FILM A MAN CALLED AHOK SIAP TAYANG SERENTAK DI BIOSKOP-BIOSKOP INDONESIA
Jakarta, 5 November 2018, Dalam waktu kurang dari 3 hari lagi, film A Man Called Ahok karya sutradara Jtrama Tuta akan siap tayang. Hal ini terungkap pada acara press screening dan press conference film A Man alled Ahok di Epicentrum XXI, di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.
Emir Hakim selaku produser film A Man Called Ahok mengungkapkan rasa syukurnya, bahwa sejak eluncuran teaser-nya di YouTube pada September 2018 lalu, film ini memang mendapatkan cukup banyak perhatian dari masyarakat luas.
Film A Man Called Ahok ini akan diputar secara serentak di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia dan mulai bisa ditonton oleh penonton pada 8 November 2018. Meski begitu, bagi kami kesuksesan utama film dilihat lari banyaknya keluarga Indonesia yang terinspirasi dari menonton film ini, bukan hanya dari banyaknya penonton," ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut pula, sutradara Putrama Tuta menceritakan tentang proses pembuatan film A Man Called Ahok yang terbilang cukup lancar. Sekitar 85% dari pembuatan film ini dilakukan di Gantung, Belitung Timur, dan hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk menyelesaikan film, mulai dari proses diskusi, observasi, hingga eksekusi saat syuting.Â
Lebih jauh lagi, ia menggali cerita dari buku karya Rudi Valinka dengan banyak cara. Mulai dari mendatangi Ahok di Mako Brimob, mendatangi rumah keluarga Ahok, orang-orang terdekat di keluarga Ahok, hingga masyarakat sekitar lingkungan rumah Ahok di Belitung Timur demi mendapatkan kedalaman emosi dari setiap tokoh dalam film ini.
Namun dari banyaknya tokoh di dalam cerita, karakter dan drama hubungan antara Ahok dan ayahnya Kim Nam, menjadi fokus utama dari cerita.Â
Kim Nam adalah pengusaha tambang di Belitung Timur yang dermawan sekaligus sosok ayah yang jujur dan teguh dalam pendirian. Keteguhan Kim Nam terhadap prinsip hidup yang diyakininya benar sering tidak sejalan dengan keinginan Ahok sebagai anak. Seiring berjalannya waktu, Ahok pun tumbuh menjadi dewasa dan sedikit demi sedikit mulai memahami nilai-nilai yang ditanamkan sang ayah sejak kecil.
"Film A Man Called Ahok ini memang sebuah film drama. Artinya, film ini didesain untuk membuat para penontonnya tersentuh. Di film ini, saya juga menampilkan karakter Ahok dengan jujur namun dari sisi lain yang tidak diketahui oleh orang banyak, yaitu saat ia berada di tengah keluarga," ucap pria yang sering disapa dengan panggilan Tuta ini.
Film A Man Called Ahok sendiri adalah sebuah cerita tentang pembentukan karakter seorang anak yang dimulai dari keluarga. Film ini memiliki 2 latar waktu yang berbeda, sehingga ada 2 aktor untuk setiap tokoh yang dimainkan. Tokoh Ahok dimainkan oleh 2 aktor yaitu Daniel Mananta dan Eric Febrian, seorang putra asli Belitung yang berperan sebagai Ahok kecil. Sementara tokoh Kim Nam dimainkan oleh Chew Kin Wah dan Deny Sumargo sebagai Kim Nam muda.
Film A Man Called Ahok juga didukung oleh Sita Nursanti yang memerankan Buniarti ibunda Ahok, dan Eriska Rein yang berperan sebagai Buniarti muda. Film ini juga mempertemukan aktor-aktor muda bersinar seperti Jill Gladys, Samuel Wongso, Edward Akbar, Albert Halim serta beberapa putra Belitung dengan sejumlah nama aktor dan aktris senior seperti Ferry Salim, Donny Damara, Yayu Unru, Donny Alamsyah, Ade irawan, Dewi Irawan, Ria irawan, Aida Nurmala, dan Arswendy.
Tentang The United Team of Art The United Team of Art (TUTA) adalah perusahaan media dan komunikasi audio visual yang mendukung kebutuhan berkembangnya pasar industri kreatif lokal dan internasional.Â
Wadah ini mendukung dan menciptakan insan-insan kreatif dengan merangkul dan memberi kesempatan dalam mengembangkan dan mewujudkan mimpi mereka serta memberikan kualitas terbaik, pendampingan kreatif intensif, workshop, dan peluang investasi dalam mewujudkan ide segar yang siap meramaikan industri dunia perfilman untuk pekerja seni berbakat, baik tenaga profesional ataupun pemula yang memiliki talenta untuk menghasilkan hiburan berkualitas.
Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok adalah anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya seorang 'tauke' di Bangka Beiitong bernama Kim Nam dan Ibu nya yang penyayang dan tegar bernama Buniarti.Â
Masa kecil hidupnya bahagia dan tidak kekurangan, Bisnis ayahnya di pertambangan sangat baik, sampai suatu saat Kim Nam harus berhadapan dengan korupsi yang dilakukan oleh oknum. Kim Nam tidak mau memberi "upeti" kepada oknum tersebut, dan bisnisnya perlahan mengalami kemunduran. Kehidupan Ahok yang tadinya serba kecukupan mulai menjadi suiit.
Jiwa penolong Kim Nam menular kepada Ahok yang mau merelakan tabungan untuk bisa membantu orang lain. Kim Nam yang sudah antipati dengan keadaan korupsi di Bangka Belitong mengarahkan Ahok untuk menjadi dokter. Namun tak disangka Ahok mengambil keputusan lain sehingga mengakibatkan hubungan dengan Ayahnya menjadi dingin.
Ahok dengan semangat yang masih menggebu mulai mengikuti langkah Kim Nam membuka pertambangan di Belitong dengan bermodalkan ilmu yang dipelajari saat kuliah. Kenyataannya Ahok harus berurusan langsung dengan Oknum yang sama dengan yang dihadapi Ayahnya, hingga perusahaannya harus gulung tikar. Dia pun memutuskan untuk kembali kuiiah mengambil S2. Kim Nam kesal dan merasa bahwa keputusan Ahok mengambil S2 hanya untuk lari dari situasi dan juga Belitung.
Selain situasi korupsi yang terus menerus menggerogoti ekonomi keluarga. Sebuah kejadian tragis, kematian anak bungsu Kim Nam membuat kesehatannya memburuk.
Ahok yang sudah mendapat pekerjaan bagus di Jakarta pun harus pulang ke Belitong untuk mengurus perusahaan dan keluarga. Saat Ahok masih berjuang untuk melawan korupsi, ia mendapat pukulan yang telak dalam hidupnya, Kim Nam meninggal dunia.
Ahok bertekad untuk terjun ke dunia politik. Perjalanan Ahok di dunia poiitik diawali dengan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif untuk daerah Belitong (DPRD). Sayangnya menjadi anggota DPRD saja belum bisa membuat Ahok menolong banyak warga. Bahkan Ahok seperti "berjuang sendiri" untuk memberantas korupsi di Belitong. Hal ini yang membuat Ahok memutuskan untuk maju mencalonkan diri sebagai Bupati Belitong.Â
Pada awalnya usaha Ahok mendapat respon positif dari warga. Hal ini menjadi ancaman tersendiri untuk oknum yang dari dulu banyak merugikan masyarakat Belitung. Oknum pun mulai melakukan cara-cara untuk menjegal Ahok menjadi Bupati. Semua hal itu tidak berhasil menggagalkan Ahok untuk menjadi Bupati. Ahok pun berhasil menjadi pemimpin yang baik di Belitong; sesuai dengan mimpi Kim Nam.
Terinspirasi dari buku #AManCalledAhok Karya Rudy Valinka -Kurawa
PRODUCTION NOTES
Director Statement Putrama Tuta
"We died at the moment we stop trying to make a difference"
Rasa bangga, kecewa, bahagia dan marah melihat situasi yang terjadi di tanah kelahiran membuat itu menjadi sempurna bagi saya sebagai pembuat film untuk bisa mengeluarkan suara dan menghapus perbedaan melalui gambar dan cerita yang dapat saya sajikan dengan tujuan membuat dampak sosial yang positif.
Saya melihat Basuki Tjahala Purnama adalah sebagai sosok fenomenal yang dicintai banyak orang dan dibenci oleh lebih banyak lagi. Bagi mereka yang mengetahul hal ini, mereka hidup di dalam bagian sejarah yang tercatat oleh seseorang yang bernama AHOK.
Ini bukan kisah mengenal politik. Ini adalah sebuah cerita bagaimana sebuah karakter dapat terbentuk, apa yang membuat seorang Ahok menjadi sosok yang kita kenal saat ini. Karena itu, saya memilih bagian terpenting dari kehidupan manusia. Keluarga.
Saya akan menggambarkan cerita ini tanpa mengurangi alasan dan maksud sebenarnya mengapa ide film ini dibuat. Semudah untuk berkaca pada sejarah, serta mengembalikan rasa untuk mencintai tanah air.
Fokus pada gagasan mengenai kemanusiaan, perjuangan seorang anak lelaki hingga menjadi pria dewasa dan tanpa henti berjuang demi kebenaran yang ia yakini, dedikasinya terhadap keluarga dan masyarakat, serta pengorbanan dan penerimaan akan keputusan yang telah menjadi garis hidupnya.
Film Drama yang dirancang untuk berbicara dan mendidik para pemimpin muda dan generasi penerus masa depan, bahwa mencintai negara bukan hanya Nasionalisme yang tercetak di kartu identitas, tetapi untuk berbuat sesuatu dan membuat perubahan nyata bagi orang banyak.
Sebuah kisah tentang sosok pemimpin / pelayan / gubernur fenomenal yang lahir sebagai minoritas Kristen Tionghoa di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Sosok dengan penghargaan sebagai pejuang anti korupsi Gus Dur Award, Penghargaan Anti Grativikasi, Bung Hatta Anti Corruption Awards, The Time magazine Best Governor Choice, Global reThinkers dan yang paling penting, salah satu narapidana yang terkenal di dunia. Sosok yang diklaim sebagai ikon politik indonesia yang paling dicintai, inspiratif dan kontroversial sepanjang masa.
Kehidupan seorang ayah dalam membesarkan anak-anaknya untuk membuat dampak positif kepada masyarakat sebagai bagian dari cintanya kepada negara. Lahir dan dibesarkan sebagai minoritas, dan memiliki keluarga yang hidup dengan iman dan cinta juga memiliki keberanian untuk berkorban serta membuat perubahan.
Film ini akan berkisah di Gantong, kepulauan Belitung Timur 1976 sampai Ahok menjadi seorang Bupati Belitung Timur pada tahun 2005.
"Never be afraid to raise your voice for honesty, truth, and compassion against injustice, lying, and greed."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H