Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Orang Tua dalam Mendukung Implementasi "Merdeka Belajar" dan "Kurikulum Merdeka" serta Menjadikan Siswa Lebih Kreatif dan Berkarakter

23 Maret 2023   09:13 Diperbarui: 23 Maret 2023   09:27 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Project 'Merdeka Belajar' di MAN 2 Kota Probolinggo (Pict: Dokumen pribadi)

Change, sepertinya menjadi ide dasar dalam sebuah dinamika kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Dalam dunia yang semakin berubah, ditambah dengan semakin canggihnya teknologi dalam dunia digital, menjadikan setiap orang harus berubah menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini pula yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan, hingga tercetus ide dari Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim untuk menciptakan sebuah suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani skor atau penilaian tertentu, yang disebut dengan 'Merdeka Belajar'. Namun agar sukses, ide ini membutuhkan peran orang tua dalam mendukung implementasi "Merdeka Belajar" dan "Kurikulum Merdeka" serta menjadikan siswa lebih kreatif dan berkarakter.

Dapat diakui terjadinya perubahan dan pergeseran, khususnya dalam perkembangan dunia digital membuat mudahnya mengakses informasi, hal ini pula yang menjadikan perubahan pola pikir termasuk pembelajaran pada anak, yang membuat proses pembelajaran konvensional atau pola tradisional ini harus diubah.

Mengapa Harus "Merdeka Belajar"?

Berbicara tentang pendidikan konvensional, maka cara pendidikan yang masih menekankan pada menghapal, dan hanya memperoleh informasi hanya dari satu arah, menjadikan seorang anak atau siswa tidak bisa berpikir kritis terhadap masalah yang terjadi saat ini.

Di era  digital seperti saat ini, tentu harus dilakukan perubahan paradigma baru dalam proses pembelajaran hingga menjadi proses terbaik, hingga terjadinya kolaborasi antara siswa sebagai peserta didik dan guru, sehingga tercipta proses kreativitas. Pelibatan diri dalam belajar, menganalisis dan mampu berkomunikasi sebagai pemikiran terbaru sesuai pengalaman siswa.

Project 'Merdeka Belajar' di MAN 2 Kota Probolinggo (Pict: Dokumen pribadi)
Project 'Merdeka Belajar' di MAN 2 Kota Probolinggo (Pict: Dokumen pribadi)

Hal ini yang menjadi ide dasar terbentuknya "Merdeka Belajar" yang menjadi slogan dan juga program tranformatif terbaru yang dicetuskan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.

Baca juga: Gelar Budaya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin di MAN 2 Kota Probolinggo.

Konsep "Merdeka Belajar" akan mendorong terciptanya suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau poin berupa nilai yang selama ini sudah terlaksana. Dan esensi "Merdeka Belajar" ini diawali dari guru sebagai seorang pendidik dan pengajar sebelum memulai pengajaran pada siswa.

Salah satu konsep project yang ditampilkan (Pict: Dokumen pribadi)
Salah satu konsep project yang ditampilkan (Pict: Dokumen pribadi)

Selain itu, berdasarkan berbagai referensi, program ini sengaja dicetuskan dikarenakan adanya keluhan orang tua atas sistem pendidikan yang berlangsung saat ini, yaitu tentang nilai yang ditentukan sekolah.

Dengan "Merdeka Belajar" merupakan salah satu cara untuk memerdekakan pola dan cara bagi siswa dan guru untuk berpikir dan berkreasi.

Terdapat fakta menarik tentang program "Merdeka Belajar", yaitu:

1. Program Merdeka Belajar ini mendapatkan inspirasi dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Menurut Ki Hajar Dewantara, maka tujuan utama dalam belajar adalah untuk mencapai 'kemerdekaan dan kemandirian'. Maka dalam pendidikan, kemerdekaan atau kebebasan ini memiliki 3 sifat, yaitu:

  • Berdiri sendiri (zelfstandig).
  • Tidak bergantung pada orang lain (onafhankelijk).
  • Dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheld, zelfbeschikking).

Dari sini bisa dipahami bahwa kemandirian dan upaya untuk mencapai kemerdekaan diri merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan.

Jadi "Merdeka Belajar" bukan hanya sekedar kebijakan, namun juga filsafat pendidikan yang diharapkan menjadi tujuan pendidikan.

2. Sebagai upaya meningkatkan hasil PISA.

Programme for International Student Assessment (PISA) ini diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang merupakan sebuah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia.

Dan sesuai hasil studi PISA yang telah dirilis serentak, pada hari Selasa, 3 Desember 2019 lalu, Menristekdikbud Nadiem Makarim mengemukakan hasil PISA merupakan perspektif yang bagus bagi kemajuan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dengan melihat hasil PISA tersebut, maka Pemerintah mengambil keputusan strategis dengan menetapkan program terbaru, yaitu "Merdeka Belajar", salah satunya mengganti Ujian Nasional yang diganti dengan Asesmen Nasional, dan pelaksanaannya hanya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan numerasi dan literasi para siswa.

3. Akan mendorong guru untuk meningkatkan kompetensinya.

Tentunya dengan adanya suatu program, maka pihak terkait dituntut untuk meningkatkan kemampuannya, begitu pula dengan para guru yang dituntut untuk bisa meningkatkan kompetensinya agar bisa memberikan proses belajar mengajar terbaik.

Kurikulum Merdeka sebagai Implementasi "Merdeka Belajar"                 

Tentunya sebagai langkah lanjut dalam kebijakan program "Merdeka Belajar" harus diaplikasikan dalam bentuk kurikulum, yaitu "Kurikulum Merdeka".

Apa itu "Kurikulum Merdeka"?

'Kurikulum Merdeka' merupakan kurikulum yang memberikan keleluasan para pendidik untuk bisa menciptakan pembelajaran yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar para peserta didik.

Terdapat 3 karakteristik positif dalam "Kurikulum Merdeka" ini, yaitu:

1. Sebagai pengembangan soft skils dan karakter melalui projek penguatan profil belajar Pancasila.

2. Fokus pada materi esensial, yang relevan dan mendalam, sehingga terdapat waktu yang cukup untuk bisa membangun kreativitas dan inovasi para peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar, seperti numerasi dan juga literasi.

3. Adanya pembelajaran yang fleksibel. Dengan adanya kurikulum ini akan memberikan keleluasaan bagi para guru untuk bisa melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap pencapaian dan juga perkembangan para peserta didik.

Mendengarkan penjelasan para siswa (Pict: Dokumen pribadi)
Mendengarkan penjelasan para siswa (Pict: Dokumen pribadi)

Tentunya proses pelaksanaan 'Kurikulum Merdeka' ini menjadi hal menarik karena terdapat beberapa keunggulan "Kurikulum Merdeka" ini, antara lain:

  • Fokus pada materi yang esensial dan juga fous pada pengembangan kompetensi para peserta didik pada fasenya, dan belajar menjadi lebih mendalam, bermakna dan juga menyenangkan.
  • Memberikan kemerdekaan atau kebebasan pada peserta didik, guru dan sekolah dalam memilih pembelajaran yang sesuai.
  • Lebih interaktif dan juga lebih relevan.

Peran Orang Tua dalam Implementasi "Merdeka Belajar" dan "Kurikulum Merdeka"

Sebagai orang tua tentunya mendukung kebijakan Pemerintah, khususnya hal positif yang bersifat mengembangkan dan membangun adalah hal "WAJIB".

Untuk itu terdapat opini atau pun catatan yang terkait program 'Merdeka Belajar' dan 'Kurikulum Merdeka', ini antara lain:

1. Era Digital adalah Era Kreatif.

Era digital menjadi sebuah era dimana setiap orang untuk menggapai sukses dituntut untuk kreatif, dan hal ini sangat sejalan dengan Program 'Merdeka Belajar', dimana seorang siswa harus mandiri dan kreatif untuk bisa meraih apa yang menjadi impiannya.

Selain itu, yang harus dicatat adalah untuk menjadi seorang kreatif dan inovatif harus ditumbuh kembangkan, dalam arti, kreatif dan inovatif ini bukan bawaan sejak lahir, tetapi sesuatu yang harus dilahirkan.

Untuk itulah, dibutuhkan shareholder dalam pendidikan yang saling mendukung. Siapa itu? Guru sebagai pendidik, siswa sebagai peserta didik dan orang tua yang mendukung program 'Merdeka Belajar' ini. Untuk itu, guru harus kreatif dan inovatif di era digital ini, apalagi di era yang serba canggih ini, dimana anak-anak lebih mengerti dalam hal penggunaan IT (Information Technology).

2. Adanya Platform 'Berkarya' dalam Kurikulum Merdeka.

Diantara tiga platform dalam "Merdeka Mengajar" yang dicanangkan, yaitu Mengajar, Belajar dan Berkarya. Maka platform 'Berkarya' menjadi hal menarik. Apalagi dari beberapa event project yang sering dilakukan, platform berkarya ini mendorong guru untuk berkarya secara kreatif, yang membuat anak tentu saja sedikit banyak mengikuti dan terpengaruh untuk melaksanakan arahan guru yang kreatif.

3. Sebagai Orang Tua Harus Mendukung Program 'Merdeka Belajar'.

Tentunya sebagai orang tua harus merubah paradigma yang selama ini  sudah terpatri dalam pola pikirnya yang masih menganggap sekolah sebagai tempat penitipan anak, tanpa mau tahu tentang apa yang terjadi di sekolah.

Untuk itu, dengan adanya "Merdeka Belajar" ini sebagai orang tua harus mendukung terlaksananya program ini, khususnya berbagai project atau kegiatan proyek profil pelajar Pancasila, dan juga membantu sang anak dalam mempersiapkan proyek yang dilaksanakan anaknya di sekolah.


Dengan dukungan orang tua ini akan membentuk moral anak yang akan membuat anak dan juga guru sebagai tenaga pengajar berada dalam satu frame, bahkan fokus belajar dalam 'Merdeka Belajar' adalah pada bakat dan minat siswa.

Semoga informasi dan catatan tentang peran orang tua dalam mendukung implementasi "Merdeka Belajar" dan "Kurikulum Merdeka" serta menjadikan siswa lebih kreatif dan berkarakter ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi, juga sebagai dukungan atas program "Merdeka Belajar" ini.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun