Mohon tunggu...
Firman Fadilah
Firman Fadilah Mohon Tunggu... Lainnya - Simple man with a simple love.

Never give up!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Sanalah Letak Surgaku

2 Juli 2022   09:24 Diperbarui: 2 Juli 2022   09:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang petugas parkir yang baik hati buru-buru memandu motor modifikasi ini untuk mencari posisi yang pas. Kulepas tongkat yang terikat di samping motor.

Menjelang sore, bisanya Ibu ada di taman. Perawat Inah sudah paham kalau setiap jam-jam sore, aku pasti datang. Benar saja, Ibu tengah duduk di kursi dengan tatapan kosong. Aku segera mendekatinya.

"Ibu," ucapku. Ia diam. Mungkin tak tahu siapa aku.

"Ibumu sudah makan tadi," ujar Perawat Inah. "Bagaimana dengan kerjaanmu?"

"Lancar, Kak. Terima kasih sudah jaga Ibu."

Seolah-olah paham, Perawat Inah meninggalkan kami berdua. Aku dan Ibu mencoba untuk berbicara dari hati ke hati. Ibu memang sangat cantik, tapi nasibnya tidak.

Kata Paman Dul, Ibu adalah kembang desa. Banyak lelaki yang naksir sama Ibu. Namun, Ibu hanya setia pada satu pasangannya yang mungkin akan menjadi ayahku kalau ia tak mati saat perjalanan menuju pelabuhan. Sedih dan duka yang amat dalam melanda hari-harinya.

Paman Dul selalu berupaya untuk membuat Ibu bangkit kembali dengan mengenalkan beberapa lelaki yang siap menikahinya. Nahas, Ibu menolaknya dan lelaki yang ditolak itu merasa terhina. Ia lantas merencanakan sesuatu yang kejam. Ibu diculik dan ketika kembali, Ibu sudah tak perawan lagi.

Ibu mengurung diri di kamar. Ia tahu dirinya adalah aib sebab omongan orang tak henti meneriaki telinganya hingga ia tuli dan Ibu pun tak ingin melihat siapa-siapa kecuali bayi yang ada di dalam kandungannya. Aku. Beban yang dipikulnya lantas membuat jiawanya sakit. Mungkin ia merasa bingung hendak menjawab apa ketika kelak anaknya bertanya-tanya tentang seorang ayah?

Aku mengusap pipiku yang lembap sesaat kudengar suara gema sepatu Perawat Inah mendekat.

"Bu," lirihku. "Sudah magrib. Aku pulang dulu," pintaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun