Saya memiliki dua buah flashdisk, anda tahu kan apa itu flashdisk? itu lho sebuah benda yang bisa dianggap “ajaib”, karena bisa menampung data-data, baik itu lagu, film, dan semua data digital lainnya. Kecil tapi besar manfaatnya dan saat ini hampir sebagian besar orang membutuhkannya. Flashdisk yang pertama, sudah lama saya miliki isinya data-data yang tidak terlalu penting sehingga jarang saya bawa. Sedangkan flashdisk yang kedua, masih baru untuk menampung data-data penting tentang project-project saya, flashdisk yang kedua ini selalu ada di tas sehingga pasti terbawa kemanapun saya pergi. Kenapa flashdisk kedua selalu saya bawa?
Kalau dilihat dari usia, maka flashdisk yang pertama lebih tua dibandingkan dengan flashdisk kedua. Tapi, saya lebih sering membawa yang baru, karena isinya memang lebih penting. Sebuah flashdisk tidak dilihat dari usia pembeliannya tetapi dari apa yang ada di dalam flashdisk itu. Meskipun flashdisk yang satu masih muda alias masih baru tetapi karena isinya penting maka menjadi lebih bernilai dibandingkan flashdisk yang lebih senior. Sama dengan manusia, coba deh perhatikan. Kualitas diri seorang manusia bukanlah ditentukan dari umurnya, bukan juga dari uban dirambutnya, atau keriput diwajahnya. Jangan lantas hanya gara-gara usianya sudah senior lantas anda anggap kualitasnya baik, hanya karena rambutnya sudah beruban lantas dianggap semuanya baik?
Lalu apanya yang harus diperhatikan ketika ingin menilai baik-buruknya seseorang?Ada 2 hal utama yang harus diperhatikan, sama seperti flashdisk tadi.
Pertama, Cara Seseorang Berpikir, meskipun sudah senior tapi jika caranya berpikir masih tidak baik maka belum menunjukkan kualitas yang baik sebagai manusia. Kualitas seseorang itu ditentukan oleh cara orang itu berpikir. Jika berpikirnya susah ya pasti kualitas dirinya juga susah. Jika berpikirnya tidak nyaman maka pastilah hidupnya tidak nyaman. Cara seseorang berpikir sama sekali tidak sebanding lurus dengan usianya, apalagi dengan warna rambutnya. Cara seseorang berpikir itu sebanding lurus dengan pemahaman yang diperoleh tentang dirinya.
Kedua, Kata-kata yang keluar dari mulutnya, jika yang pertama adalah cara berpikir maka berikutnya adalah kata-kata yang keluar dari mulutnya, apa yang disampaikan, apa yang diucapkan itu menunjukkan cara seseorang berpikir. Jika yang diucapkan itu perihal kesedihan saja, maka pasti dirinya selalu dalam kesedihan. Jika yang diucapkan itu kebencian saja, maka pasti dirinya selalu dalam kebencian. Apa yang keluar dari mulut seseorang adalah bersumber dari isi Pikirannya.
Semakin bertambah umur seseorang memang sudah seharusnya kualitas dirinya semakin meningkat. Pemahaman dirinya tentang dirinya yang sejati juga harus semakin baik. Bukti bahwa kulitas diri semakin meningkat adalah dengan memperhatikan kedua hal tadi, Cara Berpikir dan Kata-kata yang keluar dari mulutnya. Begitu juga dengan diri anda, sebelum anda menilai orang lain, maka nilailah diri anda dulu dengan benar. Perhatikan bagaimana anda berpikir, lalu kata-kata apa yang terucap dari mulut anda. Jika kedua hal ini masih penuh dengan hal negatif, maka segera untuk mengubahnya.
Saya sering mendapatkan sms atau telepon yang mengatakan bahwa apa yang saya tulis diblog ini terlihat tidak masuk akal, bahkan mengatakan kalau saya masih anak kecil, masih terlalu muda untuk memahami tentang spiritual, ketuhanan, kesaktian dan ilmu sejati. Hmm, saya hanya membalasnya silahkan belajar AMC dulu memahami materinya dengan benar baru bisa menilai, karena banyak alumni AMC yang jauh lebih senior dari saya secara usia dan mau menerima bahwa memang apa yang ada di AMC bahkan sampai di Platinum itu memang sebuah kebenaran.
Jagalah Pikiran dan Mulut ini, karena Pikiran dan Mulut anda adalah indikator untuk menunjukkan sejauh mana kualitas diri anda. Cobalah untuk menilainya, perhatikan diri kita dulu supaya bisa mengenali diri kita dengan benar-benar mengenali. Karena yang pertama harus diperhatikan adalah memang diri kita dulu baru diri orang lain. Nilailah dengan benar diri kita, sehingga kita dengan mudah mengubah diri untuk menjadikan hidup selanjutnya lebih baik dari sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H