Di ilmu komputer grafis, ada 3 warna dasar; Red Green Blue (RGB). Merah, hijau dan biru. Kolaborasi 3 warna saja RGB, bisa menghasilkan berjuta warna. Apalagi kolaborasi potensi manusia.
Tiga warna dasar RGB ini. Semuanya membawa potensi. Mulai potensi dari yang terendah yang bernilai 0 dan tertinggi bernilai 255.
Dari potensi masing-masing inilah dibutuhkan kolaborasi. Ada keselarasan di dalamnya.
Dalam kolaborasi ini, semua potensi "dipakai" sesuai dengan kebutuhan.
Bukan harus selalu menggunakan potensi maksimum (255) atau malah minimum (0).
Sesekali kalau dibutuhkan memang harus tampil all out potensi itu. Tapi komposisi all out itu hanya sangat sedikit daripada komposisi potensi yang harus "mengalah" untuk menghasilkan kolaborasi yang ciamik. Perpaduan warna yang ciamik itu karena ketepatan masing-masing potensi RGB.
Baginya, bukan potensinya tidak diberdayakan maksimum. Tapi dia tahu dan sadar kalau komposisi takaran potensi saat itu adalah yang terbaik. Terbaik yang dibutuhkan sesuai kondisi.
Kalau ego diri dari RGB ini ditonjolkan, hanya akan menghasilkan potensi dirinya aja yang dominan. Misal warna R atau merah, yang lain dinafikan atau dinolkan, maka hanya menghasilkan merah muda sampai merah tua komposisi warnanya. Membosankan bukan?
Begitu juga jika G dan B ikut-ikutan ego. Hanya akan ada warna dirinya sendiri. Tidak asyik kata anak milenial.
Bahkan yang menarik, manakala RGB ini saat bersamaan tidak mau mengalah. Pamer potensi maksimum masing-masing. Apa yang terjadi? Ya, warna yang keluar adalah warna putih.