Bisnis kuliner  angkringan tradisional.
Bila Anda memilih model tradisional, tentu saja biaya modal yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar.Â
Konsep angkringan tradisional dengan model gerobak dorong, dengan dingklik (kursi panjang) dan tikar lesehan, biasanya sangat ramai bila berada di daerah asalnya, seperti Jogja, Solo, Klaten dan Semarang.
Di daerah lain, di luar empat daerah tersebut, biasanya menjadi bisnis angin-anginan, cepat muncul dan cepat hilang, yang datang pun biasanya hanya teman-teman yang jaga angkringan atau pemilik angkringan tersebut.
Dari berbagai interview dengan pemilik angkringan dan juga yang menjaga angkringan, tentunya pendapatan yang didapat juga tidak terlalu besar, dan makanan yang ada hanya sekedar sebagai pelengkap saja, karena kebanyakan yang datang hanya untuk minum kopi.
Bisnis kuliner angkringan modern.
Pada model bisnis angkringan modern, memang secara tampilan lebih menggiurkan dan lebih menarik. Dengan bentuk minimalis, misalnya membangun sebuah tempat kuliner dengan konsep angkringan di sebuah tempat yang luas dengan beratap kanopi, dengan bentuk minimalis, cara ini menjadi daya tarik masyarakat atau pun para pecinta kuliner.
Dari tampilan yang menarik tersebut, baru kemudian masyarakat melihat bagaimana kualitas sajian makanan yang ditawarkan, apakah hanya jenis makanan seperti di angkringan seperti biasanya saja, atau pemilik bisnis sengaja memberikan pilihan makanan yang bervariasi.
Biasanya angkringan seperti ini sengaja menyajikan berbagai jenis makanan angkringan dengan berbagai pilihan seperti, nasi kucing, nasi bakar, sajian mie goreng dan mie kuah dengan konsep warmindo, termasuk berbagai pilihan makanan cepat saji, seperti soto ayam, soto daging atau berbagai jenis makanan dengan lauk ekstrem seperti nasi campur lauk babat sapi, usus sapi atau dengan lauk empal sapi.