Tahun ini jadi tahun come back nya gw ke gedung DPR,Karena setahun ini aku punya temen yang kerja sebagai staff ahli di gedung tersebut, jadi ia selalu mensuplai informasi kegiatan DPR yang bisa didatangi untuk disebarluaskan kepada masyarakat, tahun ini juga aku bergabung dengan Grup WA yang selalu mensuplai acara-acara penting untuk disampaikan ke masyarakat agar dapat informasi yang jernih di era Hoax dan hate speech yang begitu mengotori social media kita.
Ketika pilgub DKI menurutku sudah gak asyik lagi, tiba-tiba Ahok menggemparkan nya dengan ucapannya di pulau seribu, tiba-tiba opini masyarakat terbelah, demo berjilid-jilid ku ikuti semua bahkan sampai diskusi-diskusi berkaitan hal tersebut ku ikuti,sampai ada yang nyaris adu jotos, untunglah latihan untuk tidak jadi sumbu pendek telah kulalui bertahun-tahun lalu,jadi kubisa jaga emosi di tengah suasana pro kontra yang semakin mengeras, belakangan pengadilan mengambil perannya sebagai penegakan hukum, meski tensi menurun tapi tensi kontestasi politik pilgub DKI menghangat cendrung memanas.Â
Akupun sempat jadi saksi sejarah sholat jumat terbesar dan teromantis menurutku, meski aku bukan pengikut faham radikal tapi ketika dilapangan aku jadi tahu bagaimana cara menjinakan paham berbahaya tersebut, caranya seperti apa? RAHASIA ya. Karena kita tak kan tahu jika kita tak berada dan bersentuhan langsung, apalagi Cuma baca sosmed atau diskusi sehari semalam,tahun ini di tutup dengan pengadilan Ahok dan inisiator demo yang satu demi satu berurusan dengan Hukum.Juga menyaksikan peluncuran uang baru yang kelak uang tersebut abadi sebagai koleksi generasi masa depan.
AKU KEDEPAN …
Dari pengalaman dan kesempatan yang begitu terbuka mestinya aku piawai menangkap peluang tersebut. Cara pandang agama yang luas akan menyelamatkanku dari kejumudan apalagi fanatisme sempit, Karena sedari mahasiswa aku menolak cara pandang yang ekslusif barbar dan intoleran, aku harus mengaji lagi tentang ilmu-ilmu fiqih keseharian seperti permintaan ibuku, aku harus mulai menajamkan passion ku, taubatan nasuha harus jadi tekad yang mesti di kobarkan sehari-hari, iktiar yang keras harus di iringi doa yang luarbiasa pula, power of mind jadi kekuatan manusia mengatasi problema kehidupan seraya mohon petunjuk jalan yang lurus pada Allah SWT, harapanku kelak bisa punya karya atau usaha yang manfaatnya terus mengalir meskipun aku jadi tulang belulang ribuan tahun di alam kubur (gimana ya.. ya Allah..he he..he) bagiku amal jariyah lebih penting dari harta yang Cuma habis dimakan zaman dan lenyap bagai asap dan tak berbekas, ujung hidupku aku masih memohon Khusnul khatima, sebagai penutup layar kehidupan yang indah. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H