Mohon tunggu...
Achmad Firman
Achmad Firman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Raih dengan Tangan Bukan Berpangku Tangan

11 Mei 2017   20:12 Diperbarui: 11 Mei 2017   21:36 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


            Pertama-tama saya ingin mengajak pembaca semua untuk mengucap syukur kepada Allah SWT. yang masih memberi kesempatan untuk kita merasakan nikmat akan dunia ini. Nikmat akan dunia yang terhampar luas dan menumbuhkan apa-apa saja yang berguna bagi hidup manusia. Nikmat itulah yang harus disadari dan disyukuri lalu diwujudkan dengan amal.

            Amal disini diartikan sebagai perbuatan. Sebuah perbuatan yang menjadi sebuah pelaksanaan dari sebuah pemikiran dan kesadaran. Amal atau perbuatan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan kesanggupan dan keadaan pada diri kita masing-masing. Seorang tukang ojek beramal dengan melayani penumpangnya dengan baik dan nyaman, pedagang beramal dengan berjualan dengan bersih, pejabat beramal dengan mengayomi dan mensejahterakan rakyatnya, guru beramal dengan mengajarkan ilmunya dengan kesungguhan, dll. Disini yang dimaksud oleh saya tentang amal adalah wujud mensyukuri nikmat bukan amal dalam hal-hal yang lebih luas. Sehingga akan ditemukan hubungan keterkaitan antara amal dengan nikmat. Nikmat adalah wujud kasih Allah dan amal adalah wujud kasih manusia.

            Dunia adalah nikmat dan apa yang ada di dalamnya juga nikmat lalu kita para manusia diperintah untuk bertebaran mencari nikmat-nikmat tersebut. Amal diposisikan disaat kita mencari dan setelah mendapatkan suatu nikmat. Rasulullah SAW merupakan sosok manusia yang menjadi panutan kita dalam melakukan amal-amal manusia pada Allah SWT. Contoh-contoh itu dapat kita lihat dalam beberapa hadits salah satunya ialah :

Artinya : " dari Jabir RA berkata, Rasullulah SAW  bersabda: tidaklah manusia mengkonsumsi makanan hasil kerja ( produksi ) nya sendiri dan Nabi Dawud AS mengkonsumsi dari hasil kerjanya sendiri " (HR. al-Bukhari).

            Hadits diatas memberi tahu kita akan salah satu amal dalam mensyukuri nikmat dengan mengkonsumsi atau menikmati yang baik itu ialah sesuatu yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Usaha disini adalah bentuk kegiatan yang dilakukan dengan pengolahan kemampuan dalam melakukan sebuah aktivitas untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan aktivitas tersebut masih dalam koridor baik. Jadi dapat disimpulkan usaha adalah setiap aktivitas yang memberi sebuah pencapaian.

            "Dalam koridor yang baik" saya memberikan pengertian seperti itu untuk menjelaskan bahwa usaha yang disinggung dalam tulisan ini adalah usaha dalam konteks suatu yang dipandang baik. Jadi jelas bila usaha seperti mencuri, menipu, meminta-minta, merusak, menindas, melakukan kecurangan dll yang merupakan usaha dalam konteks yang dipandang buruk tidak diperbolehkan. Termasuk juga mengambil hak orang lain tidak dapat dibenarkan contoh saja para koruptor.

            Hadits diatas sebenarnya mengajari kita untuk bekerja keras bukannya bersikap malas-malasan. Jika ingin makan maka kita ambil nasi dan lauknya lalu menyantapnya bukan hanya diam berpangku tangan mengharap pemberian orang lain. Nelayan  menerjang laut untuk makan, petani mencangkuli sawah untuk makan, siswa belajar untuk pintar semua usaha itu adalah untuk sebuah peningkatan.

            Tapi sering kita mendengar sebuah ucapan yang sebenarnya mengarah pada suatu pembelaan akan suatu keburukan dan merupakan suatu pembelaan. Yang saya maksud adalah ucapan " yang haram saja susah apa lagi yang halal" ini merutku hanyalah sebuah pembelaan dari orang yang malas dan hanya berfikir kesenangan akan dunia saja. Bila untuk saat ini kita sulit mencari pekerjaan bukankah lebih baik untuk menciptakan sendiri lapangan pekerjaan. Sekarang ini adalah zamannya untuk maju dengan kekreativan pemikiran kita jadi sudah bukan zamannya lagi untuk menunggu bola tapi bagaimana menjemput bola. Mari mulai sekarang kita berfikir secara mendalam akan sesuatu dan tak mudah menyerah.

           

             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun