CAPM - Sarana untuk Mengukur Risiko - Inti dalam berbisnis adalah mengetahui dan bisa memperhitungkan risiko yang akan dihadapi. Tingkat risiko ini harus diperhitungkan karena semuanya tidak dapat lepas dari kenyataan yang kita hadapi bahwa kehidupan kita selalu diwarnai dengan ketidakpastian tentang masa yang akan datang. Ketidakpastian ini diakibatkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pada umumnya perubahan eksternal akan mempengaruhi kondisi internal.
Begitu juga dengan keputusan dalam melakukan investasi baik asset, saham di pasar modal misalnya. Harus diperhitungkan dengan tepat risiko dalam berinvestasinya. Telah kita ketahui bersama bahwa masa depan adalah sesuatu yang penuh dengan ketidakpastian, dan ketidakpastian berarti suatu risiko dalam berbagai tingkatan tertentu.
Risiko adalah ketidakpastian tentang masa yang akan datang dari investasi yang dilakukan saat ini. Setiap orang yang melakukan investasi, harus memperhitungkan risiko karena tidak ada satupun investasi tanpa risiko. Dengan adanya risiko yang akan timbul maka orang yang akan berinvestasi lebih berhati-hati dalam melakukan investasi.
Dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, keuntungan yang diharapkan dari suatu investasi mungkin tidak terpenuhi, hal ini disebabkan karena kita tidak dapat mengetahui dengan pasti keuntungan yang akan diperoleh.
Begitu juga dalam melakukan investasi di pasar modal, terdapat risiko yang harus diperhitungkan apabila kita melakukan investasi, yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik.
Risiko sistematik yang biasa disebut dengan "Risiko Pasar" adalah risiko yang timbul secara langsung karena perubahan dalam perekonomian secara umum (misalnya; inflasi, GNP, tingkat suku bunga atau pun bisa juga disebut sebagai yang berpengaruh terhadap pasar), atau risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor yang secara serentak mempengaruhi semua saham di pasar modal. Risiko ini akan berakibat pada semua jenis industri, karena itu tidak dapat didiversikasikan walaupun dana telah ditanamkan dalam berbagai jenis usaha, meliputi tanah, real estate, komoditi, emas, fixed interest securities, saham dan lain-lainnya, dimana nilai ini akan naik dan jatuh mengikuti perubahan-perubahan di pasar. Risiko inilah yang disebut "Undiversifable Risk".
Risiko tidak sistematik atau risiko individu atau "not market risk" adalah risiko yang tidak berhubungan dengan pasar tetapi sesuatu yang khusus pada suatu jenis investasi. Karena itu seorang investor dapat mengurangi jenis risiko ini sampai dengan tingkat rendah melalui diversifikasi sampai meliputi seluruh jenis investasi.
Menghadapi risiko yang timbul, seyogyanya pemilik dana dalam melakukan investasi harus mempertimbangkan besarnya risiko serta tingkat pengembalian yang diharapkan. Semua pemilik modal pasti memiliki tujuan untuk memaksimalkan tingkat pengembalian dari modal yang ditanamkan, akan tetapi para pemilik modal ini memiliki preferensi yang berbeda terhadap risiko dan tingkat pengembalian dari investasinya.
CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Terdapat teori yang digunakan untuk membuat keputusan dalam melakukan investasi, salah satunya adalah teori CAPM (Capital Asset Pricing Model), teori ini menjelaskan tentang cara untuk menentukan harga suatu saham dengan mempertimbangkan risiko yang terkandung didalamnya.
CAPM adalah suatu teori yang menghubungkan antara tingkat risiko dengan pendapatan (PT. Danareksa, 1987:199)"Â
Menurut Weston dan Copeland, teori ini merupakan teori yang menjelaskan penetapan harga atas harta yang mengandung risiko dalam keseimbangan. Fungsi utama CAPM ini dapat memberikan tolak ukur risiko dari surat berharga tertentu yang konsisten dengan teori portofolio. Model ini membantu dalam menghitung risiko yang tidak dapat terdiversifikasi sutu portofolio tunggal dan membandingkannya dengan risiko yang terdiversifikasi dengan baik.
CAPM adalah model yang didasarkan pada dalil bahwa tingkat pengembalian yang diisyaratkan atas setiap saham akan sama dengan tingkat pengembalian yang bebas risiko ditambah dengan premi risiko saham yang bersangkutan.
Asumsi yang digunakan menurut Husnan, dalam CAPM ini adalah:
- Tidak adanya biaya transaksi.
- Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divisible).
- Tidak ada pajak penghasilan bagi pemodal.
- Pemilik modal tidak dapat memberikan pengaruh pada harga saham dengan action untuk melakukan pembelian dan penjualan saham.
- Pemilik modal akan melakukan sebuah tindakan dengan pertimbangan pada expected value dan deviasi standar atas tingkat keuntungan portofolio.
- Para pemodal bisa melakukan short sales.
- Terdapat riskless lending and borrowing rate, sehingga pemodal bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga yang sama.
- Pemodal mempunyai pengharapan yang homogen.
- Semua aktiva bisa diperjualbelikan.
Hubungan antara Tingkat Risiko dengan Tingkat Pengembalian
Dalam bentuk grafis CAPM disebut Garis Pasar Surat Berharga, yang juga bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan tingkat keuntungan pengembalian yang diharapkan dari semua surat berharga baik yang efisien mapun yang tidak efisien. Garis ini merupakan hubungan yang khas antara risiko yang tidak bisa didiversifikasi (diukur dengan beta) dengan hasil pengembalian yang diharapkan.
Bila risiko yang tidak dapat didiversifikasi (yang sistematis) yang terkandung dalam hasil penenaman modal tertentu lebih besar daripada yang terkandung dalam pasar, maka beta penanaman modal tersebut juga lebih besar dari satu, dan faktor penyesuai risikonya juga lebih besar daripada faktor penyesuai risiko untuk pasar secara keseluruhan.
Penutup
Berkaitan dengan sistem investasi di pasar modal, apabila akan berinvestasi atau melakukan perdagangan di bursa efek yang pada dasarnya adalah spekulasi untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga saham baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, investor hendaknya menggunakan jasa para analis investasi untuk meminilaisiasi kerugian yang mungkin timbul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H