Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Tren Nikah di KUA, Konsep Frugal Living, dan Gaya Hidup Hemat Cepat Kaya

9 Februari 2023   05:00 Diperbarui: 11 Februari 2023   07:00 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren sepertinya menjadi sebuah gaya hidup yang menjadi pilihan, begitu pula dengan nikah di KUA (Kantor Urusan Agama) yang dilakukan dan dipilih banyak anak muda untuk melangsungan pernikahan. 

Tren nikah di KUA, konsep frugal living, gaya hidup hemat cepat kaya, menjadi topik menarik yang bisa dibahas kali ini. 

Terdapat dua hal penting dalam hal ini, yaitu konsep frugal living dan hidup hemat. Bisa dikatakan tren baru ini sangat menarik, bisa dikatakan, beda dulu, beda sekarang. 

Hal ini menyangkut sebuah pilihan, yaitu memilih menikah tanpa menggelar resepsi dan pesta besar-besaran, dan ternyata tren menikah di KUA ini tidak hanya dijumpai di Jakarta, namun juga di berbagai daerah.

Tren yang Semakin Diminati, Berawal dari Pandemi Covid-19

Tren ini sebenarnya adalah sebuah tren bagus, dimana banyak anak muda yang lebih memilih untuk hidup hemat daripada harus mengeluarkan biaya besar yang hanya dilakukan untuk acara satu malam, apalagi dengan biaya yang sangat besar. 

Bahkan tidak sedikit orang yang harus berhutang agar bisa menikah dengan acara yang megah dan mewah.

Tren nikah di KUA (Pict: twitter.com/cellaiskandar)
Tren nikah di KUA (Pict: twitter.com/cellaiskandar)

Tren menikah di KUA memang sebuah tren yang bagus, yang berawal sejak pandemi Covid-19, yang saat itu dilakukan dalam rangka pembatasan berkumpulnya orang-orang dalam satu tempat sesuai protokol kesehatan yang berlaku saat itu.

Dengan adanya kondisi tersebut, dimana  selama dua tahun masyarakat sudah terbiasa melakukan hidup sehat dengan mengikuti protokol kesehatan dan menjadikan sebuah ide baru.

Itu ternyata menjadikan masyarakat, khususnya sebagian kaum muda sadar bahwa saat itu harus menganggarkan dana berlebih apabila tetap nekat melaksanakan pesta pernikahan, misalnya harus melakukan PCR atau tes antigen.

Tren Nikah di KUA sebagai Konsep Frugal Living

Sejak meredanya wabah pandemi yang sudah berjalan hampir satu tahun ini, ternyata memberikan hikmah positif, salah satunya dalam melaksanakan suatu acara, khususnya pernikahan. 

Memang terdapat silang pendapat dalam rangka pernikahan yang dilakukan di KUA ini, yaitu:

Mengikuti pendapat orang, namun setelahnya bingung untuk mengembalikan dana yang dipinjam VS Nikah sederhana dan dana yang akan digunakan bisa untuk berinvestasi setelah menikah nanti.

Dari sini mulai timbul kesadaran bahwa biaya melaksanakan pesta pernikahan bisa dikatakan sangat besar, dan ternyata dana tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Dari sinilah tercetus ide bahwa menikah ternyata tidak perlu mahal.

Apakah menikah di KUA termasuk mengikuti konsep frugal living?

Frugal living sendiri bisa diartikan sebagai gaya hidup hemat yang menjadikan seseorang atau pasangan yang sudah menikah untuk memproritaskan kebutuhan dan juga mengontrol keinginannya.

Nah disinilah yang utama, memiiki mindset keuangan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, karena pada dasarnya hidup hemat ini yang mendorong seseorang untuk melepaskan sesuatu yang tidak diperlukan.

(Pict: twitter.com/haiiisekar/)
(Pict: twitter.com/haiiisekar/)

Menikah di KUA, menurut Meta Anggriani CFP yang merupakan Perencana Keuangan (republika.co.id), "Fenomena ini sangat bagus, karena anak muda sekarang lebih melek keuangan, berpikir praktis, dan tidak sekedar menuruti status dan gengsi."

Tentu saja dengan menikah di KUA, yang biayanya gratis, apabila dilangsungkan selama hari dan jam kerja.

Maka pasangan muda ini bisa menfokuskan dana tersebut untuk kebutuhan lainnya setelah menikah, seperti biaya membangun rumah tangga, untuk menabung membangun rumah, mempersiapkan dana kelahiran si kecil, atau kebutuhan penting lainnya.

Mengalokasikan Dana Resepsi untuk Investasi

Melakukan pernikahan dengan konsep mewah atau pun sederhana adalah sebuah pilihan. Dua-duanya sama baiknya. 

Nah, yang menjadi masalah adalah saat Anda menginginkan melaksanakan pesta pernikahan namun dananya berasal dari hutang, apalagi hutangnya berbunga. Tentu ini sangat mengkhawatirkan.

Tentu saja menikah di KUA adalah sebuah pilihan, dari merdeka.com, berikut disampaikan ulasan rincian resepsi pernikahan di budget Rp. 50 juta, sebagai berikut:

1. Biaya antar sebesar Rp 1 juta
2. Biaya KUA Rp 600 ribu
3. Sewa gedung Rp 5 juta
4. Mas Kawin Rp 5 juta
5. Undangan dan souvenir Rp 2 juta
6. Cincin perkawinan 5 juta
7. Catering dan dekorasi pernikahan Rp 20 juta
8. Seragam Rp 1 juta
9. Entertainment dan dokumentasi Rp 5 juta
10. biaya tak terduga Rp 400 ribu

Biaya keseluruhan total sebesar Rp 50 juta.

Bagaimana bila biaya pesta pernikahan tersebut sebagian diambil dan ditabung dan dinvestasikan pada instrument investasi?

Seperti dikutip pada Instagram.com/tarunainvex.id/ yang menyampaikan, "Bagaimana caranya agar Anda menjadi bernilai dan memahami cara kerja uang.

Pada awalnya konsep ini menggunakan ilustrasi  tentang "konsep membeli rumah dengan berhutang" vs "menabung dan menginvestasikan dana pada instrument investasi". 

Dengan mengambil dana sebesar Rp 30 juta dari rencana biaya pernikahan, selain itu bila memiliki gaji, yaitu sebesar Rp. 4,5 juta per bulan dan memutuskan untuk membeli rumah dengan cara cash dengan harga Rp. 250 juta.

Karena belum memiliki dana, dan memilih untuk tinggal di rumah kontrakan sambil melakukan "INVESTASI" pada instrument investasi yang dipahaminya.

Setiap bulannya sebesar Rp 2,5 juta, membayar sewa kontrakan per tahun sebesar Rp 8,4 juta dan biaya untuk makan dan lain-lain sebesar Rp 1,3 juta per bulan. Semua hal tersebut bisa dilakukan sampai impian tercapai tanpa harus berhutang.

Ilustrasi apabila menerapkan compound interest pada investasi, dengan tingkat return atau pengembalian misalnya sebesar 15% per tahun, dengan hasil sebagai berikut:

Pict: Instagram.com/tarunainvex.id/
Pict: Instagram.com/tarunainvex.id/

Dari tabel tersebut, bisa disampaikan, misalnya rata-rata kenaikan harga property adalah sekitar 8% per tahun, sehingga harga rumah yang sebelumnya sebesar Rp 250 juta, naik hingga menjadi Rp. 793.042.278,- dalam waktu 15 tahun.

Maka selama 15 tahun bisa mengumpulkan dana menjadi Rp. 1,6 Milyar, sehingga bisa membeli rumah dengan cara cash (tunai) tanpa dihantui hutang. Dan masih terdapat sisa uang sekitar Rp. 800 juta yang bisa digunakan untuk membeli franchise Indomart dengan profit Rp 15 juta sampai Rp 25 juta per bulan.

Tentu itu semua hanya sekedar ilustrasi, namun semua tergantung pada Anda untuk menjalaninya. 

Semoga informasi, dan opini dengan judul "Tren nikah di KUA, konsep frugal living, gaya hidup hemat cepat kaya" ini bisa memberikan sedikit informasi dan masukan untuk Anda tentang gaya hidup hemat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun