Siang itu, ruangan itu terlihat penuh dengan teman-teman saya yang sedang mempersiapkan Carriernya untuk perjalanan kami nanti malam, suasana gembira dan penuh senyum tercurah dari setiap wajah di ruangan berukuran 5 x 4 m tersebut, karena sudah tidak bersabar ingin kembali bercumbu dengan salah satu Maha Karya Sang Khalik, yaitu Alam Pegunungan yang menawan. Tujuan kami pada hari itu sampai tiga hari kedepan adalah menuju Gunung Salak, Jawa Barat, kami tidak berniat menuju ke Puncak Salak 1, tetapi kami menuju ke sebuah tempat dengan sumber belerang yang penuh manfaat, yaitu Kawah Ratu
Nah Indonesian Traveller, sedikit tentang Gunung Salak, bahwasanya Gunung Salak, sebuah gunung yang terletak di kawasan Jawa Barat ini masih menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki, walupun gunung ini memiliki ketinggian yang paling rendah dibanding gunung-gunung di Jawa Barat. Gunung Salak terkenal dengan trek nya yang terlengkap, apabila traveller mendaki ke Gunung Salak, maka traveller akan melihat semua trek yang ada di semua gunung di Indonesia ada menjadi satu di Gunung Salak, kecuali trek pasir dan trek salju. Ditambah lagi, apabila Indonesian traveller mendaki ke Puncak Salak 1, maka setelah shelter 3, Indonesian traveller, akan menemui sebuah kawah yang masih aktif dan mengepulkan asap panas, disitulah Kawah Ratu berada.
[caption id="attachment_313530" align="alignnone" width="600" caption="nhichocs.wordpress.com"][/caption]
Untuk mencapai ke Kawah Ratu, Indonesian Traveller harus memulai dari titik TN HM 0 sampai berakhir di titik TN HM 44 yang sudah ditancapkan melalui patok-patok hijau disepanjang perjalanan untuk sampai di Kawah Ratu. Pada saat itu saya dan teman-teman berangkat dari Jakarta malam hari, dan menempuh waktu sekitar 3 jam untuk mencapai kawasan Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. Teman-teman kami sudah ada yang tiba disana siang harinya, dan sudah membuka tenda untuk istirahat.
[caption id="attachment_313531" align="alignnone" width="709" caption="Pintu Masuk Jalur Kawah Ratu dan Puncak Salak I"]
Keadaan gelap menemani kami bertiga pada malam itu, dimulai dari Pos pintu pendakian, kami mulai menitikan kaki langkah demi langkah, pastinya head lamp harus terus menyala untuk memberi penerangan jalan dan melihat patok tanda jarak yang sudah di tempuh. Kami harus berbagi Oksigen dengan semua tumbuhan yang tumbuh di areal pegunungan, karena kita semua tau bahwa pada malam hari tumbuhan, memproduksi Karbon Dioksida dan menghirup Oksigen, itulah mengapa pendakian dimalam hari tidak boleh dilakukan, selain udara yang dingin dan minimnya penerangan serta bahaya dari binatang-binatang buas yang hidup disana.
Tidak terasa perjalanan sudah hampir menempuh waktu 1 jam 30 menit, dan kami pun hampir tiba di sebuah pertigaan antara jalur Kawah Ratu dan Puncak Salak Satu, yaitu pertigaan Bajuri. Di pertigaan Bajuri ini Indonesian Traveller bisa mendirikan tenda, karena tempatnya luas dan dekat dengan sumber air. Kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda disana dan beristirahat sampai besok pagi.
Keesokan harinya kami bangun dan mempersiapkan sarapan, kami pun sudah mendapat kabar bahwa teman-teman kami yang dari camp cidahu sudah dalam perjalanan ke atas. Setelah sarapan kami, langsung membongkar tenda, dan mempacking ulang carrier kami. Tidak lama setelah itu tim yang dari bawah pun datang, bertemu kami di camp bajuri. Rombongan pun sudah lengkap dan kami pun melanjutkan perjalanan bersama-sama. Dari Camp bajuri, Indonesian Traveller akan menemui dua petunjuk arah, yaitu menuju Puncak Salak 1 yang berjakar ± 5 km dan ke arah Kawah Ratu yang berjarak ±3,4 km, Indonesian Traveller langsung saja ikuti petunjuk ke arah Kawah Ratu.
Menikmati perjalanan sambil bersenda gurau, menambah semangat kami untuk sampai disana. Dari camp bajuri perjalanan ditempuh tidak terlalu jauh, tetapi cukup menguras keringat dan memakan waktu ± 2 - 2,5 jam. Kmi sudah melihat petunjuk HM 44 yang menandakan tidak lama lagi akan tiba di Kawah Ratu. Sesampainya disana Indonesian Traveller akan dihadapkan pada petunjuk untuk memasuki kawasan Kawah Ratu,
[caption id="attachment_313533" align="alignnone" width="500" caption="travel.detik.com"]
dan Finally, kami pun tiba disana, gumpalan asap putih yang masih panas langsung terasa di badan kami, ditambah bau belerang yang menusuk hidung. Kami langsung menyebar ke seluruh area Kawah untuk berfoto dan mengabadikan momen. Kami juga tak lupa untuk berendam dan cuci muka dengan air belerang yang ada disana, karena air belerang disana sangat bagus untuk kesehatan kulit dan menyembuhkan penyakit, tetapi air belerang disana tidak bisa untuk diminum.
Setelah puas dari sana kami pun beranjak untuk kembali ke bawah, kami mempersiapkan diri kembali, dan tidak lupa untuk melakukan Operasi Bersih di kawasan Kawah Ratu. Kami kembali melalui jalan setapak untuk ke bawah sampai di Cidahu untuk melanjutkan aktifitas kami selanjutnya.
Nah, indonesian Traveller, itu tadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Bumi Pertiwi kita Indonesia. Sudah seharusnya itu menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan tempat-temapt wisata yang ada di Indonesia khususnya untuk wisata alam, agar wisata indonesia tetap menjadi daya tarik untuk mata dunia.
Jaya selalu Indonesia Travel
Aku cinta Indonesia dan Aku bangga menjadi Orang Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H