Berubah atau Musnah -- Anda pasti pernah mendengar terjadinya demo di Jakarta, mulai demo buruh, hingga beberapa waktu lalu demo di DPR tentang sopir taksi online yang menuntut pengurangan potongan 20 % dari aplikator.
Kalau kita jeli melihatnya, maka yang menjadi akar dalam permasalahan tersebut sebenarnya, adalah adanya persaingan industri yang berasal dari adanya perubahan paradigma masyarakat atas kecanggihan teknologi yang belum bisa diantisipasi oleh perusahaan sebagai pemilik usaha.
Terkait dengan hal tersebut terdapat beberapa hal menarik yang bisa dibahas.
Persaingan Industri
Porter (1987) mengemukakan bahwa pokok dari perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya, persaingan dalam suatu industri berakar dalam struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan diluar penilaian pesaing-pesaing yang ada.
Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan pokok, yaitu :
- Ancaman pendatang baru potensial.
- Tingkat kualitas para pesaing yang ada.
- Tekanan dari produk pengganti (subtitute product).
- Kekuatan tawar menawar pembeli.
- Kekuatan tawar menawar pemasok.
Konsep Manajemen Yang Berubah Cepat
Pieter F Ducker, menyampaikan bahwa teori-teori manajemen banyak yang pudar. Menurutnya yang menjadi masalah bukan dari sisi manajemennya, hal ini terjadi karena asumsi-asumsi yang dipakai oleh organisasi-organisasi bisnis di atas sudah tidak sesuai lagi dengan lingkungannya saat ini.
Padahal asumsi-asumsi itulah yang membentuk teori-teori perusahaan. Setiap organisasi memiliki teori bisnis masing-masing, yang sebelumnya teori bisnis tersebut sudah bertahan lama. Tetapi dengan pesatnya teknologi, ekonomi maupun sosial belakangan ini membuat teori yang sebelumnya digunakan menjadi usang.
Kenichi Ohmae mengemukakan tentang "Model 3C" dalam bukunya "The Mind of The Strategist" sebagai titik tolak, dalam dunia bisnis hubungan yang harus diperhatikan adalah hubungan antara tiga kekuatan yaitu perusahaan sendiri (Company), pelanggan (Customer) dan pesaing (Competition).
Perusahaan pun harus menyadari bahwa untuk membangun C pertama (kekuatan perusahaan) dibutuhkan waktu, dan dalam hubungannya dengan pelanggan (C yang kedua) perusahaan harus menyadari bahwa setiap pelanggan memiliki kebutuhan yang berbeda.
Perusahaan pun harus menyadari juga bahwa agar memiliki keunggulan dalam bersaing (C yang ketiga) harus membuat perbedaan produk antara produk sendiri dengan produk pesaing yang jelas dibenak konsumen.
Setelah dunia bisnis mengalami banyak perkembangan dan perubahan mendasar, Ohmae kemudian menambah C -- nya lagi yaitu dengan Change atau perubahan sehingga menjadi C4.
BERUBAH atau diubah???
Rhenald Kasali dalam bukunya Change, Pemerintahan tidak bisa berubah dalam sekejap, tetapi bisnis bisa. Maka dari itu perusahaan harus dimulai dari tatanan mikro, dari dunia usaha. Dari industri-industri keuangan, perbankan, pasar modal, barang-barang konsumsi, ekspor, pendidikan dan seterusnya.
Tetapi reformasi disektor mikro tidak dapat menghasilkan kesejahteraan kalau makronya tidak ikut berubah.
Perubahan yang paling menarik tentu saja terjadi di dunia usaha. Contohnya, Indofood yang sekarang harus bekerja ekstra keras mempertahankan pertumbuhannya. Perusahaan berbasiskan mi instan itu kini harus berbagi pasar dengan pemain-pemain baru yang sangat agresif yang dulu tak terbayangkan kehadirannya.
Richard D'Aveni, penulis buku Hypercompetition, dalam ceramahnya di Strategic Management Society Conference di Puerto Rico (2004), menggambarkan wajah-wajah pemain dalam bisnis sebagai bola yang separuh kempis atau agak penyok, doyong ke sisi yang lain karena sebagian valuenya didesak pemain-pemain baru.
Begitu pula yang terjadi beberapa waktu lalu, tentang sopir taksi online yang menuntut pengurangan potongan 20 % dari aplikator (KOMPAS.COM -- 21-9-2022). Hal ini disebabkan tidak adanya antisipasi dari perusahaan sebagai pengayom supir taksi yang harusnya memiliki antisipasi atas perubahan-perubahan yang terjadi.
Memang tidak ada kata lain dalam ilmu manajemen atau praktek bisnis yang begitu magis dan misterius selain kata "CHANGE". Ia bahklan dianggap sebagai sesuatu yang paling abadi di atas dunia ini. Kadang ia melekat pada diri seseorang dan bekerja begitu kuat. Getarannya dirasakan sampai ke urat-urat nadi, dan begitu ia berjalan di samping kita, dunia seakan bergetar.
Kita bisa membencinya karena change menghancurkan sesuatu yang sudah bertahun-tahun berjalan dengan normal. Seperti badai tsunami, atau tornado, ia mempunyai kekuatan menghancurkan yang luar biasa. Setelah itu hal-hal yang dimunculkannya tampak begitu strange. Yang menjadi aneh adalah kita menolak, bahkan melawannya. Namun hal yang baru itu bukannya binasa atau menghilang, melainkan malah tumbuh dan menjadi besar.
Masih menurut Rhenald Kasali, "Change" memiliki beberapa karakteristik yang harus diketahui terutama bagi pebisnis atau pun pembuat kebijakan perusahaan dan institusi baik pemerintahan atau pun swasta, antara lain:
- Change, begitu misterius karena tidak mudah dipegang. Bahkan yang sudah digenggam pun tak bisa pergi ke tempat lain tanpa pamitan, bahkan dapat memukul balik seakan tak kenal budi.
- Change, memerlukan change maker(s).
- Tidak semua orang bisa diajak melihat perubahan. Sebagian besar malah hanya memakai mata persepsi. Hanya mampu melihat realitas, tanpa kemampuan melihat masa depan. Maka persoalan besar perubahan adalah mengajak orang-orang melihat apa yang Anda lihat dan memercayainya.
- Perubahan terjadi setiap saat, karena itu perubahan harus diciptakan setiap saat pula, buka sekali-kali. Setiap satu perubahan kecil dilakukan seseorang maka akan terjadi pula perubahan-perubahan lainnya.
- Perubahan memiliki sisi positif dan negatif, dan dibalik itu juga terdapat sisi yang keras dan lembut dari perubahan. Sisi keras yang termasuk disini adalah masalah uang dan teknologi, sedangkan sisi lembut menyangkut manusia dan organisasi. Dimana sebagian besar pemimpin hanya memfokuskan pada sisi keras, padahal keberhasilan sangat ditentukan pada sukses mengelola sisi lembut.
- Perubahan membutuhkan waktu, biaya dan kekuatan. Untuk berhasil menaklukkannya diperlukan kematangan berpikir, kepribadian yang teguh, konsep yang jelas dan sistematis, dilakukan secara bertahap dan dukungan yang luas.
- Untuk melakukan perubahan dibutuhkan usaha keras agar bisa menyentuh nilai-nilai dasar organisasi (budaya korporat). Tanpa menyentuh nilai-nilai dasar, perubahan tidak akan mengubah perilaku dan kebiasaan-kebiasaan.
- Perubahan banyak diwarnai mitos-mitos. Salah satunya adalah mitos bahwa perubahan akan selalu membawa perbaikan instan.
- Perubahan menimbulkan ekspektasi, dan karenanya ekspektasi dapat menimbulkan getaran-getaran emosi dan harapan-harapan yang bisa menimbulkan kekecewaan-kekekcewaan.
- Perubahan selalu menakutkan dan menimbulkan kepanikan-kepanikan.
So, masihkah kita tidak mengantisipasi perubahan yang begitu cepat terjadi, bahkan sampai pandemi ini mereda, kita masih bersantai? Ketidakpedulian atas perubahan tentu akan menjebak kita. Semoga pilihan "Berubah atau Musnah" ini bisa memberikan sedikit nafas bahwa segera berubah adalah pilihan terbaik saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H