Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah pahlawan kebanggaan bangsa yang terkenal dengan strategi perang gerilyanya untuk melawan musuh pada zaman penjajahan. Walau mengalami sakit parah hingga harus ditandu, dia berjuang tanpa pamrih, tak kenal lelah, pantang menyerah serta rela berkorban demi negara. Karakter yang dia miliki tersebut, perlu dijunjung tinggi dengan penuh kebanggaan dan diamalkan dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. Perjuangannya dan namanya akan selalu diingat oleh anak bangsa. Oleh karena itu, kaum milenial harus mencontoh nasionalisme Jenderal Soedirman.
Sementara itu, setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Jenderal Soedirman dilantik menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat. Saat itu, dia menyatakan untuk tunduk pada pemerintahan yang sah pimpinan Presiden Soekarno. Namun, keadaan negara ketika itu tidak mulus, karena negara masih dalam pembentukan pemerintahan yang kerap menimbulkan gejolak politik dan perpecahan. Ditambah lagi, zaman itu Belanda belum mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Belanda pula menuding pemerintahan Indonesia dan pendukungnya dianggap sebagai kriminal dan pemberontak pemerintahan kolonial.
Jenderal Soedirman merupakan salah satu pahlawan nasional yang memiliki nilai karakter atau nilai kepahlawanan berupa sikap, jiwa, dan semangat yang tinggi. Dia pula senantiasa ikhlas berkorban demi melindungi negara dan membela kebenaran, serta memiliki moral dan perilaku yang mengandung suri tauladan yang dapat dicontoh bagi generasi muda. Dalam menumbuhkan semangat nasionalisme dan rasa cinta Tanah Air dengan menjunjung nilai-nilai karakter yang berbudi luhur, maka kehidupan dan perjuangan Jenderal Soedirman harus menjadi contoh dalam kehidupan anak bangsa saat ini. Hal tersebut harus ditanam dalam diri kaum milenial demi kemajuan dan perkembangan generasi muda.
Kesetiaannya pada negara juga menjadi sejarah, ketika detik-detik agresi militer Belanda pada Desember 1948, di Yogyakarta. Saat itu, Presiden Sukarno menyarankan agar Jenderal Soedirman menjalani perawatan saja, karena penyakit parah yang dialaminya pada waktu itu. Namun, Sang Jenderal menjawabnya dengan tegas, dengan mengatakan, “Yang sakit itu Soedirman, tapi Panglima Besar tidak pernah sakit.” Dari jawaban itu, Presiden Soekarno tidak bisa lagi melarangnya pergi untuk bergerilya. Saat itu pula, Sang Jenderal bangkit dan memutuskan untuk memimpin pasukan keluar dari Yogyakarta, mengkonsolidasikan tentara lainnya demi mempertahankan Republik dengan gerilya. Perlu kita ketahui, dengan penyakit yang dialaminya, Jenderal Soedirman bergerilya berbulan-bulan lamanya.
Sebelumnya, Pada 1943, Jenderal Soedirman menjadi anggota Pembela Tanah Air (Peta), mendapat pangkat shodanco dan menjadi komandan batalyon Peta di Kroya, Jawa Tengah. Setelah Indonesia merdeka, Jenderal Soedirman bergabung menjadi tentara keamanan rakyat (TKR). Saat menjadi anggota TKR, Jenderal Soedirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Perang besar pertama yang dipimpin Jenderal Soedirman adalah perang melawan tentara Inggris dan NICA Belanda, pada November-Desember 1945, yang dikenal sebagai pertempuran Palagan Ambarawa. Kemudian, pada medio Desember 1945, Jenderal Soedirman dilantik menjadi Jenderal oleh Presiden Soekarno.
Melalui cerita singkat Sang Jenderal, maka telah terbukti semangat patriotisme Jenderal Sudirman pada bangsa dan negara ini sangat besar sekali. Meski sedang mengalami sakit parah, dia tetap mampu berjuang demi kemerdekaan negara ini. Jenderal Soedirman rela mengorbankan jiwanya untuk bangsa dan negara, karena ketidak relaannya, jika negeri ini dijajah oleh bangsa lain. Dari sini, jiwa nasionalis dan cinta Tanah air yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya telah terbukti.
Dengan demikian, karena Jenderal Soedirman memiliki sifat nasionalisme tinggi, maka sudah seharusnya kaum milenial saat ini harus mencontohnya dengan baik. Mulai dari pantang menyerah, berani, hingga rela berkorban untuk bangsa. Karakter yang dimiliki Jenderal Soedirman harus tertanam sejak dini oleh setiap anak bangsa. Karena, saat ini kepribadian anak bangsa sudah terkikis oleh kemajuan dunia modern, sehingga mereka lupa akan pentingnya mempertahankan dan menjaga bangsa dari ancaman dunia luar maupun ancaman ideologi. Maka dari itu, kaum milenial harus mencontoh sifat dan karakter Jenderal Soedirman agar peradaban bangsa bisa terjamin di kemudian hari.
Artikel ini sudah pernah diupload di Kadrun.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H