Abstract
Pulmonary TB (tuberculosis) is an infection caused by the bacterium Mycobacterium Tuberculosis that invades the lung parenchyma, causing granuloma formation. TB infection can be spread through the air, namely through droplets of germs or tubercle bacilli bacteria released by infected people when they talk, cough, or sneeze. According to the theory of Lampignano, JP, and Kendrick (2018), chest radiographic examination procedures for pulmonary tuberculosis are performed using AP, PA, Lateral, and AP Lordotic view indications. This review aims to learn the methods to perform Thorax radiography examination in patients with pulmonary tuberculosis. Keyword: Thorax, Â tuberculosis, and radiography.
Abstrak
TB (tuberkulosis) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang parenkim paru, menyebabkan pembentukan granuloma. Infeksi TB dapat menyebar melalui udara, yaitu melalui droplet kuman atau bakteri basil tuberkel yang dilepaskan oleh orang yang terinfeksi saat mereka berbicara, batuk, atau bersin. Menurut teori Lampignano, JP, dan Kendrick (2018), prosedur pemeriksaan radiografi dada untuk tuberkulosis paru-paru dilakukan dengan menggunakan indikasi AP, PA, Lateral, dan AP Lordotic view. Kajian ini bertujuan untuk mempelajari metode untuk melakukan pemeriksaan radiografi Thorax pada pasien yang mengalami TBC pada paru-paru.
Kata Kunci: Thorax, Â tuberkulosis, and radiografi.
Pendahuluan
Paru-paru adalah komponen sistem pernapasan yang terdiri dari dua paru-paru yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Paru-paru berbentuk kerucut dengan apexs berada di atas clavicula. paru-paru kiri hanya dibagi menjadi dua lobus yaitu lobus superior dan lobus posterior. Sedangkan paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus superior, lobus medial, dan lobus posterior.1,3Â
Infeksi tuberkulosis paru-paru (TB) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang parenkim paru dan menyebabkan pembentukan granuloma. Transmisi infeksi tuberkulosis dapat terjadi melalui tetes yang mengandung bakteri bacillus dari pasien tuberculosis.4 Tetesan inti tersebut dapat jatuh ke tanah,Â
lantai, atau tempat lain ketika seseorang dengan TB batuk, bersin, atau berbicara. Bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam tetes inti terbang di udara ketika tetes atau inti menguap karena paparan sinar matahari atau suhu udara yang panas.5-7Â
Infeksi pertama pasien dengan tuberkulosis disebut infeksi primer. Jenis infeksi ini biasanya muncul di puncak paru-paru atau di area pleura lobak bawah. Infeksi primer dapat disembunyikan pada sinar-X karena bisa sangat kecil. Terlepas dari apakah degenerasi nekrotik terjadi di tempat infeksi primer, strip dapat diisi dengan massa basal tuberkulosis, seperti keju, sel darah putih mati, dan jaringan protein. Pada akhirnya, zat ini meleleh dan dapat masuk ke usus anthraheobronchial, di mana ia hancur. Lapisan yang diisi dengan udara bertahan dan dapat dideteksi pada infeksi tuberkulosis pertama pasien, yang disebut infeksi primer. Sel ini biasanya terletak di dekat pleura lobak bawah atau di puncak paru-paru. Sebagian  besar  tuberkel  primer  menyembuh  dalam periode bulanan dengan membentuk jaringan parut dan pada akhirnya, terbentuk lesi  pengapuran  yang  juga  dikenal  sebagai  tuberkel  Ghon.  Lesi  ini  dapat mengandung  basil  hidup  yang  dapat  aktif  kembali,  meski  telah  bertahun-tahun, dan menyebabkan infeksi sekunder.8-11Â
Tubuh bereaksi alergi terhadap bacillus dan proteinnya sebagai akibat dari infeksi tuberkulosis. Sensibilisasi sel T dan respon positif terhadap tes kulit tuberkulin menunjukkan respon kekebalan sel ini. Pengembangan sensitivitas tuberkulin terjadi di semua sel tubuh 2-6 minggu setelah infeksi primer dan itu akan tetap ada selama bacillus hidup tetap berada di dalam tubuh. Biasanya, kekebalan yang diperoleh mencegah perkembangan lebih lanjut dari bacillus dan memicu infeksi aktif.12,13Â