Mohon tunggu...
Firmanda Taufiq
Firmanda Taufiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S3

Hobi membaca, menulis, berdiskusi, berdialektika dan travelling.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

9 Manusia Taklukkan Panderman

21 Desember 2013   12:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, (20/12) kami melakukan pendakian ke Gunung Panderman, Kota Batu. Saya (Firman), Arifudin, Yusrul, Bayu, Syahril, Farid, Mashudi, Rohman, dan Faris. Semua persiapan pendakian sudah lengkap, mulai dari tenda, pasak, logistik, terpal, kompor dan peralatan camping sudah siap. Jam 17.20 kami 9 orang berangkat dari kos Karang Besuki menuju tempat pendakian menggunakan sepeda motor.

Di tengah perjalanan kami disuguhi pemandangan menarik, eksotika alam kota Batu yang menawan menambah keindahan penadakian kalai ini. Kami tiba di tempat penitipan sepeda motor sekitar pkl. 18.45 WIB. Setelah itu, kami bernegosiasi tentang biaya penitipan sepeda motor dan tiket masuk, kami pun mengecek semua perlengkapan mendaki, setelah siap kami berangkat menuju gunung Panderman pkl. 18.54 WIB.

Kabut membuat penglihatan kami kabur dan dinginnya angin gunung Panderman membuat tubuh kami menggigil kedinginan. Perjalanan kami menuju puncak gunung Panderman pernuh perjuangan, dari 9 orang yang melakuka pendakian hanya 1 orang yang pernah menjejakkan kaki di Panderman, itu pun tak sampai di puncak gunung Panderman. Jalanan yang kurang terlihat mata, membuat kami kesulitan. Di tengah perjalanan kami merasa kelelahan, kadang kami harus beristirahat untuk memulihkan tenaga, kami juga merasa frustasi ketika trek yang kita lewati tidak sesuai harapan, kami melewati trek dengan tanah miring. Tapi, itu tak membuat nyali kita ciut. Ketua pendakian kali ini adalah Yusrul, dan dibantu teman-teman yang lain, Bayu, Arifudin, Syahril dan teman-teman yanang lain kami menaiki lereng dan bukit, Akhirnya puncak pun semakin dekat,sekitar pkl. 21.32 kami pun tiba dan menjejakkan kaki kami di puncak gunung tertinggi Kota Batu, gunung Panderman dengan ketinggian 2000 m dpl.

Sungguh perjalanan yang luar biasa, perjuangan, optimisme, keberanian, pemilihan keputusan, rasa lelah dan putus asa, akhirnya terbayar dengan pencapaian di puncak gunung Panderman. Dapat menatap bulan lebih dekat dari biasanya dan merasakan angin pegunungan di malam hari. Selanjutnya, kami pun mendirikan tenda dan memasak untuk mengisi perut kami yang kosong. Setelah semua selesai, kami bersegera beristirahat untuk memulihkan tenaga dan mengumpulkan tenaga untuk menuruni gunung Panderman besok pagi.

Sekitar pkl. 03.30 WIB, tiba-tiba hujan turun di gunung Panderman, kami pun merasakan kedinginan menusuk tulang. Matahari pun menyelinap dari arah timur, kami langsung bersiap-siap untuk turun, memasak mie dan kopi hangat serta membereskan tenda dan keperluan yang lain. Sebelum menuruni gunung, kami berfoto bersama untuk mengabadikan kenangan di puncak Gunung tertinggi Kota Batu ini.

Pukul 08.15 WIB, kami menuruni gunung, setibanya di bukit Panderman, kami melihat keindahan ciptaan Tuhan, di bukit inilah kami dapat menatap alam Panderman lebih dekat, kabut yang serasa mendekap dalam tubuh. Kami pun tak mau kehilangan momen penting ini. Perjalanan berlanjut, menuruni Panderman di musim hujan kali ini serasa berbeda. Jalanan yang licin serta semak belukar di kanan-kiri dan cukup membuat kami harus ekstra hati-hati. Di perjalanan kami membicarakan rute yang kita lewati saat tengah malam, kalau sesuai rute yang asali, jalannya tidak terlalu sulit dan berbahaya. Tapi, kita mendaki Panderman melalaui jalan yang berbeda dan lebih menantang.

Pukul 10.00 WIB, akhirnya kami tiba lagi di tempat penitipan sepeda motor. Tak ingin cepat-cepat meninggalkan panderman, kami bersembilan tak ingin kehilangan momen penting. Terakhir, kami berfoto bersama di depan pemandangan gunung Panderman. Sebuah perjalanan yang tak akan kami lupakan seumur hidup, titik perjuangan demi mencapai titik puncak yang sebenarnya, Gunung Panderman, kami mencintaimu dengan eksotika alam yang indah nana mempesona.

Di tengah perjalanan pulang, momen-momen penuh kenangan di gunung Panderman akan kami ingat dan tancapkan daalm memori dan hati kami, bahwa sebuah perjuangan akan terbayar dalam titik puncak kesuksesan yang pasti akan kita raih, karena tak ada perjuangan yang tak ada gunanya dan sia-sia. (fir)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun