Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ingin Buka Bisnis Kuliner? Lihat Dulu Tren Perilaku Konsumen yang Akan Anda Tuju

16 Mei 2023   17:55 Diperbarui: 16 Mei 2023   18:13 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan sehat (Sumber gambar: Freepik dalam Kompas.com)

Berbicara bisnis kuliner memang menarik, bahkan karena menariknya membuat banyak orang yang belum pernah berbisnis kuliner menganggap bisnis ini selalu menghasilkan cuan yang banyak. Terlepas dari apa pun yang terjadi, ada sedikit kalimat yang akan membuat Anda untuk berpikir, yaitu "ingin buka bisnis kuliner? Lihat dulu tren perilaku konsumen yang akan Anda tuju."

Mungkin Anda akan menganggap bahwa kata-kata di atas sedikit mempengaruhi secara negatif, atau berupaya untuk menghalangi keinginan dan harapan Anda untuk sukses? Bisa 'ya' dan bisa 'tidak'. Dianggap 'ya' kalau keinginan Anda untuk membuka bisnis kuliner hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak memperhitungkan risiko yang akan Anda terima. Bisa tidak, kalau sebelumnya Anda sudah memahami apa saja yang bisa Anda terima, selain cuan atau hasil yang besar apabila bisnis kuliner tersebut sukses.

Selain uraian di atas, yang juga harus diingat adalah seberapa besar rupiah yang Anda keluarkan itu sangatlah bernilai, apalagi kalau Anda baru memulai berbisnis. Dan satu yang harus Anda ingat lagi, belajarlah dari kegagalan orang ain, yang membuat Anda harus memulainya dengan detail, mulai dari perencanaan sampai dengan pengembangan bisnis yang akan Anda lakukan.

Bisnis Kuliner Memang Menjanjikan Keuntungan, Tapi Bisnis yang Bagaimana?

Sejak dulu sampai sekarang bisnis yang untung banyak pasti disukai, begitu pula dengan pandangan masyarakat, begitu nikmatnya berbisnis kuliner, tinggal masak atau tinggal mengolah bahan makanan, setelah matang kemudian disajikan ke etalase kaca, pembeli pun datang.

Begitu indahnya pandangan tersebut, mungkin pandangan ini dulu memang benar-benar terjadi, namun sejak terjadi perubahan pola perilaku masyarakat (konsumen), apalagi sejak merebaknya wabah pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu dan terjadinya resesi, menjadikan perubahan atas pola konsumsi, yang tidak disadari oleh masyarakat yang belum pernah berbisnis kuliner.

Dapat diakui memang terdapat konflik pandangan yang berbeda menghadapi kondisi ini, yaitu sikap optimis di antara mereka para calon pebisnis dengan mereka yang mulai pesimis dengan kondisi usaha saat ini.

Hal ini terlihat dari berbagai interview yang dilakukan penulis atas para pelaku bisnis kuliner saat ini, yang menyampaikan bahwa untuk bisa bertahan saja dalam kondisi ini para pebisnis kuliner ini sudah sangat bersyukur.

Memasuki tahun 2023, ternyata terdapat beberapa fakta yang mengejutkan, diantaranya banyaknya usaha kuliner yang tutup, bahkan tidak hanya bisnis kuliner, beberapa marketplace terkenal juga mulai mengurangi pegawai, bahkan ada yang memberikan pengumuman mulai melakukan penutupan gerai dan menutup usahanya.

Dengan melihat kondisi tersebut, maka bisnis kuliner apa yang bisa dibuka saat ini? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu agak sulit, karena pada dasarnya semua usaha sangat terimbas dengan resesi saat ini, bahkan dari interview dengan para penjual di pasar tradisional yang menjual bahan pendukung seperti rempah-rempah, dan komoditi juga sagat terimbas, hal ini juga menyebabkan sepinya pembeli. Kalau pun ada pembeli, makan para konsumen juga mengurangi jumlah pembeliannya tidak sebanyak yang dilakukan.

Bila ingin membuka bisnis kuliner, maka bisnis kuliner apa yang setidaknya bisa dibuka? Dari berbagai gerai dan tenant yang bisa kita lihat, memang berbagai gerai kuliner ini ada yang membeli, tetapi dilihat dari volume pun mengalami penurunan.

Kalau memang sudah ingin membuka bisnis kuliner, untuk sementara bukalah bisnis yang menjual produk dengan harga terjangkau, namun jangan lupa tawarkan variasi dengan produk makanan unggulan, memang harga bisa sedikit lebih mahal, namun bisa menjadi sebuah pilihan bagi calon konsumen.

Tren Perilaku Konsumen Pada Bisnis Kuliner

Banyak orang atau para pengusaha yang menyampaikan bahwa untuk masuk pada bisnis tertentu, maka hal yang penting dan harus diperhatikan adalah tren perilaku konseuman atau pasar yang akan dituju. Tentu hal ini dimaksudkan agar para pelaku bisnis pemula tidak salah langkah.

Jangan sampai sudah berinvestasi dengan nilai yang cukup besar, ternyata terjadi perubahan pola hidup dan gaya hidup masyarakat yang menjadikan usaha kuliner yang Anda buka sepi atau bahkan tidak ada pengunjungnya.

Apa itu perilaku konsumen? Perilaku konsumen atau yang sering disebut dengan consumer behavior adalah suatu studi tentang individu dan juga organisasi, dan bagaimana merek memilih dan menggunakan suatu produk.

Disinilah pentingnya memahami dan memetakan perubahan perilaku masyarakat atas jenis bisnis kuliner, produk yang akan dijual dan juga konsep yang akan digunakan dalam bisnis kuliner tersebut.

Sejak terjadinya wabah pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu sekitar tahun 2020 sampai dengan Februari 2022 praktis terjadi perubahan pola hidup masyarakat, ditambah lagi terjadinya perang Rusia dan Ukraina, hal ini menyebabkan naiknya harga  bahan dan makanan di beberapa sektor. Dan yang tidak bisa diremehkan adalah memasuki tahun 2023 terjadi suatu hal yang tidak bisa disepelekan para pelaku bisnis, yaitu terjadinya resesi yang mempengaruhi kehidupan usaha.

Perubahan perilaku konsumen apa saja yang harus diperhatikan setelah terjadinya pandemi dan resesi ini?

Terdapat beberapa perubahan perilaku konsumen yang harus diperhatikan untuk Anda yang ingin membuka bisnis kuliner, antara lain:

1. Sadarnya masyarakat akan hidup sehat.

Hidup sehat? Sejak pandemi terjadi dan meredanya wabah ini, masyarakat mulai sadar akan pentingnya hidup sehat. Hal yang sangat mudah dilihat adalah pada bisnis kuliner yang buka malam hari, terjadinya penurunan omset pada masng-masing gerai. Masyarakat mulai sadar dan mulai mengurangi instensitas makan di malam hari sebelum tidur. 

Ilustrasi (Sumber gambar: SHUTTERSTOCK/CHEBERKUS dalam Kompas.com)
Ilustrasi (Sumber gambar: SHUTTERSTOCK/CHEBERKUS dalam Kompas.com)

Bahkan pola hidup sehat atau mulai beralih pada makanan sehat khususnya sayur dan buah, membuat beberapa gerai kuliner mulai menyadarinya dengan menyediakan makanan sehat.

2. Mulai hidup hemat

Sejak resesi terjadi, yang efeknya mulai dirasakan dengan mulai berkurangnya pendapatan, tentu saja masyarakat banyak yang mulai mengurangi intensitas pembelian. Bahkan banyak para karyawan yang lebih memilih membawa makan siang dari rumah.

Atau pun bila terpaksa, jumlah pembelian pun dikurangi menyesuaikan budget atau anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu mempengaruhi omset yang diterima gerai kuliner tersebut.

3. Membeli dengan take away (bawa pulang)

Dari fakta yang terjadi, beberapa tempat kuliner memang mengalami kondisi ini. Mereka (para konsumen) lebih memilih membawa pulang makanan untuk mengurangi pesanan di atas budget mereka. Kebanyakan bila membawa keluarga tentu saja jumlah yang harus dibayar akan jauh lebih banyak, selain makanan mereka harus membayar harga minuman dan berbagai cemila dari yang sudah dipesan.

Bila membawa pulang tentu saja akan sedikit berhemat karena yang dibayar hanya makanannya saja.

4. Jangan terjebak pada bisnis kuliner yang sedang hits.

Masih ingat dengan berbagai makanan dan minuman hits beberapa waktu lalu. Sekali lagi jangan sampai terjebak pada bisnis model seperti ini, karena pada dasarnya bisnis model seperti ini umurnya memang tidak lama. Kebanyakan masyarakat hanya ingin mencoba untuk mengobati rasa ingin tahunya saja, sehingga bisnis model seperti ini tidak sustainable atau tidak tahan lama.

Hal Yang Perlu Diperhatikan Terkait Perilaku Konsumen

Melihat bebarapa hal di atas, maka yang harus diperhatikan bila Anda sudah ingin membuka bisnis kuliner adalah penentuan harga, kualitas produk, dan juga harga yang rendah.

Di antara ketiga hal di atas, harga rendah menjadi isu yang sangat sensitif dan menjadi sorotan masyarakat. Menjual barang dengan harga rendah atau dengan margin tipis, akan membuat Anda terjebak saat bisnis semakin besar dan barang atau kuliner yang dijual semakin banyak, hal ini akan merepotkan Anda, karena Anda akan terjebak pada kebutuhan modal, biasanya kalau tidak pinjam bank, maka Anda akan mencari dana melalui investor.

Itu dia sedikit catatan untuk Anda yang ingin berbisnis kuliner saat ini. Semoga informasi kali ini dengan judul "Ingin buka bisnis kuliner? Lihat dulu tren perilaku konsumen yang akan Anda tuju" ini bermanfaat dan bisa menjadi masukan untuk Anda sehingga Anda bisa memperhitungkan baik buruknya dan berbagai risiko yang terjadi setelah membuka bisnis kuliner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun