Ungkapan ini menggambarkan keyakinan bahwa kejujuran membawa ketenangan dan kemudahan dalam hidup. Orang yang jujur tidak terbebani oleh kebohongan atau tipu daya yang dapat menimbulkan kekacauan atau konflik. Berpegang teguh pada nilai kejujuran membangun reputasi baik, menciptakan hubungan harmonis, dan memberikan rasa aman karena kejujuran selalu menguatkan dalam berbagai situasi.
Kedua, keberanian. Pepatah Madura "Ango'an pote tolang etembang pote mata", yang berarti "Lebih baik mati daripada menanggung malu", mencerminkan betapa pentingnya keberanian dan kehormatan dalam budaya Madura. Ungkapan ini menekankan bahwa menjaga martabat dan kehormatan pribadi, keluarga, dan masyarakat adalah hal yang utama. Bahkan, lebih penting dari kehidupan itu sendiri.Â
Nilai keberanian dalam pepatah ini bukan sekadar keberanian fisik, melainkan juga keberanian moral untuk tetap berpegang pada prinsip dan nilai yang benar. Bagi masyarakat Madura, kehormatan adalah harta yang harus dijaga dan dijunjung tinggi, sehingga mereka rela menghadapi berbagai tantangan dengan keberanian demi mempertahankan harga diri dan martabat.
Terakhir, ketangguhan atau semangat pantang menyerah. Terwakili dalam pepatah "abantal omba', asapo' angen". Pepatah Madura yang berarti "berbantal ombak, berselimut angin", melambangkan ketangguhan dan kesiapan untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Ungkapan ini mencerminkan keteguhan hati masyarakat Madura dalam menempuh kehidupan yang kadang keras dan penuh ujian.Â
Dalam budaya Madura, nilai ini menumbuhkan karakter yang tidak mudah menyerah. Selalu siap menghadapi kesulitan dengan ketabahan. Ketangguhan ini tak hanya memperkuat individu, tetapi juga menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat. Setiap orang saling mendukung dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan. Dengan karakter yang tangguh dan berdaya tahan tinggi, masyarakat Madura mampu mengembangkan diri dan membangun kerja sama yang kokoh di lingkungannya.
Kearifan lokal Madura, seperti kejujuran, keberanian, dan ketangguhan, memberikan fondasi karakter yang kokoh bagi masyarakat. Nilai-nilai ini bukan hanya memperkaya budaya lokal tetapi juga memiliki kontribusi besar dalam membentuk soft skill yang sangat dibutuhkan di era global. Melalui pengembangan karakter berbasis nilai-nilai ini, masyarakat Madura mampu beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan identitas dan etika, memberikan arah bagi pembentukan tenaga kerja yang tangguh, berintegritas, dan kolaboratif.
Dr. Firman Arifin, ST.,MT., Dosen & Ketua Senat PENS, kelahiran Pamekasan, Madura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H