Buku religius? Ya benar, kali ini beberapa buku bertema religius menjadi buku menarik untuk menemani pagi setelah subuh. Ditambah dengan sunyi dan segarnya udara pagi menjadikan menulis "(Resensi) Perempuan Berkalung Sorban" menjadi bertambah mengasyikkan, tidak hanya karena ceritanya yang menarik, memberikan hikmah, dan secara tersirat ceritanya yang berhubungan suasan reliji saat ini di Bulan Ramadan.
Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuh novel lama yang ditulis oleh Abidah El-Khalieqy yang pada bulan Januari 2009 sudah dicetak untuk yang ketiga kalinya. Pada intinya novel ini menceritakan tentang kisah cinta sepasang anak manusia dengan lika liku hidupnya, dengan tambahan sisi religius, beserta syariah dan fiqih yang membuat cerita ini sangat menarik.
Informasi Buku:
- Judul : Perempuan Berkalung Sorban.
- Penulis : Abidah El Khalieqy.
- Penerbit : Arti Bumi Intaran.
- Tahun Terbit : Cetakan Ketiga, Januari 2009
- Jumlah halaman : 320 halaman.
- ISBN : 978-979-15836-4-1
Resensi Novel "Perempuan Berkalung Sorban"
Annisa Nurhaiyyah menjadi sosok tokoh utama dalam novel "Perempuan Berkalung Sorba" ini. Annisa atau biasa dipanggil dengan Nisa adalah putri seorang Kiai, yaitu Kiai Haji Hanan Abdul Malik dan Ibu Hajah Mutmainah. Tentu saja kehidupannya di lingkungan pondok membuat Nisa sangat paham dengan budaya dan kehidupan pondok.
Terdapat tokoh lain, yaitu Lek Khudori yang merupakan adek dari ibu Nisa (Ibu Hajah Mutmainah), yang sangat dekat dengan Nisa, hal ini menjadikan pandangan Nisa dan pola pikir Nisa yang berbeda dengan gadis kebanyakan di pondok. Tentu saja terdapat hal menarik, yang menjadikan kedekatan Nisa dan Lek Khudori memunculkan benih cinta dalam hati Anisa.
Sebagai bocah kecil yang sangat aktif dan ingin menjadi seorang Hindun binti Ataba, yaitu seorang wanita yang mahir naik kuda dan juga berani bertempur di padang pertempuran, juga mimpi Nisa yang ingin menjadi Putri Budur sebagai sosok perempuan pemimpin Pasukan Raja Kamaruz, membuat Anisa menjadi anak kecil yang berani.
Baca juga: Pudarnya Pesona Cleopatra (Resensi).
Tentu saja selain membahas tentang kehidupan seorang wanita, mulai dari usia belia sampia dewasa, novel ini memberi hikmah tentang segala apa yang harus dijalankan menurut syariat Islam, baik secara fiqih dan syariah. Apa itu? Seperti hak dan kewajiban seorang wanita muslimah, sebagai anak, murid ibu, anggota masyarakat, dan juga sebagai istri kelak.
Terdapat cerita kontra yang membuat harapan dan impian cinta Nisa pada Lek Khudori kandas, yaitu kesedihan pada diri Nisa, saat harus menerima perjodohan dan harus mau dinikahkan dengan lelaki yang tidak dikenalnya dan tidak dicintainya, bernama Samsudin.
Samsudin adalah putra Kiai Nasiruddin, sahabat bapaknya saat mondok di Tebuireng, Jombang. Pernikahan ini menjadi kisah sedih dan juga hatinya yang sengsara, karena pernikahan ini tidak dilandasi dengan rasa cinta, apalagi perlakukan Samsudin pada Nisa, yang menjadikan Nisa hanya obyek pemuas nafsu belaka.
Setiap kisah pasti ada akhir bahagia, mungkin ini pula yang terjad pada kisah Nisa, saat mulai terbukanya kesengsaraan hidup Nisa menjadi istri Samsudin, dan harus berakhir dengan perceraian. Tentu saja perceraian tersebut membuat dendam membara pada diri Samsudin yang dendam pada Nisa dan Lek Khudori.
Menyatunya dua hati Nisa dan Lek Khudori semakin erat dalam ikatan pernikahan, ditambah hadirnya putra kecil mereka, Mahbub. Namun, ada kisah sedih yang harus dihadapi Nisa dengan tegar saat Lek Khudori meninggal karena kecelakaan yang sengaja ditabrak dari belakang yang tidak tahu siapa yang menabraknya.
Meskipun kisah akhir ini berakhir dengan tanda tanya, namun semoga memberi sedikit hiburan dengan hadirnya (Resensi) Perempuan Berkalung Sorban. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H