Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Secangkir "Perubahan" dalam Sesapan Pahit dan Manis Kopi

6 Februari 2023   09:41 Diperbarui: 6 Februari 2023   10:19 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dengan hari ini? Sejak merebaknya wabah pandemi pada awal tahun 2020 lalu, sampai meredanya pandemi ini sekitar Februafi 2022, terdapat perubahan besar yang terjadi mulai dari pola hidup, pola ekonomi hingga cara memaknai hidup. Dan yang lebih menyedihkan adalah terjadinya penurunan ekonomi secara drastis, yang dirasakan khususnya para pelaku UMKM. 

Namun kembali lagi, bahwa hidup adalah pilihan, kita bisa memilih dengan cara bagaimana memaknainya, seperti secangkir "perubahan" dalam sesapan pahit dan manis kopi.

Banyak yang mengatakan bahwa tanda-tanda penurunan sudah terjadi, dalam beberapa pertemuan dengan beberapa kawan saat menikmati kopi, banyak mengatakan terjadi penurunan omset hingga profit yang tidak karu-karuan, dan Saya melihatnya sebagai hantaman bagi para pelaku ekonomi, khususnya ekonomi kecil. Dan hai ini ditandai dengan banyaknya tempat usaha dan juga pelaku usaha yang menutup usahanya.

Kekuatan Persepsi

Hidup adalah sebuah pilihan, sama halnya dengan menikmati kopi, bagi penikmat kopi pahit, maka menikmati kopi ala kadarnya dengan taste original tentu lebih menyenangkan bila harus menambahkan gula. Dan bagi mereka yang tidak kuat dengan rasa kopi pahit, tentu sah-sah saja menambahkannya dengan sedikit gula.

Sebenarnya analogi kopi tersebut di atas, sama dengan yang terjadi dalam hidup kita. Tidak ada yang menyuruh Anda untuk menjadi seorang pengusaha atau entrepreneur, ketertarikan Anda pada hasil lebih cepat dengan hasil lebih besar itulah yang membuat Anda kecewa saat usaha yang telah dirintis ternyata harus mengalami penurunan atau bahkan terkena imbas efek pandemi, atau yang terjadi saat ini karena terjadi resesi.

Mengambil ide dari Gede Prama, seorang Resi Manajemen versi Majalah Infobank, yang mengatakan bahwa:

Di masa krisis saat ini tidak sedikit manusia yang layu sebelum berkembang. Belum apa-apa sudah menyerah pasrah. Bahkan tidak sedikit manusia yang sebenarnya tidak punya masalah berarti, namun ikut membungkus diri dengan kesulitan, terutama akibat lingkungan yang penuh dengan kesulitan.

Ya.. Ya...Namanya usaha, cuma ada dua yang berlaku berhasil atau gagal. Untung atau rugi.

Dari saat Anda mulai membuka usaha sampai terjadi sesuatu hingga tidak sesuai dengan ekspektasi, maka yang membuat kejadian menjadi masalah sebenarnya bukanlah kejasian iu sendiri, namun bagaimana kita mempersepsikan kejadian. Sehingga kata kunci dalam hal ini adalah pada jendela yang disebut dengan "persepsi".

Ternyata bila ditelisik lebih dalam tentang sebuah persepsi, maka persepsi tidak hanya menjadi pencipta dan pemusnah masalah, namun juga bisa menghadirkan gembok yang sangat kokoh yang susah untuk dibuka.

Coba kita tengok saat ini, begitu banyak orang yang sudah trauma dengan kondisinya, merasa tidak bisa, takut gagal setelah berbisnis, takut menulis lagi karena ditolak Google Adsense, merasa terlalu tua, bisnis yang serba sulit, ini semua hanya sebagian kecil dari berbagai gembok yang merupakan hasil dari persepsi. Semua itu sangat relatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun