Mohon tunggu...
Firman Maulana
Firman Maulana Mohon Tunggu... -

spouting gibberish

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Analisis Pasca Pertandingan Arsenal vs Aston Villa

4 Februari 2015   05:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hari minggu lalu Arsenal bermain di kandang melawan Aston Villa, tim yang belum bisa mencetak gol ke gawang lawan selama total 10 jam di Liga Primer Inggris. Optimisme di kubu The Gunners sangat tinggi mengingat kemenangan beruntun di liga dan kompetisi piala domestik di pekan-pekan sebelumnya, termasuk dengan mempermalukan City 2-0 di Etihad.

Benar saja, Arsenal bisa dengan mudah menundukan Villa dengan skor yang sangat telak. Tak tanggung-tanggung, 5 gol berhasil disarangkan anak-anak Arsene Wenger ke gawang Brad Guzan. Tampil dengan tim yang sedikit berbeda dibandingkan dengan saat mereka bertandang ke City, minus Aliexis dan Chamberlain yang cedera dengan menggantikan mereka masing-masing dengan Ozil dan Walcott, Arsenal berhasil memporakporandakan pertahanan tim tamu. Ini tidak lepas dari strategi bunuh diri Villa yang mendorong kuartet lini belakang mereka terlalu mendekati garis tengah sehingga ada banyak ruang kosong antara lini pertahanan dengan kiper Guzan.

Gol pertama menunjukkan hal tersebut. Pressing ketat yang dilakukan para penyerang Villa terhadap Santi Cazorla yang tengah menggoreng bola di sektor pertahanan Arsenal membuat pemain yang disebut terakhir terdesak hingga kemudian mengumpan bola yang dikuasainya ke Per Mertesacker yang tanpa kompromi langsung menyapu bola ke arah depan. Beruntung karena bola jatuh ke arah Ozil yang sedang mampir ke daerah garis tengah lapang. Dengan segala kegeniusannya, alih-alih mengontrol bola, Ozil justru hanya menyetuh bola dengan bagian kaki kiri luarnya untuk mengubah arah bola ke Giroud yang tengah berlari ke arah gawang Villa di antara dua bek yang terlihat tidak menduga kalau Ozil akan mengeksekusi umpan tersebut. Giroud pun langsung mengontrol bola dan berlari ke arah gawang dengan diikuti seorang bek Villa di belakangnya. Langkah yang lambat dan kontrol yang buruk dari Giroud hampir saja membuatnya bisa dikejar bek Villa. Namun pada akhirnya bola berhasil dia chop melewati Brad Guzan yang maju untuk menutup ruang tembak. 1-0 untuk Arsenal.

Sisa babak pertama ditandai oleh dominasi Arsenal dengan tanpa penyelesaian akhir yang mumpuni. Villa sendiri sempat mengancam lewat serangan yang diakhiri dengan umpan crossing dari sisi kanan di mana Benteke (?) berhasil menyundul bola tersebut dalam jarak dekat. Beruntung Ospina cukup sigap dengan menepis bola tersebut sedikit ke samping sebelum bola akhirnya disapu Koscielny.

Di babak kedua permainan Arsenal terlihat lebih konservatif dengan membiarkan Villa mengambil inisiatif serangan (statistik pertandingan menunjukkan bahwa total penguasaan bola Aston Villa lebih baik dengan angka 52%). Hasilnya Arsenal sukses menggelontorkan 4 gol tambahan lewat Ozil, Walcott, Santi (pen.), dan Bellerin.

Yang unik, gol Ozil dan Walcott adalah buah dari serangan balik yang dieksekusi dengan sempurna oleh anak-anak Arsenal di mana hanya ada 3 sampai 4 pemain saja yang terlibat dalam terciptanya kedua gol tersebut (seperti halnya dengan gol pertama). Ini menarik karena sepertinya telah terjadi perubahan strategi yang dilakukan Wenger dibandingkan dengan yang dia gunakan di awal musim di mana Arsenal sering menguasai bola dan menyerang dengan menempatkan 5 bahkan lebih pemain di daerah lawan. Wenger sendiri mengakui bahwa dia membiarkan Villa menguasai bola dan mencoba menyerang. Ini menunjukkan bahwa Wenger tidak sekeras kepala seperti yang diperkirakan sebelumnya. Kemenangan atas City dan Villa telah menunjukkan hal tersebut. Patut kita tunggu, apakah Arsenal bisa mempertahankan momentum dan tren ini ketika mereka bertandang ke White Heart Lane akhir pekan ini.

Bellerin
Satu pemain yang menarik perhatian dalam pertandingan kemarin adalah Bellerin. Remaja berusia 19 tahun ini dibajak Wenger dari Barca 2 tahun lalu. Pemain asal Spanyol ini bertipe eksplosif dan ofensif. Di tim muda Arsenal ia sering ditempatkan sebagai gelandang kanan dan sering melakukan penetrasi ke jantung pertahanan lawan dengan mendribel bola sendirian. Sebelum dipromosikan ke tim utama, banyak fans Arsenal yang tinggal di London memprediksi bahwa ia, dan Toral, akan menjadi bintang masa depan Arsenal.

Musim ini, dengan hengkangnya Sagna dan dipinjamkannya Jenkinson ke West Ham, Bellerin diberi kesempatan oleh Wenger untuk menempati satu slot di tim utama. Debut pertamanya sebagai pemain utama ia lakoni ketika Arsenal bertandang ke Dortmund di Liga Champion. Saat itu Arsenal dihabisi tim asuhan Jurgen Klopp tersebut dengan skor 2-0. Hari itu Bellerin bermain buruk di mana ia berkali-kali terlihat tidak disiplin dan gagal mengawal ketat pemain Dortmund yang memasuki sektor kanan Arsenal. Ia juga terlihat keteteran ketika Arsenal bermain lawan Stoke di Brittania, meskipun memang dalam pertandingan tersebut semua pemain Arsenal terlihat kepayahan. Kedua hasil buruk tersebut membuat banyak fans menyangsikan kemampuannya untuk menjadi pemain inti.

Namun, dengan masih cederanya Debuchy dan linglungnya Chambers ketika diminta bermain sebagai bek kanan, Bellerin berhasil belajar dari pengalaman buruk sebelumnya dengan bermain lebih tenang dan cerdas ketika diberi kesempatan untuk bermain lagi di tim inti. Yang paling mencolok adalah ketika Arsenal berhasil menggasak Newcastle United di Emirates di mana ia berhasil menerapkan pressing yang tak kenal lelah dan juga memberikan 1 assist untuk Giroud. Antara Desember dan Januari kemarin, Bellerin lebih banyak bermain, sebagai bek kanan, dibandingkan dengan Chambers dan Debuchy, yang lagi-lagi cedera setelah sembuh dari cedera sebelumnya. Padahal sebenarnya, kalau tidak yakin, sebenarnya Wenger bisa memainkan Flamini atau mempertahankan Chambers, sebagai bek kanan. Namun tampaknya potensi yang dimiliki Bellerin membuat Wenger yakin bahwa ia adalah pilihan yang tepat di sisi kanan. Terbukti, Bellerin berhasil membayar tuntas kepercayaan tersebut dengan terus bermain apik dari minggu ke minggu.

Cazorla dan Ozil
Setelah mengalami kesulitan di awal musim dengan cederanya beberapa pemain, kini, Arsenal justru memiliki stok melimpah di banyak posisi. Tidak termasuk di posisi gelandang serang. Hampir semua gelandang serang kini ada dalam kondisi fit. Yang paling menarik adalah dua playmaker Arsenal, Ozil dan Cazorla, sekarang bisa diturunkan bersamaan lagi. Sejak Desember kemarin, Cazorla sedang dalam peak performance-nya. Dia sukses menggelontorkan 6 gol dan 8 assist sampai partai lawan Villa kemarin. Dia bermain sangat baik dalam format 433 (atau 4141?) Arsenal saat ini. Hari minggu kemarin Ozil dan Cazorla tampak bisa bermain bersamaan.

Pertanyaannya, apakah mereka akan bermain sama baiknya jika dimainkan bersamaan lagi melawan Spurs nanti (7/2)?. Dengan kemungkinan kembalinya Alexis dan adanya opsi untuk memainkan Rosicky, yang sering bermain kesetanan melawan Spurs, Wenger punya pilihan untuk mencadangkan Ozil. Maukah Wenger melakukannya? Salah satu alasan buruknya permainan Arsenal di awal musim adalah kengototan Wenger untuk memainkan semua pemain terbaiknya, termasuk Ozil dan Cazorla, sekaligus. Hanya saja pemain-pemain terbaik, yang juga pemain favorit Wenger, tersebut kebanyakan adalah playmaker. Dengan kata lain, Wenger lebih memilih untuk memainkan pemain-pemain terbaik yang dia miliki alih-alih mengorbankan mereka dan memainkan pemain yang kurang berskill demi keseimbangan tim. Hasilnya seperti kita tahu sendiri, di awal musim, Arsenal banyak bermain imbang dan tidak bisa mengembangkan permainan.

Keadaan berubah ketika banyak pemain cedera, di mana beberapa di antaranya adalah favorit Wenger. Wenger terpaksa mengubah skema dengan bermain lebih pragmatis dan, mau tidak mau, mengandalkan para pemain yang lebih sesuai di posisinya. Ini membawa kita ke pembahasan selanjutnya, Coquelin.

Coquelin
Cedera panjang Arteta sekitar bulan November tampaknya menjadi blessing in disguise bagi Arsenal. Fans Arsenal juga sumringah karena sudah sejak lama mereka ingin Wenger agar mengubah pendekatannya dalam menghadapai partai-partai yang sulit. Kehadiran Arteta selama ini bisa dibilang menjadi “penghambat” bagi Wenger untuk membeli gelandang bertahan murni. Kemampuan Arteta untuk mengatur tempo dan mendistribusikan bola sering dijadikan justifikasi dipertahankannya sang kapten di tim utama. Padahal sering kali Arteta keteteran menghadapi tim dengan fisik prima, pressing ketat, dan pemain-pemain berkaratker cepat. Ditambah lagi, Arsenal sering kedodoran ketika Arteta tidak bermain.

Banyak yang menganggap bahwa ketidakmampuan untuk mengontrol lini tengah sebagai biang kekalahan. Nyatanya, secara tidak langsung teori itu bisa dibantahkan oleh langkah Wenger sendiri dengan memanggil Coquelin dari masa pinjamannya di Charlton Athletic dan dengan langsung memainkannya di posisi Arteta. Di ketiga partai awalnya Coquelin terlihat tidak terlalu istimewa karena ia masuk dari bangku cadangan ketika permainan menyisakan sekitar 10 menit saja. Tapi, di partai-partai berikutnya dia berhasil menunjukkan kemampuannya dengan bermain disiplin dan penuh percaya diri, terutama ketika melawan City.

Tipenya yang keras dan lugas seakan membuat para fans tersadar bahwa yang dibutuhkan Arsenal saat ini di posisi gelandang bertahan adalah kengototan dan kedisiplinan untuk melindungi pertahanan, bukan keinginan untuk bisa membangun serangan dengan cantik lewat distribusi bola yang mulus ala Arteta. Apalagi dengan pendekatan Arsenal yang cenderung pragmatis akhir-akhir ini. Coquelin seolah mendapatkan lingkungan yang tepat untuk mendemonstrasikan kemampuannya untuk melindungi lini pertahanan. Dia juga memiliki jiwa kepemimpinan seperti terlihat ketika laga melawan City di mana dia meneriaki para rekannya yang gagal menutup pergerakan Navas di sisi kanan. Juga ketika dia meminta agar rekan-rekannya untuk tetap tenang kendati mereka berhasil unggul lebih dahulu lewat penalti Santi Cazorla. Ketidakmauan Wenger untuk membeli DM di bursa Januari sendiri tampaknya menjadi indikator bahwa ia percaya bahwa Coquelin akan mampu memainkan perannya untuk ikut membantu Arsenal ke posisi empat besar di akhir musim. Wenger pun berkata dalam sebuah wawancara bahwa kontrak Coquelin, yang seharusnya berakhir musim panas ini, 99% akan diperbarui. Kita lihat saja kelanjutannya.

Sekian dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun