Perawatan paliatif menjadi salah satu isu penting di bidang kesehatan, perawatan paliatif biasanya diberikan pada pasien maupun keluarga yang menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan, seperti penyakit kanker, HIV/AIDS dan penyakit kronis lainnya.
Betapa sangat memprihatinkan mereka yang tengah berjuang untuk hidup melawan penyakit yang diderita, terutama penyakit kaker, memang betul penyakit satu itu bagaikan srigala yang buas, dan bisa terjadi pada siapa saja, tidak perduli itu anak yang masih usia balita maupun usia tua.
Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) dari World Health Organization, bahwa jumlah kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai sekitar 396.914 kasus, dan jumlah total kematian sebesar 234.511 kasus, artinya tingkat kematian pada kasus tersebut sekitar hampir 60%.
Masalah yang mereka dialami begitu kompleks, tidak hanya masalah kesehatan fisik seperti (nyeri dan luka yang semakin hari makin meluas), juga masalah psikologis (stress dan depresi), sosial (stigma, diskriminasi dan timbulnya perasaan malu akibat kondisi penyakit yang dialami, juga masalah ekonimi) dan spiritual.
Oleh karena itu dibutuhkan perawatan paliatif yang holistik, untuk membantu meringankan penderitaan yang mereka alami.Â
Kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan perawatan paliatif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup baik bagi pasien maupun keluarga.
Namun saat ini terutama di Indonesia, kebanyakan dari pasien tidak memperoleh pengobatan maupun perawatan paliatif secara baik, lantaran masalah biaya.Â
Menurut saya ada sumber yang menjadi kekuatan kita untuk bisa membantu mereka yaitu spirit filantropi. Filantropi merupakan spirit kedermawanan untuk membantu sesama.
Penyakit Kronis dan Masalah Ekonomi
Perawatan paliatif bagi penderita penyakit kronis memerlukan pendekatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, yaitu pendekatan multidisiplin yang terintegrasi antara dokter, perawat, fisioterapis, petugas sosial medis, psikolog, ahli gizi, rohaniawan, relawan, serta profesi lain, selama pasien menjalani proses pengobatan.
Perjalanan panjang seorang pasien berjuangan melawan penyakit kronis menyisakan persoalan cukup berat, yaitu masalah finansial. Kondisi fisik yang lemah dan sakit-sakitan pasien sering dihadapkan pada masalah biaya perawatan, dan tentunya menjadi beban bagi keluarga.Â
Biaya perawatan yang terbilang cukup besar, dan dijalani dalam waktu lama telah menguras harta benda yang dimiliki.
Akibatnya banyak dari mereka memilih menunda perawatan di Rumah Sakit lantaran tidak memiliki biaya pengobatan, hal ini justru menyebabkan kondisi kesehatan mereka semakin menurun.Â
Kondisi semacam ini tentu memilukan hati kita semua, mengingat BPJS belum sepenuhnya dapat menanggung biaya pengobatan yang harus dibayar.
Gerakan Filantropi Menjadi Solusi Masa Depan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membantu pasien, seperti bantuan dukungan sosial, yang bersumber dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan tenaga kesehatan maupun pemerintah.Â
Dukungan sosial marupakan wujud dari spirit filantropi, yang diberikan agar seseorang tidak merasa sendirian dalam mengatasi permasalahan yang dialami.
Menurut sarafino (2016), ada beberapa bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosional (diperhatikan dan dicintai), dukungan informasional (dalam bentuk informasi dan saran), dukungan penghargaan (penghargaan positif dan motivasi) dukungan instrumental (berupa materi, uang, barang atau layanan).
Sejauh ini mungkin bentuk dari beberapa dukungan sosial tersebut sudah banyak dilakukan, namun dukungan dalam bentuk instrumental masih sangat minim, di tengah kebutuhan finansial yang dibutuhkan mereka untuk memperoleh pengobatan yang baik.
Untuk itu gerakan filantropi perlu dikembangkan untuk menyasar masyarakat yang menderita penyakit kronis, dan mengalami permasalahan biaya pengobatan.Â
Sejauh ini filantropi atau gerakan kedermawanan di Indonesia berkembang cukup pesat, hal ini karena masyarakat Indonesia dikenal dengan semangat gotong royong yang sangat tinggi.
Potensi filantropi ke depan harus terus dikembangkan, termasuk strategi dan cara pengelolaannya. Salah satu potensi filantropi terbesar adalah di kalangan komunitas seperti iuran jama'ah masjid, mushallah, jama'ah gereja, komunitas pengusaha, profesional dan sebagainya.
Oleh karena itu, dengan adanya penyaluran bantuan filantropi tersebut, khususnya pada layanan perawatan paliatif, harapannya dapat membantu meringankan beban dan penderitaan pasien maupun keluarga di tengah kondisi berjuang melawan penyakit yang dialami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI