Mohon tunggu...
Firly Mashita
Firly Mashita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Manusia biasa,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN di Cairo "Bocor"

23 April 2012   14:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_183800" align="aligncenter" width="560" caption="Peserta Ujian Nasional Di Cairo - 1 Peserta"][/caption]

Hari ini (23/4), giliran seluruh siswa SMP melaksanakan Ujian Nasional. Mata pelajaran yang diujikan di hari pertama adalah Bahasa Indonesia. Kegiatan tersebut tidak hanya dilaksanakan oleh siswa SMP yang ada di Indonesia, melainkan juga seluruh siswa Indonesia yang berada di luar negeri dan yang bersekolah di sekolah Indonesia yang didirikan oleh pemerintah dan berada di bawah pemantauan Kedutaan Besar Republik Indonesia. Termasuk 6 siswa kelas 3 SMP yang bersekolah di Sekolah Indonesia Cairo, yang 1 di antaranya merupakan Warga Negara Australia. Dan saya yang juga termasuk di dalamnya.

Detik-detik jam seakan berjalan begitu cepat. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8.40. Siswa kelas 3 SMP yang akan mengikuti Ujian Nasional bergegas menuju aula yang akan digunakan sebagai ruang ujian. Buku masih ada di pangkuan salah satu dari kami. Berbeda dengan siswa lain yang bersekolah di sekolah negeri, sebelum ujian di mulai mereka mencoba membahas pelajaran yang kira-kira akan di ujikan. Serius dengan buku pelajaran yang akan di ujikan. Tapi semua berbeda di sini. Bukannya kesunyian yang didengar, melainkan candaan yang menggema di ruang ujian. Ada apa ini? Mengapa seolah-olah mereka sedang tidak akan melaksanakan ujian? Apakah mereka bisa mengerjakan soal dengan tidak belajar? Atau apa mungkin mereka punya taktik untuuuk "....." ???

Waktu seolah berhenti, begitu pun dengan candaan mereka. Waktu menunjukkan pukul 8.45. Pengawas pertama yang membawa soal memasuki ruang ujian. Pengawas itu adalah salah satu guru dari sekolah itu sendiri. Loh? Kenapa hal yang satu ini berbeda dengan sebagaimana yang ada di Indonesia? Mereka yang ada di Indonesia, melaksanakan Ujian Nasional dengan diawasi oleh pengawas yang sebagian datang dari sekolah lain sehingga pengawasan benar-benar sangat ketat. Kenapa di sini berbeda? Apakah terjadi suatu kecurangan di sini? Pengawas ke dua memasuki ruangan dengan wajah yang bersemangat. Ujian sudah sah untuk di laksanakan, tapi sisa 15 menit awal digunakan untuk mengisi data pada LJK.

Jam sudah menunjukkan pukul 9.00. Pengawas sudah membagikan soal kepada ke enam peserta dengan paket yang berbeda. Siswa sudah diperkenankan membuka soal. Setelah membaca do'a masing-masing, tiba-tiba keraguan muncul dari wajah ke enam peserta. Apakah itu wajah keraguan atau ketakutan karena tidak bisa mengerjakan soal karena mereka tidak membaca buku sebelum ujian? Ya, mungkin saja hal itu terjadi.

[caption id="attachment_183801" align="aligncenter" width="560" caption="Suasana saat ujian berlangsung"]

13351912991457790540
13351912991457790540
[/caption]

Setelah satu jam waktu berjalan, hanya ketenangan yang bergema di ruangan tersebut yang terdengar hanya suara desahan pendingin ruangan yang sedang menyala. Peraturan ujian yang berlaku di sini sama halnya dengan yang dijalankan di sekolah negeri biasanya. Di antaranya dilarang membawa elektronik seperti HP atau alat hitung untuk dibawa ke ruangan saat ujian berlangsung.  Tiba-tiba terdengar suara yang mencurigakan dari arah belakang, tik-tik-tik-tik-..., spontan seluruh yang ada di dalam ruangan menoleh ke belakang. Apakah itu merupakan suatu "kode" untuk bekerja sama?? Ternyata bukan, itu hanyalah suara tetesan air dari pendingin ruangan. Kondisi kembali seperti semula. Hening. Sampai waktu menunjukkan pukul 10.50 kegiatan yang mencurigakan seperti mencontek, bekerja sama, atau yang lain tidak terjadi saat ujian berlangsung.

[caption id="attachment_183802" align="aligncenter" width="560" caption="Suasana saat ujian berlangsung"]

1335191363514296993
1335191363514296993
[/caption]

Hingga pada akhirnya 1 di antara mereka selesai mengerjakan soal ujian nasional di hari pertama. Aneh, masih belum ada tanda-tanda dari kegiatan mencurigakan. Sampai di garis final, waktu menunjukkan pukul 11.00 seluruh siswa diharuskan mengumpulkan lembar jawaban dan soal yang telah diberikan sebelum ujian dimulai. Dan hasilnya nihil. Tidak ada di antara kami yang melakukan hal-hal mencurigakan.

Lalu, mengapa pada judul, saya tulis UN di Cairo "Bocor"!? Ya, bocor jika kami sebagai murid menginginkannya. Kemungkinan hal seperti itu bisa saja terjadi di setiap sekolah, begitu pun sekolah Indonesia di Cairo ini. Dengan pengawasan yang "tidak seketat" seperti di sekolah negeri di Indonesia pada umumnya, sebenarnya hal itu bisa saja terjadi. "Tidak ketat" yang saya maksud bukannya pengawasan yang longgar, misalnya guru memberikan peluang bagi peserta untuk mencontek. Akan tetapi tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak di luar sekolah, seperti pengawalan soal oleh polisi, pengawasan dengan CCTV (yang ada di beberapa sekolah), pengiriman pengawas yang bukan dari sekolah itu sendiri. Dan sebenarnya dengan hal seperti itu saja, 1 peluang untuk membocorkan soal bisa kami dapatkan. Namun, hal itu sebenarnya sama sekali tidak tersirat di hati kami. Karena kami sudah dididik oleh guru kami untuk tidak melakukan hal seperti itu, karena itu akan merugikan diri sendiri bagi kami di masa yang akan datang. Dan kami pun sudah berjanji pada diri masing-masing untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak jujur.

Untuk apa kita menjadi orang sukses kalau itu bukan hasil dari usaha sendiri? Kalau hal itu terjadi, sebenarnya bukan kita yang sukses melainkan orang yang membantu kita itu yang sukses!

Dan terakhir, saya akan menjawab apa yang kiranya pembaca tanyakan di paragraph ke-2 dan ke-4. Di paragraf ke-2, bukannya kami tidak ingin mendapatkan hasil yang maksimal dengan tidak membaca buku sebelum ujian, namun karena kami sudah mempersiapkan jauh-jauh hari sebelum ujian datang. Kami sudah belajar secara intensif baik di sekolah dengan dibantu oleh guru kami, maupun di rumah. Malah, bagi kami belajar sebelum ujian dapat membuyarkan konsentrasi yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.

Di paragraf ke-4, bukannya kami cemas ataupun takut tidak dapat mengerjakan soal ujian. Akan tetapi, kami takut jika mendapatkan nilai yang tidak maksimal, dan tidak dapat membanggakan guru dan orang tua kami. Juga kami takut merusak LJK yang ada di depan kami dan takut untuk melakukan hal yang tidak jujur.

Sesungguhnya, kejujuran lebih penting daripada mengharapkan kebocoran soal!

*Catatan : Foto merupakan dokumentasi sekolah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun