perusahaan yang tracking perusahaan dan fundamentalnya bagus.

Yang paling mudah, caranya adalah dengan melihat gambaran perusahaan yang kinerjanya bagusyang atau bisa mendapatkan analisanya dari analis pasar saham. Begitu pula dengan perusahaan IPO ini berhati-hatilah dengan performa perusahaan yang baru Anda kenal.

Pada tahap ini pula menjadi sangat penting dan juga harus jeli melihat perusahaan mana saja yang memiliki kinerja dan tren performa yang meningkat.

Apa Saja yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Saham IPO?

Banyak investor senior atau investor kondang, seperti Warren Buffett dan juga Loe Keng Hong, yang menyarankan untuk tidak mermbeli saham IPO, dikarenakan perusahaan yang baru mencatatkan perusahaannya di pasar saham adalah perusahaan baru yang belum diketahui pondasi keuangan perusahaannya.

Sumber gambar: instagram.com/ngertisaham/
Sumber gambar: instagram.com/ngertisaham/

Namun, meskipun ada yang menyarankan seperti itu, tidak ada salahnya Anda melihat sejenak performa keuangan perusahaan yang baru IPO tersebeut. Namun jangan salah, terkadang membeli perusahaan IPO juga bisa sangat menguntungkan juga. Hal ini disebabkan karena banyak pendapat dan juga asumsi bahwa harga saham perusahaan-perusahaan yang IPO ini cenderung under pricing sehingga menjadi investasi yang menguntungkan.

Underpricing? Fenomena apa yang bisa dilihat saat saham IPO underpricing ini? Underpricing sendiri adalah suatu kondisi dimana harga yang ditawarkan di pasar perdana saat dilakukan IPO memiliki harga ynag lebih rendah dibanding harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder, dan sebaliknya apabila harga IPO ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga yang di pasar, maka fenomena ini disebut overpricing.

Yang perlu dilihat dari berbagai referensi dan catatan dari para investor, maka bagi calon investor atau investor yang tertarik untuk melakukan investasi pada saham IPO, maka keuntungan besar yang mungkin diperoleh dari saham IPO biasanya hanya terjadi saat jangka pendek. 

Namun dalam jangka panjang, ternyata banyak riset yang membuktikan bahwa dalam jangka panjang atau sekitar 3 sampai 5 tahun setelah IPO, dan kinerja saham-saham perusahaan tersebut rata-rata tidak baik sehingga return abnormal pada awal IPO ini terhapus (return-nya negatif).

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat Anda tertarik ingin berinvestasi pada Saham IPO, maka untuk menghindari saham-saham yang turun setelah harga pasca IPO, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

Melihat jejak perusahaan dan prospektus perusahaan.

Cara pertama yang harus dilihat dalam hal ini adalah dengan melihat rekam jejak perusahaan. Dengan cara ini Anda bisa melihat saham-saham apa saja yang masuk unggulan dengan potensi pertumbuhan yang bagus di masa yang akan datang.

Dan perusahaan yag melakukan IPO pasti menerbitkan prospektus, tentu saja memuat tentang riwayat usaha, bidang usaha dan juga prospek usaha ke depannya.

Mengetahui tujuan IPO yang dilakukan perusahaan.

Hal penting lainnya yang harus diketahui adalah bila perusahaan tersebut melakukan IPO dengan tujuan ekspansi bisnis, maka bisa dikatakan secara positif dana IPO akan digunakan untuk memperoleh pendapatan baru.

Hindari juga perusahaan yang memiliki banyak hutang. Perusahaan yang memiliki hutang besar berusaha mendapat dana segar dari publik saat ingin melakukan IPO.

Kondasi fundamental emiten.

Saham IPO termasuk saham yang memiliki risiko tinggi, karena itu yang harus diperhatikan adalah kondisi keuangan investasi Anda sebelum membeli saham ini.

Bila Anda termasuk memiliki profil risiko moderat atrau konservatif, maka hindarilah saham IPO dan carilah alternatif saham lainnya.

Hal ini mencakup kemampuan perusahaan dalam mencetak laba, termasuk juga kebijakan perusahan dalam pembagian dividen yang meningkat, dan juga pertumbuhan penjualan.

Market timing.

Hal ini berarti, bila pada saat IPO tidak terdapat suatu peristiwa penting, misalnya Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, atau nilai tukar rupiah tidak melemah, maka dapat dipastikan pembelian saham IPO akan sukses.

Semoga informasi tersebut di atas tentang "Investasi pada saham IPO? Hati-hati awas jangan FOMO" ini bermanfaat dan bisa memberikan sediikt saran agar tidak terjebak dan berhati-hati dalam mengambil keputusan berinvestasi pada saham IPO.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun