Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Rindu Suara-suara itu yang Selalu Mengingatkan Hadirmu di Kampung Halaman

25 April 2023   08:57 Diperbarui: 25 April 2023   08:59 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almarhum Ayah/Eyang Kung bersama para cucu (Sumber: dokumen pribadi) 

Sekian lama merantau, mulai dari menuntut ilmu sampai bekerja, rindu kampung halaman menjadi hal yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Meskipun saat ini sudah hadir teknologi yang bisa membuat kita bertemu muka, tetapi masih kurang pas bila belum bertatap secara langsung. Namun hal yang paling dirindukan saat ini adalah rindu suara-suara itu yang selalu mengingatkan hadirmu di kampung halaman.

Rindu akan riuh rendah suara-suara saat beliau, almarhum ayah dan ibu masih ada. Rumah yang dulu selalu ceria, penuh dengan canda tawa, 'menanyakan sudah sampai mana, mana cucuku', sekarang sepi. Hanya nisan, yang membuat kami bersedih karena di tahun ini, tahun pertama merayakan lebaran tanpa kehadiran beliau berdua.

Rindu akan Orang Tua

Aku rindu wajah yang tak bisa lagi aku tatap. Aku rindu senyuman yang tak bisa lagi aku lihat, dan aku rindu suara yang dulu memberi aku nasehat, aku rindu kepada orang yang sudah Tuhan panggil untuk selama-lamanya.

Ada yang bilang memendam kerinduan memang sakit, sepertinya ada benarnya, apalagi sejak orang tua yang paling kami sayangi tiba-tiba harus pergi, membuat Kami selalu merindukan hadirnya, apalagi saat lebaran seperti tahun ini yang sepi tanpa hadirnya beliau berdua.

Suasana rumah yag dulu selalu ramai dengan berbagai keriwehan dan suara cerewetnya yang menyuruh kami untuk segera mempersiapkan makanan, mempersiapkan anak-anak agar bisa berangkat sholat Ied bersama kini sepi.

Rindu Masakan Ibu

Ada lagi, selain rindu akan rumah, kerinduan akan masakan ibu atau nenek dari anak-anak ini membuat makanan gulai nangka atau dalam bahasa Jawa disebut dengan 'gule tewel' ini selalu tidak bisa hilang dari ingatan. Kenikmatan dan kelezatan sentuhan memasak dari ibu memang tidak ada yang bisa mengalahkan.

Tidak hanya gulai nangkanya, namun semua masakannya, apalagi rawon dengan isi sayur kubis sangat enak karena tidak ada yang memasaknya lagi selain ibu. Ide-idenya dalam mengolah dan mengombinasikan bahan yang ada selalu membuat kami terinspirsi.

Oh Ibu...kami rindu hadirmu...

Rindu Suasana Lingkungan

Selain kerinduan akan orang tua dan juga masakan ibu yang tidak pernah bisa terlupakan, suasana rumah yang guyub penuh toleransi dan tenggang rasa membuat kami ingin segera mengulang kembali ke masa-masa itu, meskipun saat ini kami jauh dari kampung halaman.

Suasana rumah, apalagi saat setelah sholat Ied, dengan unjung-unjung dari rumah ke rumah menjadikan lingkungan terasa guyub dan nikmat dalam berhubungan antar tetangga.

Memang dapat diakui, meskipun mulut berkata tidak ingin pulang kampung halaman, dalam batin dan hati pasti terselip kerinduan yang mendalam, rindu ingin melihat lagi suasana yang dulu pernah dirasakan, melihat rumah orang tua meskipun saat ini beliau sudah tidak ada dan meninggalkan kita.

Sejauh kemanapun kita melangkah, sejauh dimana kita pergi untuk merantau. Patut diakui bahwa kampung halaman selalu menjadi tempat terindah untuk pulang, merasa rindu, dan selalu dirindukan saat kita sudah jauh.

Kampung halaman tempat lahir kita, tempat kita dibesarkan mendapat kasih sayang orang tua, tempat kita bemain bersama kawan selalu mendorong kita untuk kembali.

Pada suatu saat nanti harapan pulang kampung dan bisa tinggal di kampung akan terwujud... Entah kapan... Tapi mimpi itu ada...

Semoga sedikit catatan tentang "rindu suara-suara itu yang selalu mengingatkan hadirmu di kampung halaman" ini bisa membawa lagi pada kerinduan tentang segala hal yang ada di kampung halaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun