Mohon tunggu...
Firman Hidayat
Firman Hidayat Mohon Tunggu... -

Pernah bekerja di bank asing dan mengajar di salah satu universitas di Jakarta. Profesi terakhir sebagai peneliti ekonomi, dan merupakan alumni dari University of Illinois-USA, program Master of Science in Policy Economics. Meluangkan waktu senggang untuk menemani istri, membaca buku, dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Money

Evolusi Peran Bank Sentral dan Obat Pereda Krisis ala Amerika

29 Juli 2010   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan Indonesia?

Reformasi keuangan AS memang mendapat pujian dari berbagi pihak, namun reformasi keuangan tersebut tidak serta merta dapat diterapkan di Indonesia. Ibarat pepatah mengatakan lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Hal ini bisa dipahami karena karakter ekonomi Indonesia memang berbeda dengan karakter ekonomi AS. Ekonomi AS merupakan epicentrum gempa ekonomi global, sedangkan Indonesia dan negara-negara lainnya hanya terkena dampak dari bencana yang terjadi di AS tersebut. Oleh karena itu, sangat bisa dimaklumi bila kebijakan yang harus diterapkan di Indonesia tidak harus sama dengan apa yang dilakukan di AS.

Kinerja ekonomi Indonesia selama krisis berlangsung telah diakui dunia internasional. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan relatif berhasil menjaga perekonomian sehingga tidak terseret badai krisis yang maha dashyat. Dalam hal ini, Bank Indonesia dianggap berhasil menjaga stabilitas moneter sehingga Indonesia mampu meraih pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Namun demikian, Bank Indonesia dituntut untuk lebih dari sekedar mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bank Indonesia dituntut agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

Setidaknya ada dua hal yang masih menjadi tantangan bagi Bank Indonesia. Salah satunya adalah bagaimana Bank Indonesia dapat mendorong pertumbuhan kredit untuk pemberdayaan UMKM. Sektor UMKM merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia karena UMKM adalah komponen terbesar dalam perekonomian Indonesia dan sebagian besar tenaga kerja bekerja di sektor UMKM. Dengan mendorong penyaluran kredit ke sektor UMKM maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja.

Tantangan lainnya adalah bagaimana Bank Indonesia dapat lebih efektif dalam mendorong penurunan suku bunga kredit. Saat ini, suku bunga kredit perbankan Nasional dianggap masih tinggi dan sangat memberatkan konsumen. Ada yang beranggapan bahwa suku bunga kredit yang tinggi ini merupakan cerminan sektor riil yang masih berisiko. Meskipun sektor riil bukan merupakan tugas Bank Indonesia, setidaknya Bank Indonesia harus melakukan terobosan agar perbankan mau menurunkan suku bunga kredit sehingga kondusif bagi konsumen. Bank Indonesia harus mendorong perbankan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien sehingga dapat mengurangi komponen biaya kredit dan pada akhirnya dapat mendorong penurunan suku bunga kredit. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghimbau perbankan agar tidak berlebihan dalam memberikan hadiah untuk menarik nasabah baru dan memberikan suku bunga yang wajar kepada prime customer.

Upaya Bank Indonesia tersebut perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tanpa keterlibatan departemen-departemen lain, stabilitas moneter yang terjaga dengan baik akan berkurang maknanya bagi masyarakat luas. Ibarat sebuah pesawat terbang, ekonomi Indonesia terbang dengan satu mesin yang berfungsi dengan baik (kondisi moneter yang stabil), sedangkan satu mesin lainnya (kondisi sektor rill dan iklim investasi) tidak berfungsi secara optimal. Agar ekonomi Indonesia bisa terbang lebih tinggi maka kondisi sektor riil dan iklim investasi perlu segera dibenahi.

Upaya pembenahan sektor riil perlu dilakukan secara lebih komprehensif dari hulu ke hilir. Tidak hanya permasalahan modal saja yang perlu dibenahi aspek lainnya seperti teknologi, pemasaran, dan packaging juga perlu ditingkatkan. Selain itu, upaya perbaikan iklim investasi juga perlu lebih ditingkatkan. Hal mendesak yang perlu dilakukan adalah sinkronisasi peraturan-peraturan daerah yang dapat menghambat realisasi investasi. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah provinsi cenderung memikirkan kepentingan jangka pendek dan berlomba-lomba untuk meningkatkan pendapatan daerah yang pada akhirnya justru akan menghambat investasi.

Perbaikan-perbaikan tersebut memang memerlukan efforts yang cukup besar. Namun, tidak ada sesuatu yang mustahil sepanjang kita mau berupaya keras untuk mewujudkannya. Dengan koordinasi yang baik antara berbagai pihak, Indonesia dapat menatap masa depan yang lebih cerah.

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun