Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jelajah Kuliner Mudik di Tiga Kota Berbeda

26 April 2023   13:42 Diperbarui: 26 April 2023   13:43 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi rawon - RM 'Rawon Nguling' (Sumber: Dokumen pribadi)

Mengikuti perjalanan tantangan menulis "Samber Pesona Indonesia" ini memang menarik, dan bertepatan dengan mudik, tema yang diberikan pun cukup menantang. Tertarik dengan hal tersebut, maka "Jelajah Kuliner Mudik di Tiga Kota Berbeda" sepertinya pas untuk disampaikan kali ini.

Kata jelajah kuliner menjadi kata kunci disini, jelajah menurut KBBI (Kamus Besas Bahasa Indonesia) diartikan sebagai bepergian kemana-mana untuk menyelidiki dan sebagainya. Begitu pula dengan ide kali ini, jelajah kuliner nusantara yang ingin mengetahui kuliner apa saja yang bisa dinikmati di berbagai kota yang dikunjungi.

Berbicara tentang jelajah kuliner tentu tidak lepas dengn berbagai ragam budaya Indonesia yang kaya akan warna. Bahkan di saat mudik menuju kampung halaman, kita bisa mencoba berbagai sajian makanan yang memiliki sensasi rasa berbeda meskipun dengan nama yang sama. Terdapat beberapa menu kuliner yang dicoba dalam jelajah kuliner kali ini, yaitu:

  • Nasi rawon.
  • Rujak Cingur.
  • Soto Dok Tugu.
  • Pecel Pincuk Bu Djiah.

Menikmati Sajian Berbahan Daging Sapi di Daerah Probolinggo

Mudik memang memberi sebuah rasa yang berbeda, hasrat ingin bertemu dengan sanak saudara, ingin melihat kampung halaman menjadi kenikmatan tersendiri. Namun, di balik perjalanan mudik, bagi Anda yang menyukai kuliner dan traveling, pasti tidak ingin melewatkan wisata kuliner di setiap perjalanan yang Anda lakukan.

Memulai perjalanan dari daerah Probolinggo menuju ke daerah Jombang, memilih jalur bawah memang memiliki alasan tersendiri, selain bisa menikmati kuliner, di jalur bawah (non tol) kita bisa melalui jalur tikus kalau mendengar di satu daerah mengalami macet panjang.

Wisata kuliner ini dimulai di daerah Probolinggo, daerah Probolinggo sampai Pasuruan ini sangat terkenal dengan kuliner rawonnya. Rawon menjadi ciri khas kuliner di daerah pesisir Jawa Timur ini dengan sup daging berwarna hitam dengan aroma yang khas dan lezat.

Rawon atau biasa disebut dengan 'Sego Rawon" adalah nasi yang disajikan bersama sup daging dengan bumbu khas berwarna hitam. Warna hitam ini disebabkan kandungan rempah yang disebut dengan kluwek. Dalam penyajiannya, nasi rawon ini disajikan dengan daging saji yang dipotong-potong kecil-kecil, dengan bumbu sup hitam yang khas.

Nasi rawon - RM 'Rawon Nguling' (Sumber: Dokumen pribadi)
Nasi rawon - RM 'Rawon Nguling' (Sumber: Dokumen pribadi)

Penasaran dengan rawon? Ternyata rawon sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dalam Prasasti Taji, hidangan ini disebut dengan "rarawwan", ternyata rarawwan adalah jenis makan yang saat ini disebut dengan rawon.

Menurut Sri Fajar Ayuningsih yang menulis tentang rawon di Jurnal Bijak, pada Maret 2017, beberapa kitab sastra Jawa Baru pada abad ke-18 sudah menyampaikan informasi mengenai rawon dan kluwek sebagai bumbu penting dalam rawon.

Informasi tentang rawon juga dijumpai dalam Kakawin Bhomakawya, kakawin terpanjang yang berasal dari Jawa Timur, yaitu rarawwan (sayur rawon) enak ika rarawwan amarg-margi (rawon enak dan mengenyangkan).

Kali ini rawon yang kami nikmati berada di sebuah tempat makan terkenal, yaitu Rumah Makan 'Rawon Nguling'  di Jalan Raya Tambakrejo, No. 75, Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo.

RM 'Rawon Nguling' (Sumber: Dokumen pribadi)
RM 'Rawon Nguling' (Sumber: Dokumen pribadi)

Rumah makan ini sudah buka sejak tahun 1942, yang dirintis pertama kali oleh Ibu Hajah Siti Fatimah, dan saat ini sudah dikelola cucnya yaitu Ibu Hj. Nikmah.

Tidak ada alasan mengapa memilih tempat makan ini, hanya agar searah dengan perjalanan yang kami lakukan .

Surabaya, Tujuan Jelajah Kuliner Selanjutnya

Surabaya menjadi tempat persinggahan kami selanjutnya, terdapat beberapa alasan mengapa harus singgah di Kota Surabaya, selain kakek nenek kami dari Surabaya, juga sekaligus nyekar di makam para tetua atau leluhur kami yang sudah meninggal, sekaligus bersilaturahmi dengan sanak sadura yang masih ada di kota ini.

Kota Surabaya memang memiliki banyak sajian kuliner enak dan luekoh (sebutan kata sangat enak dalam bahasa Suroboyo-an). Mulai dari bebek, tahu campur, lontong balap, rujak cingur, pecel semanggi dan masih banyak kuliner khas Surabaya yang bisa dicoba.

Ternyata yang mengagetkan kali ini, kami dijamu dengan sajian khas Surabaya, yaitu "Rujak Cingur". Apalagi sudah lama sekali tidak menikmati sajian khas kuliner Surabaya ini.

Rujak cingur (Sumber: Dokumen pribadi)
Rujak cingur (Sumber: Dokumen pribadi)

Rujak cingur sendiri adalah kuliner khas Surabaya, yang bisa dengan mudah dijumpai di kota lain. Tentu saja sesuai dengan namanya, maka 'cingur' dalam bahasa Jawa, diartikan sebagai congor atau mulut sapi yang menjadi bahan utama rujak cingur ini.

Dalam pembuatannya, selain rujak cingur yang direbus, juga digunakan bahan-bahan tambahan lain,  seperti buah yang diiris, buah yang digunakan seperti mangga, nanas,bengkuang, mentimun, dan terkadang kedondong.

Kenikmatan rujak cingur juga semakin lezat dengan tambahan potongan tempe goreng, tahu goreng dan tambahan sayur biasanya berupa sayur kangkung rebus, juga irisan tipis pisang biji hijau yang masih muda (dalam bahsa Jawa disebut dengan gedang klutuk).

Berdasarkan informasinya, untuk membuat sajian rujak cingur ini agar enak, maka cingur atau mulut sapi yang digunakan adalah jenis mulut sapi jantan, yang lebih empuk dan lebih terasa kenyal saat dikunyah. Berbeda bila menggunakan mulut sapi betina, cingur terasa alot dan harus direbus lama dengan bumbu lebih banyak agar lebih empuk.

Berbicara tentang jelajah kuliner, maka kurang afdhol bila tidak tahu tentang cerita dibalik lahirnya rujak cingur ini.

Dikutip dari Pegipegi, terdapat cerita unik yang mengatakan bahwa rujak cingur ini berasal dari Mesir, saat itu Raja Firaun yang ulang tahun , memanggil juru masak istana untuk menyajikan makanan istimewa, namun tidak ada yang cocok. Dan kemudian datanglah punggawa instana yang menyampaikan pada Firaun ada seseorang yang ingin menyajikan masakan untuk Raja, orang tersebut bernama Abdul Rozak, dengan makanan dibungkus pisang, setelah diperiksa ahli kesehatan raja, maka raja pun segera mencicipinya, dan Firaun makan dengan lahap sampai bercucuran keringat karena rasa pedasnya.

Karena makanan yang disajikan mampu memberikan kepuasan pada sang raja, maka sang raja memberikan hadiah berupa kapal laut dan sebidang tanah dan diangkat menjadi juru masak istana, namun Abdul Rozak menolak hadiah tersebut dan hanya mengambil kapal laut. Abdul Rozak pun mengembara hingga sampai di Tanjung Perak, Surabaya.

Tentang bahan cingur sapi tersebut, pada awalnya cingur yang digunakan adaah cingur unta, karena kesulitan mendapatkan bahan cingur unta,maka cingur tersebut diganti menjadi cingur sapi dengan penambahan bumbu. Sedang nama rujak sendiri, katanya berasal dari nama "Rozak" dan cingur sebagai bahan makanannya.

Entah benar tidaknya asal usul rujak cingur ini tentu perlu kajian tersendiri, namun cerita ini sangat menarik  dan sepertinya masuk akal.

Jombang Tujuan Mudik Berikutnya

Sama halnya dengan daerah lainnya yang kami lewati, Jombang adalah tujuan mudik kali ini, kampung halaman dimana orang tua berada. Tentunya banyak sekali pilihan sajian kuliner yang tidak dapat dilewatkan begitu saja. Terdapat dua sajian kuliner yang dinikmati di Jombang, yaitu Soto Dok Tugu dan Pecel Pincuk Bu Djiah.

  • Soto Dok Tugu Jombang.

Soto ini sudah ada sejak jaman saya kecil, dan selalu menjadi tujuan kuliner. Nama tempat kuliner ini sebenarnya adalah "Soto Daging Pak Karman" yang berlolasi di Jalan Siliwangi No. 11 Jombang.

Soto Dok Tugu (Sumber: Dokumen pribadi)
Soto Dok Tugu (Sumber: Dokumen pribadi)

Banyak sekali sebutan untuk kuliner ini, ada yang menyebutnya dengan "Soto Pahlawan", karena dulu Jalan Siliwangi adalah Jalan Pahlawan. Ada yang menyebutnya dengan "Soto Tugu", karena lokasinya berada didekat perempatan lampu merah Kelurahan Tugu Jombang. Namun yang paling terkenal adalah sebutan"Soto Dok Tugu", sebutan ini sangat fenomenal karena saat akan menyajikan soto, tukang penjualnya saat akan menuang kecap asin, menggebrak botol kecap ke meja sampai berbunyi "dok" dengan suara keras dan kencang.

Tukang sotonya siap menggebrak gerobak (Sumber: Dokumen pribadi)
Tukang sotonya siap menggebrak gerobak (Sumber: Dokumen pribadi)

Soto ini memang sudah sangat terkenal, dengan kuahnya yang segar ditambah daging dengan ukuran sedang dan empuk. Apalgi ditambah bumbu khas soto dengan aroma jeruk purutnya yang menyegarkan, sungguh menggoda selera.

Menu jeroan sapi yang menggoda (Sumber: Dokumen pribadi)
Menu jeroan sapi yang menggoda (Sumber: Dokumen pribadi)

Selain itu ada yang tidak bisa dilewatkan kalau Anda menikmati Soto Dok Tugu ini yaitu terdapat lauk pauk dengan berbagai macam daging, dan juga jeroan goreng seperti usus sapi, hati sapi, babat, paru, dan berbagi sajian lainnya yang dijual terpisah dengan soto daging ini.

  • Pecel Pincuk Bu Hj. Djiyah

Diantara berbagai pilihan kuliner, jelajah wisata kuliner di Jombang ini membawa kami ke sajian pecel legendaris di Kota Jombang, yaitu "Pecel Pincuk Bu Hj. Djiyah".

Pecel Pincuk Bu Hj. Djiyah (Sumber: Dokumen pribadi)
Pecel Pincuk Bu Hj. Djiyah (Sumber: Dokumen pribadi)

Pecel ini sangat terkenal enak, meskipun terdapat berbagai pilihan kuliner selain menu pecel, namun pecel selalu menjadi tujuan kuliner para pecinta kuliner. Pecel yang disajikan disini sangat enak, dan juga bumbunya yang khas, enak, pedas dan kental.

Dalam satu porsi pecel disajikan berupa nasi putih, sayuran, srundeng, baru disiram dengan bumbu pecel yang khas, ditambah rempeyeknya yang gurih. Sayur pecelnya pun lumayan lengkap seperti, rebusan kangkung, bunga dan daun pepaya, kecambah dan juga mentimun, tidak lupa bendoyo dan kemangi.

(Sumber: Dokumen pribadi)
(Sumber: Dokumen pribadi)

Nasi Pecel Pincuk Bu Hj. Djiyah ini berada di Jl. KH. Wahid Hasyim No. 9, Jombang, Jawa Timur.

Itu dia sedikit cerita jelajah kuliner nusantara dengan "Jelajah Kuliner Mudik di Tiga Kota Berbeda". Semoga menarik dan menjadi referensi untuk menikmati berbagai wisata kuliner di setiap daerah yang menarik dan penuh ragam kekayaan kuliner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun