Mohon tunggu...
Firman PermanaWidiandra
Firman PermanaWidiandra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akibat Budaya Literasi yang Kurang, Banyak Masyarakat Mudah Termakan Hoaks

25 Januari 2023   23:31 Diperbarui: 25 Januari 2023   23:39 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cukup banyak masyarakat Indonesia yang masih awam dengan literasi atau kemelekan. Sebagian mungkin mengetahui, tapi hanya seputar, "literasi adalah budaya membaca". Padahal, nyatanya tidak. Literasi memiliki makna dan arti yang jauh lebih luas dari pada "budaya membaca". Dalam bahasa Latin, literasi disebut literatus, artinya adalah orang yang belajar. Dari arti tersebut saja sudah bisa kita tebak, bahwa literasi tidak hanya seputar membaca.


Education Development Center (EDC) menyatakan, literasi adalah kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. Pada tahun 2012, UNESCO menyatakan bahwa tingkat melek huruf orang dewasa adalah sebesar 65,5 persen. Masih cukup jauh untuk mencapai angka 99,9 persen. Dan semua itu berdampak pada daya minat baca seseorang.

Minat baca memiliki dampak yang cukup signifikan bagi kehidupan seseorang. Tinggi rendahnya minat baca seseorang, dapat memengaruhi kehidupan sosial orang tersebut. Namun sangat di sayangkan, banyak sekali orang yang memiliki minat baca yang rendah. Atau bahkan sangat amat rendah. Salah satunya adalah masyarakat di Indosesia sendiri.

Menurut survey yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2010, pada peringkat tingkat membaca siswa, Indonesia berada diurutan ke-57 dari 65 negara di dunia. Sungguh menyedihkan memang, tapi itulah faktanya. Bahkan, indeks minat baca sekarang ini adalah 0,001 atau bisa dikatakan dari setiap 1000 penduduk, hanya satu orang yang membaca. Ada berbagai macam dampak dari rendahnya minat baca. Salah satu dampaknya adalah masyarakat yang mudah termakan hoax dan menelan mentah-mentah informasi yang mereka terima.

Mengutip dari buku Rambu-Rambu Jurnalistik (Bagaimana Menulis Berita yang Layak Baca) (2020) karya Bagus Samsito Edi Wahono, istilah berita berasal dari bahasa Sanskerta, vrit. Ada pula yang menyebutnya vritta, berarti kejadian atau hal apa pun yang telah terjadi. Dan menurut Nasution
"Berita adalah laporan terkait peristiwa-peristiwa yang terjadi dan ingin diketahui secara umum, bersifat aktual, telah terjadi dalam lingkungan pembaca, berhubungan dengan tokoh terkemuka, dan akibat peristiwa tersebut bisa berpengaruh kepada pembaca".

Berita dianggap sangat penting bagi sebagian masyarakat. Terutama bagi sebagian pembaca, pendengar, maupun penonton. Berita sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan berita kita dapaf mengetahui hal-hal yang sedang panas dengan cepat dan mudah. Namun dengan cepatnya penyebaran berita dapat mengakibatkan hal yang negatif pula.

Berita harus berisikan fakta bukan sekedar gosip belaka. Fakta dalam Kbbi berarti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan/sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Dan kalimat yang berkenaan dengan peristiwa atau hal yang bersifat nyata, telah atau sedang terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya. Fakta juga sering diyakini oleh khalayak sebagai sebuah kebenaran, baik karena telah mengalami kenyataannya dari dekat maupun dianggap telah melaporkan suatu pengalaman orang lain yang telah terjadi. Jadi saat kita melihat atauoun membaca berita pastikan berita tersebut berdasarkan fakta.

Banyak sekali orang Indonesia yang membaca berita hanya sekedarnya. Seperti hanya membaca sebuah judul beritanya saja, mereka sudah dapat menyimpulkan isi berita tersebut. Padahal judul berita, kebanyakan bertujuan untuk membuat para pembaca penasaran dan tertarik untuk membaca. Namun berbeda dengan sebagian orang Indonesia yang hanya tertarik dengan judulnya saja tanpa membaca dengan lengkap isi beritanya. Kita tidak bisa menyimpulkan isi berita dengan sebuah judul saja.

Karena hal ini banyak berita-berita hoax yang tersebar. Apalagi di zaman modern seperti sekarang. Kita bisa dengan mudah mendapatkan sebuah informasi dengan cepat. Namun hal ini, dapat memberikan dampak negatif juga. Karena kurangnya minat baca, dan malasnya untuk mencari kebenaran. Sehingga banyak berita-berita palsu yang tersebar dengan mudah, dan diyakini oleh sebagian orang sebagai kebenaran.

Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah Septiaji Eko Nugroho menilai maraknya kabar hoax jika dibiarkan amat mungkin membuat perpecahan sesama anak bangsa. Ia menjelaskan "hoax" merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

Jadi, literasi merupakan kemampuan suatu individu dalam menggunakan potensi yang dimiliki setiap individu, yang tidak hanya sebatas baca dan tulis tetapi sebuah keterampilan yang nyata. Minat baca di Indonesia berada pada urutan ke-57 dari 65 negara di dunia, yang dimana negara Indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah. Karena hal ini, terdapat dampak bagi masyarakat Indonesia. Yaitu dengan banyaknya berita hoax atau berita-berita palsu yang tersebar dengan mudah dan juga dapat dengan mudah diyakini oleh sebagian orang. Sehingga, kita sudah seharusnya untuk memverifikasi kebenaran suatu berita. Agar tidak ikut menyebarkan berita-berita yang tidak diketahui kebenarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun