Mohon tunggu...
Firly Mashita
Firly Mashita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Manusia biasa,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Segi Ketertiban, Indonesia Jauh Lebih Unggul

22 Februari 2012   20:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_172987" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi. Masjid Al-Azhar, Kairo, Mesir/Admin (en.wikipedia.org)"][/caption] Setelah sekitar 6 bulan berada di Negeri Pyramid ini, baru kali inilah saya bisa mengungkapkan mendapat tentang bagaimana perbedaan Indonesia dan Mesir. Di segi pembangunan mungkin Indonesia masih sedikit tertinggal beberapa langkah oleh Mesir. Tapi mungkin di segi yang lain Indonesia lebih unggul. Berdasarkan pengamatan yang saya kira dapat saya ambil dari Mesir ini yaitu ketertiban-nya. Lebih dari halnya Indonesia, Mesir jauh lebih padat dengan jumlah penduduk sekitar 76.117.421. Dan rata-rata setiap keluarga memiliki 1 mobil. Kebanyakan penduduk bertempat tinggal di ibu kota negara, Kairo. Oleh sebab itu, kemacetan lebih sering ditemukan di kota besar ini, sama halnya dengan Jakarta. Mengapa saya berani mengutarakan bahwa di segi ketertiban, negara kita masih jauh lebih unggul? Alasannya akan saya berikan berdasarkan pengamatan yang sudah saya dapatkan. Saya akan ajukan pertanyaan, bagaimana sikap anda jikalau mobil anda diserempet oleh kendaraan lain? Tentu saja anda akan marah dan akan meminta ganti rugi atau anda akan membawa mobil anda ke bengkel. Dan tentu saja akan ada polisi lalu lintas di sekitar yang akan bertindak. Dengan memberikan sangsi berupa tilang atau denda. Pertanyaan ke dua, bagaimana tindakan polantas di negara kita jika melihat seorang pengendara melanggar rambu-rambu lalu lintas dan tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan oleh pengendara, seperti memakai helm yang standar, membawa SIM dan STNK kemanapun anda pergi saat sedang membawa kendaraan? Jawabannya, sudah pasti sama dengan jawaban yang sebelumnya. Polantas akan memberikan sangsi terhadap pelanggaran tersebut. Bagaimana dengan Mesir? Jawaban itu sama sekali tidak berlaku di sini. Sering saya lihat mobil yang sudahreyot sana sini, namun tidak ada perbaikan secara lanjut. Dibiarkan begitu saja. Bahkan belum pernah saya melihat bengkel kendaraan di negeri ini. Mungkin karena masyarakat sendiri jarang ada yang mau memperbaiki kendaraannya yang rusak. Saya rasa masyarakat di sini berpikiran, "Lebih baik beli baru, dari pada repot-repot membawanya ke bengkel". Nah, satu lagi hal yang seharusnya sangat penting dalam berlalu lintas di jalan sepertinya diabaikan di negara ini. Sedikit sekali rambu-rambu lalu lintas yang saya temukan di kota ini. Kalaupun ada lampu rambu lalu lintas, sangat sedikit yang digunakan dan jarang yang memedulikan. Polantas? Sepertinya polantas di negeri ini sudah tidak di hargai. Mereka tetap saja berkendaraan sesuka hati, serempet sana sini, walaupun di seberangnya ada seorang polantas. Namun, mungkin keahlian orang mesir dalam berkendara tidak dapat di ragukan lagi. Mereka bisa memakirkan mobil dengan jarak kurang dari 5 cm dengan mobil yang lain. Bayangkan jika hal ini terjadi di Indonesia, apalagi di tempat perbelanjaan seperti mal, belum sampai 5 cm mobil dibelakang-nya sudah terdengar bunyi alarm-nya terlebih dahulu. Berbicara tentang cara berparkir, di negara kita masih banyak mobil yang memakan jalan untuk dijadikan sebagai tempat parkir sembarangan, persis sama dengan apa yang terjadi di sini. Jalan dengan lebar 4 meter, dimakan 2 meter sebagai tempat parkir 2 mobil sekaligus.

Setelah membahas tentang ketertiban di jalan raya, saya akan menjelaskan tentang bagaimana ketertiban pada subway di Mesir. Nah, hal inilah yang paling sering saya pantau, karena setiap hari saat berangkat sekolah, dari rumah menuju sekolah saya dan adik saya selalu menumpangi subway ini. Dengan harga tiket hanya 1 Pound atau setara kira-kira dengan Rp.1400 kita sudah dapat berkeliling kota dengan subway ini, dengan syarat jangan sampai keluar dari stasiun. Saya dan adik saya selalu berusaha agar sampai di stasiun pukul 07.15 paling lambat, agar mendapatkan kereta yang masih terdapat tempat duduk kosong. Kalau sudah lewat dari pukul 07.15, dijamin gerbong kereta sudah penuh seluruhnya. Inilah hal yang paling kami benci, berdiri hingga sampai di stasiun tujuan. Yang paling kami benci lagi yaitu ketika orang-orang masuk dengan tidak tertib. Dorong-dorongan. Desak-desakan. Sampai kami terjebak di tengah kerumunan orang-orang berbadan besar. Sesak. Ingin keluar tapi tidak bisa. Terpaksa harus menunggu terus sampai orang-orang berbadan besar ini keluar. Desak-desakan ini semakin menjadi-jadi kalau saja penumpang tidak melalui pintu yang sudah ditetapkan. Keluar lewat pintu masuk, masuk lewat pintu keluar. Alasan-alasan di atas dapat kita jadikan pelajaran. Kita setarakan pembangunan Indonesia dengan di Mesir, bahkan harus lebih maju. Dan di segi hukum, kita juga sebaiknya harus lebih maju. Ciptakan negara yang maju agar dapat bersaing dengan dunia di era globalisasi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun